KHOTBAH KRISTEN: MENCUKUPKAN DIRI DENGAN APA YANG ADA TIDAK MENJADI HAMBA UANG LUKAS 3:10-14

Minggu ini adalah minggu terakhir di bulan Oktober dan di sepanjang bulan oktober ini kita sudah diberkati melalui kebenaran Firman Tuhan yang mengingatkan kita untuk mencukupkan diri dengan apa yang ada, sepanjang 4 minggu ini juga bpk. Eman sudah menjelaskan tentang apa itu mencukupkan diri dengan apa yang ada, minggu pertama pak eman sdh jelaskan tentang menjadi pribadi dan keluarga yang mencukupkan diri dengan apa yang ada, di minggu ke 2 pak eman sudah jelaskan apa itu kecukupan, di minggu ke 3 pak eman sudah jelaskan bahwa dengan mencukupkan diri dengan apa yang  ada kita tidak menjadi hamba uang, ditak diperbudak oleh uang. 

Dan di minggu kemaren pak eman sudah jelaskan untuk mencukupkan diri dengan apa yang ada, kita tidak perlu kuatir akan hidup karena kekuatiran akan menjauhkan kita dari Tuhan. Dan diminggu ini, minggu terakhir di bulan Oktober kita kembali membahas tentang tema yang sama yaitu mencukupkan diri dengan apa yang ada. 

Mari kita membuka Alkitab kita dari Lukas 13:10-14
Nats ini adalah bagian kotbah Yohanes Pembaptis di Padang gurun yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia menerima Yesus sebagai pilihan Allah yang membebaskan. Ungkapan Yohanes ini tentu berhubungan dengan perannya mempersiapkan jalan bagi Anak Allah dengan cara membawa manusia hidup di dalam pertobatan dan menjalankan kehidupan pertobatan tersebut.

Di zaman sekarang ini kita hidup dalam dunia yang individualistis, banyak orang hanya mementingkan dirinya sendiri, dan jarang sekali kita menemui orang-orang yang mau menolong atau membantu apalagi mau berkorban nyawa untuk orang lain. Hanya kasih Allah yang bisa menggerakkan hati seseorang untuk mengorbankan baik waktu, tenaga, uang atau harta bahkan nyawanya bagi orang lain.

Tidak mengherankan karena di akhir zaman manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Banyak orang saat ini berfoto selfie, atau memotret dirinya sendiri, seakan-akan ia hidup hanya seorang diri dalam dunia ini. Apalagi dengan uang, mereka sudah tidak mau peduli lagi kepada orang lain, yang penting bagi mereka adalah uang, uang dan uang. Seakan-akan uang adalah segala-galanya bagi mereka.
2 Timotius 3:1-2a.( ayt 1. ) Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. (Ayt 2. )

Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang.
Waktu adalah uang dan uang memang segala-galanya bagi mereka, sehingga mereka memburu uang tanpa memikirkan baik atau jahat. Memiliki banyak uang bukan berarti memiliki segalanya,tetapikalau kita memiliki Yesus berarti kita telah memiliki segala-galanya. Sebab didalam Dia ada kebahagiaan, damai sejahtera dan sukacita yang melimpah, walaupun tidak memiliki banyak uang.
Karena uang hanya bisa membeli darah, tetapi tidak bisa membeli nyawa.

Uang hanya bisa membeli obat, tetapi tidak bisa membeli kesehatan.
Uang hanya bisa membeli wanita, tetapi tidak bisa membeli cinta.
Uang hanya bisa membeli rumah, tetapi tidak bisa membeli kebahagiaan.

Ibrani 13:5. Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."

Rasa cukup merupakan kunci utama menghentikan keserakahan dalam diri.Ketika kita sudah merasa cukup dengan gaji yang kita peroleh maka kita akan terhindar dari tindakan pemerasan dan mengambil yang bukan hak kita. Kita akan terhindar dari tipu menipu. Kita akan terhindar dari penyelewengan kuasa dan jabatan. Jika kita sulit memelihara rasa cukup di hati kita maka kita pun akan sulit menghindari godaan korupsi.

Mengapa korupsi sulit diberantas?Salah satu penyebabnya adalah sifat serakah manusia. Ketidakpuasan akan apa yang dimiliki dan kurangnya rasa syukur membuat manusia tidak akan pernah merasa cukup. Perasaan tidak puas inilah yang membuat manusia cinta akan uang.

Setiap orang yang bekerja pasti mendapatkan gaji. Namun, karena tidak puas dengan besaran gaji yang diperoleh, ia berusaha mencari tambahan secara tidak halal.Akhirnya mereka menyimpang dari kebenaran dan berbuat yang jahat, seperti mencuri, membegal, merampok, memeras orang lain dan sebagainya.

Dalam bacaan Firman Tuhan pagi ini, dikatakan bahwa banyak orang bertanya kepada Yohanes Pembaptis tentang apa yang harus mereka lakukan sebagai bentuk pertobatan, dan Yohanes memberikan contoh yang universal di ayat 11 yaitu saling membagi apa yang dimilikinya dengan sesamanya. Hal ini menggambarkan tentang kasih Tuhan yang harus terlihat dalam kehidupan kita. 

Hal ini juga ditekankan Yesus dalam Mat 22:39 yaitu mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Pada ayat selanjutnya dalam bacaan ini, dikatakan pula bahwa ada pemungut-pemungut cukai dan prajurit-prajurit yang datang dan bertanya kepada Yohanes Pembaptis.

Pemungut cukai ini menggambarkan golongan orang-orang yang mendapat hak/memiliki hak untuk memungut sesuatu dari orang lain (dalam bahasa saat ini mungkin mirip dengan para pegawai di kantor pajak). Sedangkan prajurit ini menggambarkan golongan orang-orang yang menjalankan tugasnya dan mendapatkan bayaran sesuai dengan pekerjaannya, dalam hal ini prajurit tentu saja dibayar dari uang yang dipungut oleh para pemungut cukai. 

Dalam konteks saat ini, prajurit menggambarkan para pegawai-pegawai yang menerima gaji dari pekerjaan mereka.

Dari firman Tuhan yang kita baca saat ini yaitu tentang nasihat yang diberikan Yohanes Pembaptis kepada para pemungut cukai dan prajurit, ada beberapa hal yang menurut saya perlu untuk menjadi perhatian kita semua yaitu:

Pertama, Yohanes berkata kepada pemungut cukai (Ayt. 12-13) agar mereka tidak menagih lebih banyak dari apa yang telah ditentukan. "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu."  (Lukas 3:13). 

Dengan kata lain, dalam bahasa saat ini, hal tersebut berarti Yohanes Pembaptis mengatakan agar kita tidak melakukan korupsi dan tidak melakukan apa yang tidak sesuai dengan peraturan. Pemungut cukai adalah orang-orang yang dipakai pemerintah Roma untuk memungut cukai dari masyarakat, dan pemungut cukai ini biasanya menagih cukai kepada masyarakat melebihi dari ketentuan yang ada, hal ini menyebabkan pekerjaan pemungut cukai pada masa tersebut sangat dibenci oleh masyarakat, orang najis atau bahkan penghianat bangsa. Menjadi Pemungut cukai/petugas pajak tidaklah salah, tetapi menagih lebih banyak dan memeras wajib pajak adalah dosa besar, terlebih lagi jika uangnya dikorupsi. 

Hal ini menjadi relevan melihat kondisi negara kita saat ini. Terlalu banyak korupsi dan terlalu banyak penyimpangan-penyimpangan peraturan yang terjadi di negara kita.

Kedua,Prajurit pada masa itu adalah warga negara Romawi. Mereka datang kepada Yohanes untuk dibaptis.(Ayt. 14)Para prajurit pada masa Yohanes Pembaptis suka memeras rakyatdan sering merampas hak milik rakyat. Mereka mengambil apa saja yang mereka inginkan. Hal ini dimungkinkan karena para prajurit merasa memiliki kuasa untuk melakukannya. 

Itulah sebabnya Yohanes berkata kepada para prajurit agar mereka tidak memeras dan mencukupkan diri dengan gaji mereka. "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."  (Lukas 3:14).  kenapa Rasul Yohanes menyebut gaji?Karena orang-orang yang sedang dia hadapi pada saat itu/para prajurit ialah mendapatkan gaji/penghasilan/Imbalan setiap bulannya. 

Dalam bahasa saat ini hal tersebut berarti Yohanes Pembaptis mengatakan agar kita tidak menggunakan kewenangan kita untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri dan belajar mencukupkan diri dengan penghasilan yang kita terima.  Menjadi prajurit adalah pekerjaan yang terhormat, tetapi menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri adalah perbuatan dosa.  

Mengapa kita harus belajar mencukupkan diri dari gaji/Penghasilan kita?KarenaAlkitab mengatakan “…cukupkanlah dirimu dengan gajimu” (Lukas 3:14) dan “…cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu” (Ibrani 13:5). Hal ini berlaku bagi yang berpenghasilan tetap maupun tidak tetap.

” MENCUKUPKAN DIRI ” “…Jangan merampas dan jangan memeras dan “CUKUPKANLAH” dirimu dengan gajimu” (Lukas 3:14)~CUKUP bukanlah soal “berapa” jumlahnya. ~CUKUP adalah persoalan “kepuasan hati”. Rasa puas dan rasa cukup berbicara soal hati.  Bila hati kita dipenuhi ucapan syukur maka di segala keadaan kita pasti bisa berkata cukup.

Apakah dengan berkata cukup/merasa cukup kita berhenti bekerja/tidak perlu bekerja lagi?

Cukup bukan berarti bahwa kita berhenti saja dari pekerjaan dan usaha yang ditekuni selama ini/bukan berarti kita tidak bekerja, kemudian berpuas diri saja.~Mengucapkan kata *CUKUP* bukan berarti membuat kita “berhenti” untuk berusaha dan berkarya. ~CUKUP jangan diartikan sebagai kondisi stagnan dan berpuas diri. ~Mengucapkan kata CUKUP membuat kita melihat apa yang “telah” kita terima, bukan apa yang “belum” kita dapatkan atau kita miliki.Kita akan senantiasa merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan didapatkan dalam kerja keras dan usaha kita, bukan dengan apa yang belum kita miliki dan dapatkan/kita peroleh. Syukurilah apa yang ada dan bukan pada apa yang belum ada.Rasul Paulus menasihati kita,  "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."  (1 Tesalonika 5:18)~CUKUP* hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa “BERSYUKUR”. 

Belajar mencukupkan diri bukan berarti pelit, tetapi belajar untuk menyusun prioritas, mana yang penting, kurang penting, dan tidak penting. Kita belajar hidup dengan benar, puas dengan penghasilan yang diperoleh sebagai bagian anugerah Allah. Seandainya gaji kita kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup, Tuhan menghendaki kita berupaya meningkatkan penghasilan dengan bekerja dengan cara yang halal.

Kita perlu berupaya mencukupkan justru untuk mengatasi kebutuhan yang selalu lebih besar dari pendapatan. Mencukupkan diri bukan hanya sekedar soal hidup irit dan berhemat. Tetapi dorongan untuk berupaya kreatif merencanakan pemakaian uang sesuai dengan kemampuan yang ada. Tujuannya agar kita dapat menikmati segala berkat Tuhan dengan sukacita dan bertanggung jawab. Pada akhirnya mendatangkan ucapan syukur, bukan karena kelebihan, melainkan karena kecukupan.

Mencukupkan diri bukanlah tidak alkitabiah, karena Yesus sendiri pun dalam Doa Bapa Kami mengatakan “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat 6:11). Paulus pun mengatakan bahwa ia telah belajar untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan (Flp 4:11). Mencukupkan diri berarti belajar untuk bersyukur senantiasa atas berkat Tuhan yang kita terima. Mencukupkan diri berarti kita dapat menguasai diri dari segala keinginan-keinginan yang bersifat daging, di mana salah satu buah Roh adalah penguasaan diri (Gal 5:22-23).

Belajarlah ” MENCUKUPKAN DIRI ”dengan apa yang ada pada diri kita hari ini dan belajarlah untuk mensyukuri apa yang telah kita miliki, karena masih banyak orang yang kurang beruntung kehidupannya dibanding kita. Percayalah, Tuhan pasti akan memberikan lebih dari apa yang kita doakan dan pikirkan selama ini. 

Karena Dia Bapa yang baik, Bapa yang sangat mengerti segala kebutuhan anak-anak-Nya.Belajarlah untuk berkata ” CUKUP ” dengan selalu mengucap syukur untuk apa yang telah kita miliki, maka sukacita dan damai sejahtera akan melingkupi kehidupan kita. Amin.

Eman Hlw Seorang hamba Kristus lulusan dari Sekolah Tinggi Teologia Arastamar Bengkulu (STTAB), dan sekarang sedang bertempur diladang pelayanan.

0 Response to "KHOTBAH KRISTEN: MENCUKUPKAN DIRI DENGAN APA YANG ADA TIDAK MENJADI HAMBA UANG LUKAS 3:10-14"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel