TEOLOGI LIBERALISME

BAB I
PENDAHULUAN
Liberalisme adalah pangkal penyesuaian yang mendasar dari teolog Kristen dengan dunia modern. Pengajaran "Kristen liberal," yang sebenarnya tidak Kristen sama sekali, begitu bersandar pada akal budi manusia dan menganggapnya sebagai otoritas yang absolut. “Kaum Liberal bersedia melepaskan banyak unsur-unsur tradisional ortodoksi Kristen dalam usaha mereka mencari makna bagi zaman ini.” Mereka menganggap ilmu pengetahuan seolah-olah bisa mengetahui segala sesuatu. Alkitab dianggap seolah-olah dipenuhi dengan dongeng dan kesalahan.
 
Schleiermacher adalah seorang teolog yang sangat terkemuka pada abad ke-19 dalam kalangan gereja reformatis. Ia juga adalah seorang filsof. Pengaruh pandangan-pandangan teologinya sangat luas. Munculnya theolog-theolog besar pada abad ke-20 merupakan reaksi terhadap pandangan theologia Schleiermacher.
 
Beberapa orang di Inggris sadar akan pentingnya peranan Schleiermacher pada abad ke sembilan belas. Selama bertahun-tahun ia dikenal hanya melalui sebuah karangan yang tidak terlalu masyur mengenai Injil Lukas, dan hampir satu abad lewat setelah kematiannya sebelum karyanya yang paling penting, The Christian Faith, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Tetapi di negara-negara Eropa lainnya ceritannya sangat lain. Pantas saja kalau Karl Barth menujukan kepada Schleiermacher kata-kata yang mula-mula Schleiermacher tujukan kepada Fredderick Agung: “Dia tidak mendirikan suatu golongan atau aliran, melainkan suatu zaman.” Hanya sekarang apakah kita, di dunia yang berbahasa Inggris, mulai menghargai peran penting nyata dari Schleiermacher dalam keadaan apapun.
 
BAB II
A. Teologi Liberal

Secara umum dapat dipahami bahwa pengajaran liberalis dan modernis ini, berpangkal pada rasio manusia sebagai dasar dan otoritas tertinggi dari iman. Semua yang terdapat di dalam Alkitab boleh diterima, setelah diuji melalui rasio. Hal-hal yang tidak dapat diterima akal akan ditolak mentah-mentah.
Apakah yang menjadi sebab, sehingga sebagian teologi Kristen itu dengan mudah bertekuk lutut pada paham yang hakikatnya berlawanan dengan Alkitab? Dalam buku yang berjudul “The Chruch Before the Watching World”, Francis A. Schaeffer mengemukakan pendapat bahwa teolog-teolog tersebut bertekut lutut, karena mereka telah kehilangan dasar pemikiran Teologi Ortodoksi.

B. Biografi Friedrich Schleiermacher
Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher lahir pada tahun 1768 di Breslau, di daerah Silesia (sekarang Polandia) sebagai anak pendeta tentara aliran Calvinis. Ia dibesarkan dalam pietisme tradisi. Dalam kamus Teologi yang dicatat oleh Henk Ten Napel dijelaskan bahwa Pietisme adalah “gerakan keagamaan abad ke-17 berasal dari Jerman yang menekankan pemahaman Alkitab dan pengalaman religius pribadi.” Ibunya adalah seorang yang sangat saleh. Namun kemudian ayahnya pindah ke gereja Persaudaraan Moravia. Itulah sebabnya Schleiermacher disekolahkan pada sekolah milik Persaudaraan Morvia ini, pertama-tama di Niesky dan kemudian di Seminari Barby. Dari Seminary Barby ia melanjutkan pelajarannya pada Universitas Halle, pada tahun 1787. Ia meninggal tahun 1834.
Karya-karya Schleiermacher yang dikumpulkan di Jerman setelah ia meningal terdiri dari tiga puluh jilid (hampir terbagi rata antara khotbah-khotbah, tulisan-tulisan teologis, dan tulisan-tulisan filsafat). Banyak diantaranya mula-mula hanya dicetak oleh murid-muridnya yang setia mencatat di kelas-kelas kuliah. Ine semua mencakup sebuah buku berjudul Life of Jesus.  Tetapi karya yang paling penting di antara semuannya adalah sebuah buku yang berusaha memaparkan secara sitematis pendekatan baru Schleiermacher terhadap Kekristenan, The Christian Faith.
 
Tony Lane dalam bukunya menuliskan apa yang dikatakan Karl Barth kepada Friedrich Schleiermacher demikian, “Karl Barth mengatakan bahwa Schleiermacher tidak hanya membentuk suatu aliran baru, tetapi suatu zaman baru. Ia bukan saja pendiri aliran liberal, tetapi pendiri dari seluruh teologi modern.”

C. Friedrich Schleiermacher dalam Teologinya

Tanpa menolak begitu saja paradigma pencerahan, ia mempertahankan peranan “perasaan” dalam kajian iman dan teologi Kristen. Akar iman bukan dalam akal, melainkan dalam kesadaran religius. Orang merasa bergantung pada Allah secara mutlak. Perasaan ini menyatukan kekuatan rasional dan kekuatan moral manusia. Yesus Kristus mempunyai kesadaran ketergantungan pada Allah secara sempurna. Jadi, ia bukan hanya seorang guru moral, melainkan ia memperkuat kesadaran religius  manusia, dan dengan demikian ia menyelamatkan manusia. Jika sekilas dibaca stetmen ini tentu akan dibenarkan, karena seolah-oleh memang begitulah kebenarannya. Tetapi jika kembali dicermati penjelasan ini sangat merendahkan dan menghina pribadi Tuhan Yesus yang sebagai Allah 100% dan sebagai manusia 100%. Karena dikatakan bahwa “Yesus Kristus mempunyai kesadaran ketergantungan pada Allah secara sempurna.” Stephen Tong dalam bukunya mencatat bawha “dengan demikian kaum liberal menganggap bahwa Yesus sanggup menyalurkan kesadaran itu kepada orang-orang lainya. Pandangan ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Tillich (pembawa Hidup Baru) dan pandangan Robinson (manusia yang berkorban demi orang lain) adalah pandangan Schleiermacher mengenai Kristus dipermulaan abad kesembilan belas. Jadi dalam hal ini keselamatan yang Yesus Kristus berikan bukanlah kenyataan bahwa Dia yang menanggung hukuman dosa demi manusia. Tetapi karena kesadaran yang Yesus salurkan kepada manusia. hal ini menunjukkan bahwa manusia bisa selamat dengan sendirinya  karena kesadaran religius kepada Allah.

- Tentang Agama

Friedrich Schleiermacher membuat perbedaan jelas antara agama dan akal. Ia menekankan pengalaman, bukan iman, sebagai inti agama. Baginya agama adalah suatu perasaan kebergantungan yang absolut. Agama bukanlah terdiri dari sejumlah dogma atau sejumlah preposisi intelektual yang kepadanya orang-orang percaya menyetakan persetujuannya, tetapi agama adalah muncul dari Gefuhl (pengalaman keagamaan = perasaan). Agama mencakup segala hal. Ada tindakan-tindakan agama seperti mengambil bagian di dalam ibadah dan berbuat baik. Juga ada unsur pengetahuan yang boleh dikelompokkan di bawah pokok teologi (baik ceramah pelajaran maupun cerita Alkitab di Sekolah Minggu). Schleiermacher menyimpulkan  bahwa esensi agama bukanlah kegiatan maupun pengetahuan melainkan sesuatu yang umum terhadap keduanya. Di dalam Speeches dia mendefinisikan hal itu debagai “pengertian dan perasaan terhadap yang tak terbatas”. 
 
Pada waktu dia mulai menulis The Christian Faith dia dapat menjelaskanya sedikit lebih teliti: “unsur umum di dalam semuannya biarpun pengungkapan kesalehan bermacam-macam... ialah: kesadaran akan perasaan bergantung secara mutlak, atua, yang sama seperti itu, kesadaran berada dalam hubungan dengan Alllah.” Esensi agama terletak di dalam perasaan bergantung mutlak (“”sense of absolute dependence) di dalam diri kita.

- Tentang Yesus Kristus
Tentang Yesus Kristus, ia mengajarkan bahwa Yesus kristus adalah manusia tetapi seorang manusia yang unik. Keunikan-Nya terletak pada bahwa Ia dikuasai oleh kesadaran akan Allah yang belum pernah dimiliki seorang manusia mana pun sebelumnya dan tidak akan ada sesudahnya. Kesempurnaan Kristus hanya mungkin karena Allah  hadir di dalam Dia. Oleh karena itu, Kristus adalah manusia dan ilahi. Penebusan bekerja melalui sesuatu kekuatan dan yang tanpa kekuatan itu manusia tidak dapat mencapai tujuan yang Allah telah tetapkan bagi mereka. Karena Yesus Kristus adalah manusia yang sempurna, maka hal itu memungkinkan manusia untuk bersekutu dengan Dia dan dosa mereka dikalahkan oleh kesadaran akan Allah yang sedang bekerja dalam mereka. 
 
Pengalaman penebusan oleh tiap individu melibatkan respons dalam iman dan kasih yang kemudian melahirkan pembenaran dan penyucian. Ini berarti kelahiran dan pertumbuhan dalam orang-orang percaya tentang pengalaman Allah, yang datang lewat Yesus Kristus. Penulis melihat bagaimana Schleiermacher mendefinisikan tentang Yesus Kristus. Dikatakan bahwa Yesus adalah manusia yang sempurna, dalam hal ini tentu tidak ada masalah yang timbul karena hal ini benar adanya. Namun, selanjutnya dikatakan bawha “kesempurnaan Kristus hanya mungkin karena Allah  hadir di dalam Dia.” Oleh karena itu, Kristus adalah manusia dan ilahi. Hal ini yang tidak bisa diterima “kesempurnaan Kristus hanya mungkin karena Allah  hadir di dalam Dia.” Kemungkinan yang seperti inilah yang bisa menyesatkan orang Kristen. Penulis menjelaskan bahwa jika hanya Allah hadir di dalam diri Yesus Kristus, asumsinya adalah Yesus bukan Allah. Karena Allah hanya hadir dalam Yesus Kristus. Konsep seperti inilah yang sama sekali tidak bisa ditoleransi. Jelas dalam Alkitab bahwa Yesus 100% Allah dan 100% manusia bukan karena Allah hadir dalam diri Yesus, melainkan Yesus sendiri adalah Allah. (Wahyu 21:6-7).

Konsep Schleiermacher tentang karya Yesus Kristus terlalu rendah, karena pandangannya tentang kebejatan manusia tidak memadai (sedikit sekali yang dikemukakannya tentang dosa dihadapan Allah, misalnya). Yesus Kristus tidak datang untuk menebus dosa tetapi untuk menajdi guru kita, untuk menjadi teladan bagi kita.

- Tentang Iman Kristen
Inti dari kesalehan bukan mengenai ataupun bertindak, melainkan kesadaran bahwa kita “secara mutlak tergantung atau, yang sama artinya, berada dalam hubungan dengan Allah.” Kembali Schleiermacher mengaitkan iman dengan kesadaran, jadi bukanlah suatu tindakan yang penting tetapi lebih kepada kesadaran akan Allah, itulah yang paling penting dalam iman. Hampir sama apa yang dikatakan Schleiermacher dengan Andrew Murray ia mengatakan bahwa “dengan iman, firman itu diterima di dalam hati sanubari yang paling dalam. Hendaklah orang Kristen selalu berusaha mengetahui lebih dalam apakah iman itu, dengan demikian ia akan lebih mengerti mengapa hal-hal yang besar dihubungkan dengan iman. Ia akan semakin sadar bahwa keselamatan yang sempurna itu bergantung kepada iman.”

- Tentang Dosa
Dosa ditafsirkan dengan cara yang sama. Dosa bukan begitu banyaknya pelanggaran terhadap hukum Ilahi seperti “sesuatu penangkapan kekuatan jiwa yang menentukan, dikarenakan kebebasan fungsi-fungsi indera”. Dosa adalah natur manusia yang lebih rendah yang menginginkan bebas, pada waktu ia seharusnya terikat. Itu merupakan sesuatu yang menyelimuti perasaan bergantung mutlak  di dalam diri kita. Di dalam bentuk ekstrimnya boleh dikatakan “keadaan tanpa Allah (Gottlosigkeit), atau, lebih baik, keadaan melupakan Allah (Gottvergessenheit)”.
 
Berbicara tentang dosa maka penulis akan mengaitkan dengan kematian. Karena upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Berlanjut tentang neraka. Neraka itu tidak nyata bagi kaum liberal. Karena Manusia tidak tersesat dalam dosa. Mereka tidak akan binasa oleh penghakiman di masa depan meskipun tidak memiliki hubungan dengan Kristus melalui iman. Manusia dapat membantu dirinya sendiri dengan cara berbuat baik. Pengorbanan kematian Kristus di kayu salib tidak diperlukan lagi karena Allah yang penuh kasih tidak akan mengirim orang ke tempat seperti neraka, mengingat manusia tidak dilahirkan dalam dosa. Dengan jelas pengajaran ini membantah pernyataan dari Yesus sendiri, yang menyatakan kalau diri-Nya adalah satu-satunya Jalan untuk datang kepada Allah, melalui kematian-Nya yang telah menebus dosa manusia (Yoh 14:6.)

- Tentang Karya Penebusan Yesus

Karya Penebusan Yesus adalah menarik “orang-orang yang percaya ke dalam kuasa kesadaranNya akan Allah”. Itu bukanlah menanggung dosa-dosa mereka demi mereka, melainkan begitu menggerakkan manusia sehingga “prinsip atau pendirian dasarNya kita miliki juga”. Schleiermacher tetap memakai beberapa istilah teologi Kekristen yang lebih kuno, bahkan sebagian isinya. Tetapi ia memberikan arti yang diperluas atau hampir diubah sama sekali. Maka pengajarannya mengenai pendamaian tetap mengandung beberapa kemiripan dengan ortodoksi Protestan. Dia tetap dapat menulis: “Penerimaan ke dalam hidup persekutuan dengan Kristus, berkenan dengan perubahan hubungannya dengan Allah, itulah Pembenarannya; berkenaan dengan perubahan kehidupannya itulah Pertobatannya.”

1. Apa yang salah dalam Teologinya

Pengertian pietisme bahwa agama itu perlu dirasakan dan dialami, oleh Schleiermacher dikembangkan sampai begitu jauh sehingga akhirnya agama itu hanyalah perasaan dan pengalaman. Percaya dalam arti menerima doktrin, menjadi sesuatu yang asing bagi agama: “ia lebih jauh dari yang tertinggi dalam agama, sebagaimana ditandaskan, sehingga harus ditolak oleh semua orang yang ingin menerobos ke dalam alam tempat agama berlindung.” Inilah konsep baru tantang agama Kristen. Sampai munculnya Schleiermacher tologi Kristen dilihat sebagai suatu riwayat tentang penyataan Allah – sebagaimana terdapat dalam Alkitab, tradisi, alam atau kombinasi dari ketiganya. Schleiermacher membuat teologi menajdi penelitian agama, yaitu penelitian atas pengalaman-pengalaman keagamaan manusia. Ia memberikan arti yang radikal baru terhadap penyataan menajdi pengalaman keagamaan masing-masing individu. “setiap intuisi dan setiap perasaan yang asli datang dari penyataan ... kalau belum ada sesuatu yang asli yang timbul dalam dirimu, maka kalau ia muncul, itulah pula penyataan bagi anda.” Schleiermacher membuka pintu bagi suatu corak “Kekristenan” yang tidak lagi menerima ajaran Alkitab sebagai tolak ukur, yang tidak lagi terikat pada norma luar.

2. Cara mengatasi Teologi Liberal

Bagi kaum liberal ini Alkitab tidak "diilhamkan Allah" dan memiliki kesalahan. Karena paham ini, para teolog liberal harus menentukan ajaran mana yang benar dan yang tidak. Penulis menjelaskan bahwa pengajaran ini secara langsung bertentangan dengan 2 Timotius 3:16-17: "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." Dalam hal ini menanggapi pengajaran liberal tentu tidak segampang dan semudah yang dipikirkan. Kaum liberal begitu bersandar pada akal budi manusia dan menganggapnya sebagai otoritas yang absolut. Artinya segala sesuatu yag bersifat irasional bagi kaum liberal, hal ini tidak dianggap sebagai kebenaran dalam Alkitab.

Ahli teologi liberal, sebaliknya, mengatakan bahwa mujizat dalam Alkitab terjadi tidaklah sebagaimana yang dituliskan. Contohnya, saat mereka membaca tentang sepuluh tulah di Mesir, mereka akan mencari sebab alami yang menyebabkan tulah itu terjadi. Memang faktanya, di aliran Sungai Nil ada sebuah gunung api yang meletus pada saat itu. Ahli teologi liberal akan mengatakan bahwa larutnya abu merah yang keluar dari gunung yang meletus itu akan membuat air Nil menjadi berwarna merah layaknya darah pada saat Nil mencapai Mesir. Bagi mereka, kejadian itu bukan sesuatu yang supernatural. Itu cuma air berwarna merah, bukan darah. Dengan cara ini, teologi liberal selalu mencari cara untuk menjelaskan kisah supernatural dengan sebab-sebab alamiah.

3.Masuknya Teologi Liberal dalam Kekristenan

Di Jerman, liberalisme itu kurang berpengaruh di lapangan Gereja, jika dibandingankan dengan lain-lain negeri. Hal ini dikarenakan terbatasnya sekolah-sekolah tinggi teologi modern. Tetapi di Inggris, gerakan liberal dalam Gereja adalah lebih kuat dan lebih tua, karena sudah mulai pada tahun 1830 dengan menamakan dirinya “Gerakan Gereja-Luas” (Broad Church). Mereka merupakan golongan kecil saja di antara partai-partai Gereja-Tinggi dan Gereja-Rendah. Umumnya Gereja Inggris dan teologinya adalah konservatif dan mengutamakan praktek. Inggris tidak berarti bagi dogmatik, tetapi memberi sumbangan indah untuk bagian tafsiran, sejarah dan praktek ilmu teologia.

D.Kelebihan dan kekurangan Teologi Liberal
Berbicara tentang kelebihan Teologi liberal penulis dalam hal ini menjelaskan bahwa hal yang paling penting untuk dilakukan oleh kaum ini adalah "mengasihi" sesamanya. Kaum liberal sangat menekankan yang namanya hukum kasih, sehingga bagi mereka mengasihi merupakan suatu kewajiban yang harus senantiasa dilakukan. Dengan melakukan kasih mereka sudah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh para teolog liberal. Tetapi ada kekurangannya juga yaitu apa yang dianggap sebagai “tindakan kasih” bukan berdasarkan pada apa yang Alkitab katakan sebagai sesuatu yang baik, tetapi bersandar pada apa yang para teolog liberal ini putuskan sebagai sesuatu yang baik.

Berikutnya Kaum liberal juga menerapkan rasa saling toleransi antar sesama umat manusia. hal ini baik karena tidak adanya rasa egois yaitu kepentingan diri sendiri. Mereka saling menolong, membantu, dan juga saling menghormati satu dengan yang lain. Namun kekurangannya kaum liberal mengabaikan apa yang Alkitab katakan. Alkitab mengutuk orang-orang yang menyebut kejahatan itu sebagai sesuatu yang baik dan kebaikan itu sebagai sesuatu yang jahat (Yes 5:20), seperti yang dilakukan beberapa gereja liberal dengan menerima homoseksualitas sebagai gaya hidup alternatif meskipun Alkitab berulang kali mengutuk praktik tersebut.
Berbicara tentang kelebihan Teologi liberal penulis dalam hal ini menjelaskan bahwa hal yang paling penting untuk dilakukan oleh kaum ini adalah "mengasihi" sesamanya. Kaum liberal sangat menekankan yang namanya hukum kasih, sehingga bagi mereka mengasihi merupakan suatu kewajiban yang harus senantiasa dilakukan
BAB III
KESIMPULAN

Kaum liberal beranggapan bahwa manusia harus berbuat baik, berbuat amal, karena perbuatan ini akan mempengaruhi keselamatan. Apa yang tercatat dalam Alkitab jika menyinggung tentang adanya mujizat maka hal itu dianggap sebagai dongeng, dengan berbagai penafsiran yang dikemukakan. Cerita tragis tentang Yesus mati di kayu salib, tidak dapat diterima. Karena cerita ini berasal dari pengaruh tahyul abad pertengahan. Injil dengan darah sudah ketinggalan zaman. Neraka itu tidak ada. Allah yang Mahakasih, tidak mungkin menghukum atau membinasakan mahluk ciptaan-Nya. 
 
Dengan demikian, pengajaran tentang penghakiman bagi mereka hanyalah isapan jempl saja. Schleiermacher membuat teologi menajdi penelitian agama, yaitu penelitian atas pengalaman-pengalaman keagamaan manusia.
 
Bagi penulis kaum liberal adalah salah satu aliran yang dikategorikan sebagai bidat. 
 
Penulis setuju dengan definisi yang dikemukakan oleh Dr. John Pao yang berbunyi, “Setiap organisasi manapun yang mengaku percaya Alkitab, tetapi keyakinan atau pengakuannya tidak sesuai dengan Alkitab; terserah apakah isi Alkitab dikurangi, ditambah atau saling bertolak-belakang patut disebut sebagai bidat.”
Eman Hlw Seorang hamba Kristus lulusan dari Sekolah Tinggi Teologia Arastamar Bengkulu (STTAB), dan sekarang sedang bertempur diladang pelayanan.

0 Response to "TEOLOGI LIBERALISME"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel