GAYA KEPEMIMPINAN RAJA SALOMO DAN RAJA SAUL

BAB I
PENDAHULUAN     
   
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas anugerah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tulisan ini tentang “Kepemimpinan Salomo dan Saul”. Di dalam tulisan ini saya memaparkan bagaimana bentuk kepemimpinanan Salomo dan Saul. Berbicara tentang kepemimpinan, tentu semua orang mau jadi seorang pemimpin. 
 
Karena kepemimpinan adalah kegiatan mempersuasi orang-orang untuk bekerjasama dalam pencapaian suatu tujuan bersama, tetapi di sisi lain juga kebanyakan para pemimpin selalu gagal dalam kepemimpinan mereka.  
 
Demikian juga dalam pembahasan tulisan ini, bagaimana kita dapat menemukan kepemimpinan Raja Salomo dan juga dengan kepemimpinan Raja Saul. Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan bentuk kepemimpinan dua tokoh ini yaitu Raja Salomo dan juga Raja Saul.

BAB II
KEPEMIMPINAN SALOMO DAN KEPEMIMPINAN SAUL

1. Latar Belakang Salomo
Sejak Daud mati, maka hanya Salomo saja yang memerintah; ia naik takhta ayahnya”. Salomo adalah Raja bangsa Israel yang ketiga dari anak Raja Daud. Dalam 1 Raja-Raja 1:23, Salomo dilantik menjadi seorang Raja. Dan kepemimpinan Raja Salomo memperkokoh Yerusalem dan Salomo  memiliki 1000 istri (700 istri dan 300 selir). 
 
Di dalam kepemimpinan Salomo sejarah membuktikan bahwa kepemimpinan Salomo membawakan hasil. Ketika Salomo berkuasa di dalam kepemimpinannya Salomo membuat suatu perubahan di dalam gaya hidup, dan Salomo juga membuat peraturan yang membawakan hasil yang baik. Dan penegakkan hukum yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pada zaman Salomo menjadi Raja Israel, Tuhan memberkati Israel dengan berkat yang melimpah. Salomo adalah seorang Raja yang sangat bijaksana dalam mengelola kerajaannya. Pengaruhnya yang kuat menjadi magnet bagi banyak orang, bahkan mereka rela menempuh perjalanan jauh, hanya untuk melihat dan belajar dari Salomo. Salomo dikaruniai hikmat dan pengertian yang tiada bandingnya seperti yang dimintanya sendiri, "Berilah sekarang kepadaku hikmat dan pengertian, supaya aku dapat keluar dan masuk sebagai pemimpin bangsa ini, sebab siapakah yang dapat menghakimi umat-Mu yang besar ini?" 2 Taw 1:10.

2. Ciri-Ciri Kepemimpinan Salomo
a. Bijaksana

Salomo adalah seorang tokoh yang memiliki sikap yang sangat bijaksana, baik di dalam bertindak bahkan juga di dalam berkata-kata. Di dalam kepemimpinan Salomo ia sangat berwibawa. Jadi melihat begitu banyaknya tanggung jawab Salomo, Salomo meminta hikmat dan pengertian yang dari pada Tuhan”. 
 
Salomo tidak meminta kekayaan dari Tuhan melainkan hikmat supaya dalam kepemimpinannya ia senantiasa mengambil setiap keputusan sesuai dengan hikmat yang diberikan Tuhan kepadanya. Dan dapat membedakan yang baik dengan yang jahat (1 Raja-Raja 3:9-11). Salomo memohon kebijaksanaan untuk memerintah bangsa yang besar jumlahnya itu, oleh karena ia masih muda dan tugas yang di taruh di atas bahunya itu sangat berat”. 

Kebijaksanaan Salomo tersiar kepada semua orang kafir sekitarnya”  Kebijakan Salomo dapat kita lihat didalam mengambil suatu keputusan, sebagai berikut:
Pertama, dalam kisah dua orang perempuan sundal (1 Raja-Raja 3:16-28). Kedua perempuan sundal ini, menghadap Salomo karena mereka sudah melakukan sebuah kesalahan. Dan tindakan kepemimpinan Salomo, Salomo mengambil suatu tindakan yang berhikmat dan bijaksana. Dan perkataan Salomo terakhir kepada kedua perempuan ini, “Jangan sekali-sekali membunuh dia” . Jadi disini kita dapat melihat bagaimana bentuk kepemimpinan Salomo yang memiliki kebijaksanaan. 

Salomo sebagai seorang pemimpin diperhadapkan dengan masalah ini tentu sulit untuk menyelesaikannya. Tetapi oleh karena ia bijaksanan dan penuh hikmat dari Allah ia menemukan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kebijaksanaan untuk memahami kehendak Tuhan dalam menjalankan tugas merupakan hal yang paling utama dan terutama. Dihadapan Tuhan sikap Salomo ini belum pernah dimiliki oleh siapa pun , maka dari itu dapat disimpulkan sebagai seorang pemimpin “kebesaran seorang Raja bukan terletak pada kekayaan dan kekuasaan yang ia miliki, melainkan terletak pada ketaatan dan kesetiaan Raja kepada kehendak Tuhan”.
 
Jadi, bagi Salomo arti kehidupan ini tidak terletak pada apa yang kita miliki, melainkan terletak pada kerelaan hati kita melakukan kebaikan yang Allah telah berikan kepada kita. Tugas Salomo adalah mengembangkan, memperluas, menguasai daerah yang telah diwariskan oleh ayahnya Daud kepadanya. Selanjutnya Salomo melaksanakan peralihan damai dari perserikatan suku-suku, yang menjadi ciri hidup politik sebelum Raja Daud kesuatu pemerintahan pusat yang kuat, satu-satunya yang dapat mempertahnkan kerajaan Israel” .

3. Kepemimpinan Salomo
a. Keberhasilan Salomo

Dibawah pemerintahan Salomo, kerajaan Israel mencapai puncak kejayaan dan kemuliaannya” . Negeri Israel mengalami perluasan yang belum pernah terjadi, baik sebelum maupun sesudah Salomo. Tidak perlu dilakukan peperangan sebab rakyat di dalam kerajaan itu hidup dengan tentram. Bait  suci di Yerusalem jadi pusat beribadah.
Saat Salomo berkuasa tindakan pertama yang dilakukan adalah mengokohkan kerajaannya dengan menyingkirkan orang tertentu dan menegakkan hukum kerajaan dan kedaulatan seorang Raja. Pembangunan Salomo mendirikan sebuah Bait Suci bagi Tuhan di Yerusalem. Dalam Bait Suci itu orang Israel kembali pusat ibadahnya kepada Allah”.
 
Dalam perkembangan selanjutnya kerajaan Israel dalam kepemimpinan Salomo dikenal dan terkenal antara lain dengan :
• Keadilan dalam mengadili rakyatnya, hukum ditegakkan
• Memiliki program, visi, misi dan prioritas yakni membuat Bait Allah dan kemudian Istana. (Mendahulukan Tuhan)
• Mempunyai team work managerial yang kuat dan kokoh dalam membangun proyek.
Penyebab kesuksesan Salomo, meraih kesuksesan di atas adalah sikap dari kepemimpinan Salomo antara lain ialah:
• Pilihan Salomo untuk berdoa dan memohon hikmat dari Tuhan
• Memulai segala sesuatu dengan bersama Tuhan melalui Iman yang benar dengan mencontoh  Daud, ayahnya.
Dampak dari kepemimpinan Salomo dalam membangun kerajaan kesatuan Ibrani maka dalam kepemimpinan rezim Salomo, bangsa Ibrani meraih:
• Negara dalam keadaan damai dan aman
• Negara unggul dalam bidang hikmat, ilmu pengetahuan dan teknologi
• Kekayaan dan kemuliaan
• Mendapatkan kemasyuran dan kehormatan
• Penuh dengan sukacita dan kesentosaan
Setelah Daud meninggal maka bangsa Israel dipimpin oleh anaknya Salomo. Setelah kepemimpinan Salomo bangsa Israel mencapai puncak kemakmuran”.
 b. Kegagalan Salomo
Setelah membangun selama 20 tahun meraih kesuksesan dan kesejahteraan, Salomo berhadapan dengan dirinya sendiri karena perubahan menyebabkan hadir perubahan dalam kepemimpinan yang tidak disadari karena adanya masalah kepribadiannya, hal itu antara lain: 
- Hanyut mencari dan memuaskan kesenangan/hedonis dalam status Raja besar
- Moral kurang kuat
- Dalam ketaatan  dan ibadah kurang tegas, sehingga berdampak dalam kepemimpinan Salomo
- Jatuh dalam dosa seks melanggar hukum Taurat karena menikahi banyak wanita asing dengan kebudayaannya

Salomo berkata dalam 1 Raj 8:61 supaya berpaut kepada Tuhan dan mengikuti segala perintah Tuhan, tetapi Salomo sendiri melanggar perintah Tuhan. Salomo melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti Tuhan, seperti Daud, ayahnya." (1Raj 11:6).  " Salomo memulai dengan baik tetapi ia tidak mengakhirinya dengan baik. Banyak orang yang berkata "Aku bisa melakukannya dengan kemampuan dan kepandaianku.." tetapi ada orang lain berkata dengan penuh kerendahan hati "Tuhan pimpinlah aku, karena aku tidak mampu berjalan sendiri..."
Tidak semua orang kaya dapat tetap teguh Imannya”. 
 
Juga Salomo tidak luput dari pengaruh kekayaan dan kemewahan yang melemahkan pribadinya, oleh karena ia jatuh berbuat dosa dan menyembah berhala. Hal yang langsung menyebabkan ini ialah jumlah isterinya yang banyak itu. Pada waktu Salomo sudah tua, hatinya dicondongkan oleh segala isterinya kepada allah-allah lain ". Ada pun Raja Salomo mencintai banyak perempuan asing isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya" (1 Raja-Raja 11:1,4).  Dalam pergaulannya yang banyak dengan Raja-raja dan pembesar-pembesar luar negeri mendorong dia mengadakan perhubungan yang rapat dengan mereka dengan jalan mengambil puteri-puteri mereka menjadi isterinya. Ini penyebab jatuhnya Salomo ke dalam dosa.

Salomo adalah seorang yang sangat dikasihi Tuhan, bahkan melalui nabi Natan, Tuhan menamakannya Yedija. Tuhan menampakkan diri-Nya kepada Salomo 2 kali. Pertama, ketika Salomo meminta hikmat, yaitu hati yang faham menimbang perkara agar dapat menghakimi Umat Israel (1 Raja-Raja 3:5). Kedua, ketika Salomo mendirikan Bait Suci (1 Raja-raja 6:11-13). Pada dua kali penampakkan diriNya kepada Salomo itu, Ia berfirman, "jika engkau hidup menurut segala ketetapanKu", maka Tuhan menjanjikan ini dan itu kepadanya. Jadi, sekalipun Salomo sangat dikasihi Tuhan dan Tuhan telah dua kali menampakkan Diri-Nya kepada Salomo, namun jika Salomo menyimpang dan tidak hidup menurut ketetapanNya, maka akan ada akibat yang harus ditanggungnya sebagai disiplin Tuhan. Setelah membangun selama 20 tahun meraih kesuksesan dan kesejahteraan, Salomo berhadapan dengan dirinya sendiri karena perubahan menyebabkan hadir dalam kepemimpinan yang tidak disadari karena adanya masalah kepribadiannya, hal itu antara lain:
 
- Meninggalkan Tuhan
Dosa Salomo pada masa waktu ia sudah tua dimana hatinya dicondongkan oleh segala istrinya kepada allah lain. Atas dosa yang dilakukannya itu sebagai hukumannya terpecahnya Kerajaan itu menjadi dua bagian yaitu Israel Utara dan Israel Selatan. Israel Utara yang terdiri sepuluh suku dengan wilayah yang sangat luas diperintahkan oleh banyak dinasti, akan diperintah oleh putranya sebagian. Sedangkan wilayah Israel Selatan dengan dua suku yang sempit yang diperinyah oleh Daud yaitu putra Salomo. 
 
- Mementingkan diri sendiri
1 Raja Raja 11:26-28  Juga Yerobeam bin Nebat, seorang Efraim dari Zereda, seorang pegawai Salomo, nama ibunya Zerua, seorang janda, memberontak terhadap Raja. Inilah alasannya, mengapa ia memberontak terhadap Raja: Salomo mendirikan Milo, dan ia menutup tembusan tembok kota Daud, ayahnya. Yerobeam adalah seorang tangkas; ketika Salomo melihat, bahwa orang muda itu seorang yang rajin bekerja, maka ditempatkannyalah dia mengawasi semua pekerja wajib dari keturunan Yusuf
 
- Melanggar/mengabaikan nasehat
(Pengkhotbah 4:13 Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang Raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi. 4:14 Karena dari penjara orang muda itu keluar untuk menjadi Raja, biarpun ia dilahirkan miskin semasa pemerintahan orang yang tua itu)

4. Kepemimpinan Saul

Pemimpin yang layak bukanlah pemimpin yang tanpa cacat. Mengenai ini, seluruh Alkitab sepakat bersatu pendapat. Di mana pada  bagian ini, mana ada orang yang seratus persen sempurna, yang membedakan seorang pemimpin Tuhan memberitahukan kepada Samuel, siapa yang menjadi Raja Israel, lalu Samuel mengumpulkan orang Israel di Mizpa, tempat mereka dahulu mengalahkan bangsa Filistin. Samuel memberitahukan kepada seluruh orang Israel, bahwa mereka akan mendapatkan seorang Raja yaitu Saul. Dan pemilihan Raja itu dilakukan dengan undian.

Saul sebagai seorang Raja yang ideal, Saul dikedepankan dalam bacaan di atas sebagai seorang pribadi yang “takut akan Allah” dan “memiliki kemampuan”. Ia dikirim oleh ayahnya untuk mencari keledai-keledai betina yang hilang entah kemana. Bukannya mendapatkan keledai, Saul malah mendapatkan singgasana kerajaan. Apakah Saul dapat menjadi seorang Raja Israel yang ideal? Pada pandangan pertama tentunya tidak meragukan lagi! Saul memang dapat menjadi seorang Raja yang baik. Dari sudut kualitas-kualitas pribadinya sebagai seorang (calon) pemimpin, Saul memiliki atribut fisik yang nyaris sempurna: relatif lebih tinggi dari laki-laki yang lain dan wajahnya juga “handsome” tak tertandingi. 
 
Ia disuruh ayahnya untuk mencari keledai-keledai betina yang hilang, tentunya karena dinilai memiliki “kemampuan” atau “kompetensi”. Sikap dan perilaku “takut akan Allah” diindikasikan dalam ayat-ayat yang tidak dipetik sebagai bacaan hari ini. (1Sam 9:5-16). Bacaan Kitab Suci yang berkenan dengan awal-awal pemerintahan Saul juga menceritakan kinerjanya yang relatif baik sebagai pemimpin bangsanya, misalnya pada waktu Saul menyelamatkan Yabeshy (baca: Yabesh) (1Sam 11). Namun apabila kita membaca cerita selanjutnya dalam “Kitab Samuel yang pertama”, maka satu persatu kelemahan atau kejelekan pribadinya akan bermunculan ke permukaan selagi Saul gagal memerintah Israel (umat Allah sendiri) dengan rasa penuh kepercayaan kepada kesetiaan Allah dan bimbingan-Nya.
Setelah membangun selama 20 tahun meraih kesuksesan dan kesejahteraan, Salomo berhadapan dengan dirinya sendiri karena perubahan menyebabkan hadir perubahan dalam kepemimpinan yang tidak disadari karena adanya masalah kepribadiannya, hal itu antara lain
KEGAGALAN SAUL
-Raja yang lupa diri
Kesalahan Saul yang pertama adalah, bahwa dia ingin menjadi “Raja seperti Raja-raja lain”. Kedua cerita mengenai konflik antara Samuel dan Saul memperlihatkan drama pribadi Saul. Ia diangkat menjadi Raja oleh Allah sendiri melalui nabi-Nya, Samuel, maupun dengan jalan membuang undi suci (1Sam 10:17-27) yang menyatakan kehendak Allah. Akan tetapi setelah menjadi Raja, Saul ingin bertindak sewenang-wenang seturut suara hatinya sendiri. Sikap Saul ini terasa sekali dalam cerita yang mengharukan hati mengenai anak laki-lakinya, Yonatan (1Sam 14). Tanpa kenal ampun Saul mau menindak puteranya itu, bahkan membunuhnya. Pada akhirnya rakyat menyelamatkan Yonatan. Ada dua cerita di mana Saul bertindak langsung melawan perintah Allah, yaitu pada waktu orang Filistin datang menyerang (1Sam 13) dan pada waktu Saul ditolak sebagai Raja (1Sam 15). 
 
Inilah yang menimbulkan bentrokan antara Samuel, nabi Allah, dengan Saul, Raja umat Allah. Apa yang masih diceritakan tentang Saul dalam cerita-cerita sekitar tampilnya Daud, hanya memperlihatkan bahwa Raja itu semakin mundur dan merosot. “Kitab Samuel yang pertama” hampir saja tidak menceritakan apa-apa tentang pemerintahan Saul. Hal ini kiranya disengaja, sebab sebagai Raja umat Allah, Saul gagal total. 
 
Orang-orang Filistin yang pernah dikalahkannya, akhirnya tidak hanya mengalahkan tentara Saul, melainkan juga menewaskan Raja beserta putera mahkotanya (1Sam 31). Melalui cerita-cerita sekitar Saul, “Kitab Samuel yang pertama” mengajarkan kepada umat dan khususnya kepada para Raja, dimanakah kedudukan Raja yang sebenarnya. Seorang Raja umat Allah hanyalah seorang abdi (pelayan, hamba) Raja yang sesungguhnya, Dia diangkat dan dipilih oleh Allah untuk memerintah dan membimbing umat-Nya sesuai dengan kehendak Allah. 
 
Maka jika Raja tidak setia, dia pun diganti dengan seorang lain. Kekuasaan memang senantiasa menjadi godaan bagi siapa saja yang memegang kekuasaan itu. Kitab Samuel mengingatkan para penguasa pada umumnya agar tidak pernah mempunyai kuasa mutlak. Kuasanya senantiasa harus terikat pada kehendak Allah, satu-satunya penguasa manusia. Israel pernah dimerdekakan oleh Allah dari perbudakan di negeri Mesir, dan tidak pernah umat ini boleh diperbudak lagi oleh manusia, biar pun oleh seorang Raja.
    
BAB III
KESIMPULAN
Penulis menyimpulkan dalam kepemimpinan Salomo  membawa dampak yang baik. Keberhasilan atau kesuksesan yang diraih oleh Salomo adalah karena ia senantiasa meminta hikmat yang dari pada Tuhan. Dan ia memulai segala sesuatu yang ia kerjakan mengundang Tuhan melalui Imannya yang sungguh-sungguh kepada Tuhan. Jadi dampak kepemimpinannya adalah, Negara dalam keadaan damai dan aman, kekayaan dan kemasyuran mereka rasakan, penuh sukacita dan kesentosaan. 
 
Tetapi semua itu sirna ketika Raja Ralomo berpaling dari Tuhan dan akhir Kerajaannya terbelah menjadi dua bagian Israel utara dan selatan, ini menunjukkan bahwa Salomo memulai dengan baik tetapi ia mengakhiri dengan kegagalan dalam kepemimpiannya.
Sedangkan dalam kepemimpinana Saul, Saul adalah sebagai seorang Raja yang ideal. Sebagai seorang pribadi yang “takut akan Allah” dan “memiliki kemampuan” di dalam memipin. Tetapi kita melihat tidak semua seorang pemimpin itu dapat memimpin. Seperti halnya dalam kedua tokoh di dalam pembahasan ini, kepemimpinan mereka dari awal sukses, jaya. Tetapi, pada akhirnya mereka juga pasti jatuh. Dan seorang pemimpin harus taat pada apa yang sudah di tetapkan oleh Tuhan.
Eman Hlw Seorang hamba Kristus lulusan dari Sekolah Tinggi Teologia Arastamar Bengkulu (STTAB), dan sekarang sedang bertempur diladang pelayanan.

0 Response to "GAYA KEPEMIMPINAN RAJA SALOMO DAN RAJA SAUL"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel