MENGENALI LATAR BELAKANG SURAT 1 YOHANES
I YOHANES
Penulis: Yohanes
Tema: Kebenaran
Tanggal penulisan: Sekitar Tuhun 100-110 M[1]
Latar Belakang Kitab I Yohaness
Penulis surat ini tidak memperkelakan dirinya, sehingga dokumen ini diturunkan secara anonim (tanpa nama). Mungkin para pembaca saat itu tidak sulit mengenal siapa penulis surat ini. Akan tetapi, sulit bagi kita pada saat ini untuk mengenal siapa penulisnya. Pada tahun 200 M, Irenius mengatakan bahwa tulisan ini adalah hasil karya Yohanes.
Pertama, cara berpikir penulisan mirip dengan cara berpikir penulis Injil Yohanes. Kedua, bahasa Yunani dan gaya bahasa yang dipakai sangat dekat. Banyak kosakata dan istilah dalam Injil Yohanes yang juga terdapat dalam I Yohanes Ketiga, teologi surat I Yohanes sangat berdekatan dengan teologi Injil Yohanes. Surat I Yohanes mau menyelamatkan iman umat dari rongrongan orang Kristen yang berasal dari dalam jemaat sendiri[2]
Berdasarkan pendapat ini disampaikan berdasarka dari pertimbagan bahwa ada juga perbedaan-perbedaan antar Injil Yohanes sebagai berikut:
Ø Sebutan “Pereklatos” dalam I Yohanes hanya dipergunakan untuk menyebut Yesus (2:1). Sedangkan dalam Injil Yohanes, sebutan tersebut dipergunakan juga untuk Roh Kudus (Yoh. 14:16,26; 15:26; 16:7).
Ø Dalam I Yohanes, Roh Kudus adalah kebenaran. Sedangkan dalam Injil Yohanes, Yesuslah kebenaran(Yoh 14:6)
Ø Menurut I Yohanes, Allah adalah terang, (1:5,7), sedangkan, dalam Injil Yohanes, Yesus adalah terang (Yoh. 9:5).
Ø Dalam I Yohanes, tidak terdapat kutipan dari perjanjian lama. Sedangkan, Injil Yohanes banyak mengutib dari perjanjian lama.[3]
1 Yohanes dan surat Ibrani adalah satu-satunya surat perjanjian baru yang tidak mencatat nama penulisnya. Tetapi berbeda dengan surat Ibrani, pengantar 1 Yohanes dimaksudkan untuk memberi tahu kita siapa penulisnya. Ia menuliskan tentang apa yang telah ia lihat dan menunjukan bahwa ia adalah seorang saksi mata. (1 Yoh 1:1). Saat berkata hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya, ia menunjukan saat dimana ia menyertai Yesus.[4]
Relasi dengan pemikiran Yohanes. Kaitan 1 Yohanes dengan injil keempat perlu dibahas tersendiri, dan hal itu kita akan lakukan di bawah, tetapi disi kita perlu memberikan beberapa tanggapan karena problem kepenulisan tidak bisa dibahas tanpanya. Kita akan melihat jelasnya keserupaan pemikiran dan bahkan pengukapan, yang cukup untuk kita mengasumsimkan penulis 1 Yohanes adalah penulis Injil keempat, dan hanya sebagian kecil pakar yang akan menolaknya. Sebagian pakar menganggap Rasul Yohanes bukan penulis Injil keempat. Teori alternatif yang paling populer adalah bahwa Yohanes kedua, yang dikenal sebagai penatua Yohanes menulis 1 Yohanes. Teori ini banya di dukung oleh fakta bahwa 2 dan 3 Yohanes, yang bisa secara masuk akal dianggap ditulis oleh penulis 1 Yohanes.[5]
Jadi, aspek utama dari bidat yang dilawan 1 Yohanes adalah penyangkalan terhadap ingkarnasi, yang dianut seluruh Ginostik (dalam pengertian terluas sebagai mereka yang mencari keselamatan melaluai iluminasi). Ginostik tidak bisa memahami konsep Allah yang diberikan sengat menolaknya. Doketisme mau menyelesaikan kesulitan intelektual ini dengan membedakan antara Yesus manusiawi dan Kristus surgawawi dimana Kristus satu realitas. Solusi ini banyak dirunjuk dan dinilai bermanfaat untuk menghindari anomali keberbagian Kristus dalam materi yang secara inheren dianggap jahat. Karena semau pengikut Ginosti semua materi adalah jahat, maka mereka harus menyagkal bahwa Kristus menjadi daging.[6]
Pemberitaan surat 1 Yohanes sangat jelas. Sama seperti setiap penulis perjanjian baru lainnya, Yohanes yakin bahwa pengalaman- pengalaman mistik tersebut mempengaruhi tingkah laku manusia. Orang-orang Kristen sejati hidup didalam terang sama seperti dia ada di dalam terang tetapi mereka harus juga menerima keyataan kemiskinan moral mereka. Dan menerima pengampunan yang hanya dapat di berikan oleh Yesus(1 Yoh 2:1-6).[7]
TUJUAN PENULISAN
Periode ini kritis bagi jemaat dan Yohanes menyadarinya. Ia menulis surat yang berbentuknya menyerupai trakta untuk memperingatkan dan menasihati orang percaya di dalam wilayahnya tentang seriusnya ancaman ini. Tetapi ia mengambil pendekatan yang sepenuhnya positif. Ia memamparkan gambaran utuh tentang kehidupan Kristen sejati, dan hanya sekali mencela si penyesat. Ia percaya bahwa kebenaran adalah jawaban terbaik bagi ajaran sesat, menyebut nabi palsu ini sebagai anti Kristus. 1 Yoh 2:18. Dan juga bertolak belakan dari guru-guru palsu, penulis bertujuan untuk mendidik. Orang Kristen perlu ditantang untuk menjalankan keunikan iman mereka, khususnya dalam hal keharusan untuk mengasihi. Tidak ada bagian perjanjian baru yang lebih jelas dalam menyatkan iman dan kasih dan kesatuan ini tampaknya ditekankan karena perilaku jemaat jauh dari pada yang diharapkan
1. 1 Yohanes ditulis bagi sekelompok orang, mungkin lebih dari satu komunitas di Asia, yang penulis kenal secara peribadi dan yang terancam oleh masuknya ajaran sesat. Alasan berikut memunculkan pendapat yang luas dipegang bahwa Asia tujuan dari 1-3 Yohanes.
2. Untuk menyoroti orang yang hidupnya tidak sepadan dengan pengakuan mereka bahwa “kami lahir dari Allah” kami hidup dalam terang” kami tidak berdosa” kami tinggal di dalam Allah” tetapi meletakkan mereka dalam konteks Kristen sejati[8]
Yohanes memberi jaminan kepada jemaatnya bahwa sesungguhnya merekalah yang memiliki tradisi yang benar, karena mereka telah diurapi oleh Roh Kudus untuk mengetahui apa yang mereka perlu tahu. 1 Yoh 2:20. Para penyesat itu pun merasa dirinya tidak perah berbuat dosa dan merasa tidak perlu menaati perintah. Para penyesat itu pun merasa dirinya tidak perah berbuat dosa dan merasa tidak perlu menaati perintah Yesus. Mereka mengembangkan suatu libertinisme moral.[9]
CIRI-CIRI 1 YOHANES
1. Yohanes menyatakan bahwa hanya ada dua kemungkinan bagi seseorang dalam menyatakan sikap. Berjalan di dalam terang bersama dengan Allah dan mengasihi sesama saudara seiman, tau bejalan di dalam kegelapan dan tersandung karna kegelapan telah membutakan jalannya.
2. Yohanes mempertahankan bahwa meraka yang mengenal Allah dan tetap di dalam Dia dan meniru tindakan kasih-Nya. Tindakan kasih Allah adalah mengutus anakNya untuk menjadi korban penggati demi menghapus dosa kita.[10]
3. Mengatasi kedahsyatan ajaran sesat ini dinyatakan dengan perkataan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. roh itu adalah roh antikristus (1 Yoh 4:3). Dan ungkapan ini lebih tajam dari pada kumpulan makian Yudas, para penyesat itu merupakan perwujudan si jahat sendiri.[11]
PENGANTAR ALKITAB SURAT YOHANES
Sipengarang membayangkan para pembacanya terancam oleh suatu ajaran sesat yang para pengikutnya bukanlah Yahudi ataupun non-Yahudi, melainkan mengaku orang Kristen. Dari serangan yang ia lakukan terhadap mereka kita dapat menyimpulkan bahwa mereka adalah orang-orang Ginostik yang menyangkal inkarnasi Yesus Kristus yang sebenarnya (4:2-3 bnd 2:22).[12]
KESIMPULAN
Dalam konfrontasinya dengan suatu Gnostikisme Kristen, maksud sipengarang ialah mempertahankan Gereja dalam dalam pengakuan iman yang benar (2:22). Pertama-tama hal ini berari mengakui kemanusiaan penuh kemanusian Yesus Kristus. Pengakuan yang dirumuskan secara tradisional dalam 4:2 adalah ungkapan anti Gnostik dalam bentuk yang lebih tajam daripada pengakuan yang lebih tua dalam 2:22. Sipengarang juga menekankan makna penebusan dari salib. (2:1-2; 4:10), tetapi tanpa penguraian secara terinci. Yang mencolok ialah bahwa si pengarang tidak mendefinisikan perilaku Kristen secara terinci, melainkan membatasinya pertama-tama pada mengasihi sesama.
[1] Samuel Benyamin Hakh, Perjanjiaan baru, sejarah, pengantar dan pokok-poko Teologisnya, (bandung; Bina media Informasi 2010), hlm. 352-353
[2] Ibid..., hlm. 350
[3] Ibid...,hlm. 352
[4] Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru,(Surabaya, Momentum Christian Literatur, 2009), hlm.176-177
[5] Ibid..., hlm. 178
[6] Ibid..., hlm. 181
[7] John Drane, Memahami Perjanjian baru, (Jakarta, Gunung Mulia, 1996), hlm. 516
[8] Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru, hlm. 184
[9] Samuel Benyamin Hakh, Perjanjiaan baru, sejarah, pengantar dan pokok-poko Teologisnya, hlm. 354
[10] Samuel Benyamin Hakh, Perjanjiaan baru, sejarah, pengantar dan pokok-poko Teologisnya, hlm. 360
[11] M. E. Duyverman, Perjanjian baru,(Jakarta, Gunung Mulia,1966), hlm. 194
[12] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta, Gunung Mulia,1994), hlm. 323
0 Response to "MENGENALI LATAR BELAKANG SURAT 1 YOHANES"
Post a Comment