JANJI ALLAH KEPADA ABRAHAM DAN KEPADA KITA SAAT INI

JANJI ALLAH
A. Perkembangan Perjanjian dalam Perjanjian Lama
Dari permulaannya PL menyatakan diri sebagai cerita dan lukisan hubungan: hubungan antara Allah dan dunia. Hubungan ini tentu tidak simetris. Allah selalu yang transenden, hak dan kekuasaanNya atas dunia tidak mengadaikan adanya hak-hak dari dunia atas Allah. Ini yang menguasai pemikiran PL, sehingga kalau kita memikirkan pernyataan utama tentang sifat Allah, yaitu bahwa Allah adalah suci, kesucian ini tidak diuraikan pada dirinya, tetapi dalam hubungannya dengan dunia dan manusia.

1. Perjanjian dengan Nuh Kej 9:8-17

Nats ini adalah sejajar dengan janji Allah dalam karangan Y, yaitu Kej 8:21-22. Dalam karangan Y hanyalah itu suatu kata janji biasa, tetapi disini pengarang P mengangkaatnya menjadi penetapan dan penegak kedaulatan Allah yang bersifat hukum kekal (ay 16); P mempergunakan istilah “perjanjian” (9,11,12,13,15,16,17; sampai (7) hali!). istilah itu sarat dengan makna theologies. Dan dapat disamakan dengan “sumpah”, “ikrar”, “keputusan”, “penetapan  yang merdeka dan berdaulat”. Dengan mengeluarkan dekrit yang demikian itu maka Allah mengikat diri; Ia membatasi murkanya, dalam istilah perjanjian itu terkandung anasir pengutukan diri sendiri: hendaknyalah aku terkutuk, jika aku sekali lagi menggan yang seluruh bumi seperti yang terjadi pada waktu air bah. Isi perjanjian tersebut adalah penjaminan kestabilan semesta alam seperti dalam 8:21-22.
Ayat 9. Aku mengadakan perjanjianKu dengan kamu: yang dimaksudkan bukanlah: mari kita bermusyawarah dengan mengadakan persetujuan atau mupakat, dan mengeluarkan pernyataan bersama. Suatu persetujuan adalah biasanya jalan tengah atau kompromi antara dua minat (hasrat) atau dua kuasa, yang tidak sanggup mengalahkan satu sama lain. Bukanlah begitu halnya dengan perjanjian Allah. Allah mengalahkan manusia sama sekali dalam air bah. Kemudian dengan sukarela dan merdeka maka Allah membatasi kemungkinan-kemungkinan pelaksanaan murkaNya dan menentukan haluan politiknNya terhadap manusia. Allah mengundang, sebagai satu-satunya pembuat undang-undang, undang-undang dasar untuk zaman sajarah itu. Tetapi undang-undang dasar itu tidak mengikat penduduk bumi, melinkan dari Allah sendiri. Ayat 10 melukiskan wilayah-hukum, di mana undang-undang dasar itu berlaku: bukan hanya untuk manusia dan keturunannya, melainkan juga untuk segala binatang, yaitu untuk seluruh isi dunia yang bernafas.
 
2. Perjanjian Allah diterima-baik oleh Abraham Kej 15:1-6

Disamping itu ungkapan rangkap (doublatte) di dalam nats kita ini menunjuk juga kepada dua pengarang. Y memakai istilah “tidak mempunya anak” atau “sunyi dari ahli waris”, sedang E memakai istilah “keturunan” (zera’) dan “yang mengwarisi rumah-ku.” Jika kita menguraikan dan membuka jalinan kedua benang karangan itu, maka kita masih melihat keduanya dengan masing-masing perbendaharaannya yang hampir lengkap.
Tetapi jaminan kehidupan bukan hanya terdiri dari perlindungan nyawa, melainkan juga dari pemberian upah dan pengajaran segala pengorbanan Abraham. Setiap kehidupan menghendaki pemuasan (kepuasan), kesenagan dan penyempurnaan. Allah sendiri berjanji dalam Kej 12:2-3 akan memberkati Abraham, yaitu mencurahkan tanduk kelimpahan dan kesempurnaan hidup kepada Abraham.

- Allah Mengikat Perjanjian Resmi dengan  Abraham
Bahwa pokok cerita tentang acara pengikatan perjanjian itu adalah termasuk karangan Y, disongkong juga oleh ungkapan ”membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim” (ay 7) yang bersangkut paut dengan berita Kej 11:28 (Y).
Penyataan Allah Israel adalah selalu penyataan tindakan-tindakan penyelamatan yang telah dikerjakan-Nya: “yang membawa engkau keluar dari negeri Ur-Kasdim”. Allah Israel tidak menuntut dan memerintah terlebih dahulu, melepaskan. Allah Israel adaah Allah keselamatan dan penyelamatan; Allah Israel adalah kasih sayang yang meraih orang kepada siapa Ia menyatakan diri.
Dan penyelamatan dari Ur-Kasdim itu mempunyai maksud dan rencana yang berikut” “untuk memberikan negeri ini (seluruh tanah Kanaan) kepadamu menjadi milikmu ”. Allah bermaksud menjadikan Abraham, seorang rakyat marhaen Babel, seorang bawahan dari raja-raja dewa babel, menjadi seorang merdeka, seorang yang berdiri diatas kakinya sendiri di dalam negerinya sendiri. Allah Israel hendak memberikan kepada Abraham suatu tanah, dimana dia tidak dijajah oleh agama, kebudayaan, adat-istiadat, tahyul dan kemauan-mutlak Raja-raja ilahi yang berkuasa feudal, melainkan dimana Abraham dapat hidup dengan mereka dan berdikari, sebagai orang dewasa dan akil-balig oleh Allah, dihadapan Allah, dengan Allah.

B. Implikasi Teologis dari Perjanjain
Dibalik perjanjiaan itu adalah kehendak Allah yang pengasih “Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umatku” (Imamat 26:12) hendak menentukan jalannya peristiwa-peristiwa khusus. Hal ini sungguh-sungguh sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Kini kehidupan bangsa Israel mempunyai arti yang khusus; sejarah sendiri diarahkan dan menjadi berarti.

1. Inti Teologis Perjanjian
Dalam bahasa Ibrani ‘perjanjian’ dinyatakan dengan istilah ”berit” dan pembuatan perjanjian dengan karat berit, dalam bahasa Yunani “diatheke” dan kata kerja yg sesuai dengan itu diatithemi (bnd Kis 3:25; Ibr 8:10; 9:16; 10:16).
Menunjukka bahwa dalam Alkitab perjanjian-perjanjian Allah dengan manusia senantiasa mewujudkan pengurusan kasih karunia yg dilakukan berdasarkan kedaulatan-Nya. Tapi konsepsi yg sentral ini diterapkan kepada keadaan yg berbeda-beda. Karena itu sifat khusus dari kasih karunia dan janji itu ditentukan oleh keadaan historis pada waktunya. Sejak zaman Abraham perjanjian-perjanjian itu khusus bersifat penyelamatan dalam isi dan tujuannya. Ini tidak berarti bahwa kasih karunia yg menyelamatkan itu mulai dengan Abraham, atau juga tidak berarti bahwa perjanjian-perjanjian dengan Nuh itu tidak menunjuk kepada keselamatan. Bahkan perjanjian sesudah air bah sekalipun, pada dirinya tidaklah bersifat menyelamatkan, namun dapat dimengerti dalam hubungan yang lebih luas dari maksud-maksud Allah untuk menyelamatkan umat manusia, dan dalam hubungannya dengan Nuh sebagai seorang manusia Allah. Tapi dengan Abraham-lah kasih karunia dan janji-janji yg khusus bersifat menyelamatkan itu diurus dalam bentuk perjanjian, dan kasih karunia dalam perjanjian itu dalam intinya bersifat menyelamatkan.

2. Relasi Perjanjian Lama (PL) dengan Perjanjian Baru (PB)
Kitab perjanjian yaitu suatu kelompok hukum serta peraturan yang sangat tua. Di dalamnya umat Israel berusaha mempergunakan beberapa firman yang sudah diucapkan Tuhan pada situasi-situasi tertentu dan memikirkan persoalan-persoalan yang muncul dalam kehidupannya. Mereka hendak mengetahui maksud Tuhan untuk mereka dan kewajiban mereka terhadap Dia. Dengan demikian, peraturan-peraturan dalam “kitab perjanjian” ini berkuasa dan berotoritas.
Kitab perjanjian tidak diatur secara sistematis. Adabanyak situasi yang tidak memberikan nasihat bagi kehidupan kita sekarang, tetapi sangat berguna bila kita memikirkan hal-hal yang ditekankan ialah memelihara kedamaian, keamanan, serta stabilitas dalam masyarkat. Perselisihan serta pertengkaran mucul dengan mudah diantara petani-petani, peternak-peternak, serta penduk-penduduk lain di suatu kampung kerena bermacam-macam alasan.
Ini menunjukan bahwa bagi bangsa ini tersedia suatu jaminan baru dalam kehidupannya. Perjanjian yang dinyatakan dalam hukum Taurat, menolong orang mengerti tempatnya berpijak. Ia mempunyai pengharapan, karena unsur yang teguh ditambahkan pada kehidupannya dan pada sejarah.
Inilah perjanjian dari zaman ‘genap masa’, yaitu puncak segala masa (bnd  Gal 4:4 terjemahan LAI, ‘genap waktu’, Ibr 9:26) justru disebut perjanjian yang kekal (bnd Ibr 13:20; 12:28). Disebut demikian bukan untuk menyangkal sifat kekal yg telah diberikan contohnya dalam perjanjian-perjanjian yg lebih tua, tapi adalah karena perjanjian itu membawa kasih karunia Ilahi kepada pelaksanaan dan pemberiannya yang sepenuhnya. Dan inilah perjanjian Allah dalam tingkat pencapaian yang tertinggi. Disebut kekal adalah juga karena tidak dapat diganti oleh perealisasian lain yang lebih sempurna daripada kasih karunia dalam perjanjian. Kasih karunia sekarang telah mencapai pernyataan akhir. Kebahagiaan tertinggi bagi umat Allah akan terjadi menurut perjanjian baru ini. Tidak mungkin lain, sebab perjanjian baru ini dikaitkan dengan kasih karunia yang adalah Kristus sendiri dan yang dibawa oleh-Nya.
Bahan-bahan PB mengandung kesimpulan-kesimpulan ini. Hunjukan-hunjukan tertentu jelas mengakui kesinambungan dalam sejarah penataan perjanjian. Gal 3:17-22 secara khusus menyinggung hubungan antara perjanjian di Sinai dan perjanjian dengan Abraham. Dan singgungan itu beberapa hal menjadi jelas. Perjanjian di Sinai tidak membatalkan perjanjian dengan Abraham.
Janji-janji dalam perjanjian dengan Abraham tidak ditiadakan. Perjanjian di Sinai mewujudkan tambahan, bukan penggantian atau peniadaan. Tambahan yg melayani kepentingan janji yang mendapat pusatnya dalam benih yang akan datang. Perjanjian di Sinai itu tidak menentang sifat janji dari perjanjian dengan Abraham. Perjanjian itu tidak dikuasai oleh atau diarahkan kepada suatu asas yang antitetis. Perjanjian di Sinai tidak mengemukakan suatu cara pembenaran atas hukum penyataan di Sinai telah tercakup di dalam Alkitab yang menguraikan pembenaran karena iman. Dengan demikian perjanjian di Sinai harus ditafsirkan sebagai menambah perjanjian Abraham, dan diatur atas dasar asas-asas janji dan iman yang sama.

KESIMPULAN
Tuhan memberikan janji kepada Nuh, Abraham, Musa, dan Daud yaitu janji berkat membuahkan keselamatan dan aplikasinya atau relevansinya saat ini, melalui janji Tuhan inilah kita menikamati begitu banyak berkat bahkan bukan hanyak berkat saja yang kita dapapatkan melainkan kita juga memperoleh anugrah keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita. Jadi, melalui pembahasan perjanjian ini kita menyadari bagaimana Tuhan sangat mengasihi umatnya memberikan berkat bukan hanya cukup itu aja, tetapi lebih dari berkat itu Tuhan menganugrakan keselamatan kekal bagi semua umat manusia.

Tuhan memberikan janji kepada Nuh, Abraham, Musa, dan Daud yaitu janji berkat membuahkan keselamatan dan aplikasinya atau relevansinya saat ini, melalui janji Tuhan inilah kita menikamati begitu banyak berkat bahkan bukan hanyak berkat saja yang kita dapapatkan melainkan kita juga memperoleh anugrah keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita
Eman Hlw Seorang hamba Kristus lulusan dari Sekolah Tinggi Teologia Arastamar Bengkulu (STTAB), dan sekarang sedang bertempur diladang pelayanan.

0 Response to "JANJI ALLAH KEPADA ABRAHAM DAN KEPADA KITA SAAT INI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel