PANDANGAN IMAN KRISTEN TENTANG HUKUM TAURAT

 HUKUM TAURAT DALAM KEHIDUPAN KEKRISTEN

Sebelum mempertimbangkan tempat hukum Taurat dalam kehidupan orang Kristen, kita harus menyadari bahwa dalam  PB hal itu dianggap penting sekali. Sudah sangat penting bagi orang  yang telah hidup  dibawah hukum Taurat sebelum mereka menjadi Kristen, untuk mengetahui bagaimana sebaiknya pendekatan Kristen terhadap masalah ini. Soal ini sama pentingnya bagi orang-orang bukan Yahudi, yang pada waktu mereka bertobat diperhadapkan dengan suatu kitab Suci yang tema sentralnya ialah hukum Taurat. Banyak bagian PB menarik perhatiian pada hubungan Taurat dengan Kristus. Kita akan berusaha menemukan sikap Yesus sendiri terhadap Taurat sebagaimana terlihat baik dalam perbuatan maupun dalam pengajaranNya. Tentu perlu menemukan, apakah Ia memberi petunjuk-petunjuk kepada para murid mengenai kedudukan Taurat itu, supaya kita dapat menetapkan apakah hubungan antara ajaran tentang Taurat itu dalam surat-surat Para Rasul dan dalam kitab-kitab Injil.

A. Kitab-kitab Injil Sinoptik
Injil Sinoptik mencatat sikap Yesus terhadap hukum Taurat. Memperlihatakan sikap Yesus melaksanakan hukum Taurat sebagai orang yang terlahir dalam kalangan orang Yahudi;

1. Penghargaan Yesus Terhadap Hukum Taurat

Dalam kehidupannya, Yesus menghargai hukum Taurat, ia mengikuti kewajibannya menjalankan hukum Taurat, ia pergi kebait Allah mulai dari kecilnnya, ia belajar Taurat, ia membayar bea untuk bait Allah (Mat 17:24-27).  Akan tetapi pengajaran Yesus menekankan bahwa prinsip Taurat harus diterima secara posistif. . Misalnnya Yesus lebih memilih menyembuhkan orang pada hari sabat ketimbang membiarkan orang sakit (tidak melakukan penyembuhan pada hari sabat).  Namun ini bukan berarti bahwa Yesus meniadakan hukum Taurat, ini karena Ia merupakan penggenapan hukum itu dan karena ia mengecam penafsiran hukum yang telah mengubah berkat menjadi beban. “Yesus mengharapkan penghargaan kepada kodrat yang sejati dari perintah-perintah itu yang lebih tinggi, bukan yang kurang” (Donald Guithrie, 1996:338) 

Markus memperlihatkan kecakapan Yesus mengerti hukum Taurat dan menafsirkannya.  Ketika orang kaya ingin tahu bagaiman ia memperoleh hidup kekal (Mrk 10:17-18), Yesus menjawab dengan mengutip enam bagian dari sepuluh perintah, bahkan ia menekankan bahwa tidak cukup seseorang mentaati perintah itu namun  ia harus berserah kepada firman-Nya.  Dan Matius memperlihatkan bahwa mentaati hukum Taurat tidak boleh hanya kerena kewajiban semata, tetapi harus merupakan bentuk ketaatan yang sepenuhnnya, pernyaataan kasih  kepada Allah dan sesama (bnd. Mat 23:5 &Mrk 12:28)

2. Kesadaran Yesus Bahwa Hukum Taurat Tidak Lengkap
Kehidupan Yesus memperlihatkan penggenapan (Yun: Pleroo) hukum Taurat itu.  Bahkan ia sendiri mengatakan hal itu (Mat 5:17-18).  Kata pleroo (LXX) juga berarti “menegakan”, kata ini juga bararti “pengenapan” dalam arti penyelesaian yang berarti perwujudan yang penuh.  Ini berarti Ia mengenapi Taurat dalam arti melampauinnya, dan sekaligus memperlihatkan apa yang ditunjuk Taurat (dan para nabi) sebelumnnya.  Dalam pemahaman Kristen, kata ini digunakan dalam arti yang khas yaitu Kristus adalah perwujudan yang sempurna atau penyempurnaan  yang dibayangkan Taurat dan Para Nabi.  

Ajaran dan Kehidupan Yesus menuntut lebih dari kataatan kapada Taurat, Taurat mengajarkan jangan membalas dendam tetapi Yesus mengatakan agar kita tidak hanya tidak membalas dendam tetapi kita diajarkan untuk mengampuni (x:orang yang tidak membalas dengan belum tentu sudah mengampuni, mungkin ada kebencian tetapi tidak bertindak)—bnd Mat 5:38-39. Taurat mengajarkan untuk memaafkan 7 kali tetapi Yesus berkata harus memaafkan 70x7 kali.  Terhadap percaraian ia menjelaskan bahwa ketetapan musa itu karena ketegaran.(X:apakah KDRT tidak ada zinah?)  Yesus melengkapi hukum Taurat dengan hukum kasih.  Ia memperlihatkan hak-Nya sebagai Tuhan untuk melampaui hukum Taurat.

Donal Guthrie menyimpulkan beberapa hal mengenai pandangan Yesus terhadap hukum Taurat menurut Injil Sinoptik:
a. Yesus menganggap hukum Taurat sebagai ketetapan Allah yang bersifat berwibawa dalam hal-hal agama
b. Ia melihat kebutuhan untuk menembus kepada hal-hal batiniahnya, yang membuatnya lebih dari sekedar hal-hal lahirian
c. Ia tidak pernah menganggap bahwa hubungan manusia denga Allah dapat didasarkan pada pemeliharaan hukum Taurat karena ini digantikan oleh kerelaan Allah mengampuni manusia berlandaskan misi Yesus.
d. Perjanjian yang lama diganti dengan perjajian yang baru (Mat 26:26) dan yang baru menggenapi yang lama.

3. Tulisan- tulisan Yohanes
Pemakaian kata nomos (hukum) dalam Injil Yohanes sama pemakaiannya dengan Injil Sinoptik.  Pemakaian kata hukum ditekankan kepada kelima Kitab Musa, namun kutipan Kitab diluar Kitab Musa (Kitab Para Nabi) juga dikatakan hukum (bnd:Yoh 10:34; 12:34).  Dalam Yohanes kata hukum (nomos) pasti mengungkapkan keseluruhan Kitab PL.  oleh sebab itu, penggunakan hukum Taurat dibandingkan dengan anugerah yang datang oleh Kristus.    

Injil Yohanes memperlihatkan pendekatan yang baru terhadap Taurat oleh Yesus.  Seperti dalam Injil Sinoptik, pusat pembicaraan mengenai hukum Taurat bertolak pada hari sabat. Yaitu sikap Yesus yang tetap mengadakan pekerjaan pada hari sabat, khusunnya menyembuhkan pada hari sabat, hal ini terjadi karena kegiatan Allah tidak berhenti pada hari sabat (Yoh 5:17).  Namun dalam bagian ini Yesus ingin memperlihatkan bahwa Ia adalah Allah yang berhak atas hari sabat dan tetap melaksanakan kegiatan pada hari sabat dan bahwa lebih penting menyelamatkan seseorang ketimbang melakukan kegiatan agama yang secara lahiriah saja.
Sikap Yesus terhadap Taurat merupakan tindakan-Nya untuk memperlihatkan kepada banggsa Yahudi bahwa penafsiran Yahudi yang tradisional itu keliru.  Yahudi mengizinkan melakukan sunat pada hari sabat (Yoh 7:22-23) namun tidak mengizinkan melakukan penyembuhan pada hari sabat. Yesus memperlihatkan bahwa bagi Yesus Taurat memberi kesaksian tentang Dia bukan mempersalahkan Dia dan Taurat tidak mengikat dia sebab Ia adalah Anak Allah.  

4. Kitab Para Rasul
Kisah para Rasul mencatat kisah yang menunjukkan bahwa orang Kristen awal tetap memberikan penghargaan tinggi kepada Taurat bahkan sebagian mereka tetap memegang Taurat syarat memperoleh keselamatan, hal ini dibuktikan dengan adannya sidang di Yerusalem yang membahas mengenai sunat.  Memang sebagain dari mereka sudah ada yang dapat memahami makna Kekristenan yang benar.  Sebagian dari mereka menerima kenyataan bahwa turunnya Roh Kudus ke atas orang-orang bukan Yahudi (tidak memiliki Taurat) merupakan bukti bahwa Allah mengaruniakan kepada mereka keselamatan (Kis 11:18).  
Penafsiran mereka yang salah terhadap Taurat merupakan suatu yang sangat sulit dilakukan, latar belakang mereka telah sangat mempengaruhi pandangan dan pemahaman mereka, bahkan Petrus memerlukan penglihatan Ilahi untuk membuatnnya yakin bahwa pandangan yang menurut mereka baru adalah benar.  Namun  pada akhirnnya penerimaan akan pandangan yang baru ini dapat diterima.

5. Paulus
a. Arti hukum dalam surat-surat Paulus
Paulus menggunakan kata nomos untuk mengatakan hukum terutama hukum Musa. Ia biasannya tidak merasa perlu menerangkan pemakaian kata ini ia berharap pembacannya sudah mengerti makna itu.  Namun nomos juga berbicara mengenai hukum akal budi, atau hukum dosa.  Pandangan Paulus mengenai arti hukum Taurat dapat kita lihat dari surat-surat kiriman terutama surat Roma.   
Paulus waktu belum bertobat merupakan seorang dari golongan Farisi.  Ia merupakan keturunan Yahudi (pemilik hukum Taurat), dibesarkan di Yerusalem dan dididik dibawah didikan Gamaliel seorang guru Yahudi yang begitu dipandang, dari suku Benyamin.  Melaksanakan hukum Taurat merupakan suatu kebanggan bagi Saulus, bahkan ia rela melakukan pembunuhan demi melaksanakan hukum Taurat.  Dengan demikian secara keagamaan Yahudi, secara pengetahuan pemahaman Paulus mengenai hukum Taurat tidak diragukan lagi.  Namun hal ini sangat bertentangan dengan sikapnnya setelah ia bertobat.  Setelah bertobat pandangannya menjadi berubah.

b. Pengalaman Paulus Sebelum Ia Bertobat
Sebagai orang yang terlahir dalam keturuhan Yahudi, tentunya pemahaman Paulus tidaklah terlepas dari pemahaman Yudaisme yang berkembang pada masannya.  Pada masa Paulus memuat dua pendekatan yang berbeda.  Yang satu sama sekali bersifat legalistik, menganggap kewajiban manusia dalam agama terdiri dari ketaatan penuh kepada ajaran Taurat, tekanannya terletak pada kemampuan manusia menjalankan hukum Taurat.  Pandangan lain lebih berpusat pada hal mempercayakan diri kepada Allah dan bertolak dari perbuatan Allah.  Namun kedua pandangan tersebut sama salah karena menganggap bahwa hukum adalah alat utama yang harus dipakai manusia untuk menghampiri Allah.  

Seperti kebanyakan orang Yahudi khususnnya golongan Farisi lainnya, Saulus juga memiliki pandangan bahwa (pandangan ia sebelum bertobat dapat dilihat dari pernyataannya sampai kepada ia bertobat):
a. Hukum Taurat itu benar dan dari Allah/hukum Allah (Rom7:22).
b. Hukum Taurat adalah kudus (Rom 7:12)
c. Hukum Taurat itu baik (Rom 7:16)
d. Hukum Taurat adalah kewajiban
e. Hukum Taurat merupakan sarana satu-satunnya untuk menghampiri Allah.  Hal ini merupakan makna yang terkandung dalam tuntutan Taurat,  ibadah orang Yahudi merupakan kewajiban dan sarana satu-satunnya untuk mereka menghapiri Taurat.
f. Hukum Taurat adalah saranan mendapatkan keselamatan (Mzm 19:11  (19-12) Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar).  Herman Ridderbos mengatakan “Menurut orang Yahudi, Taurat adalah saranan untuk bisa dibenarkan oleh perbuatan, dan senjata untuk melawan kuasa dosa”.
g. Orang yang memiliki hukum Taurat adalah orang yang paling benar dan saleh (Fil 3:1-11)

c. Pengajaran Paulus Tentang Hukum
Roma 7:1-26 mencatat pandangan Paulus mengenai Hukum Taurat setelah ia menjadi Kristen.  Pandangan Paulus ini juga mengajarkan kepada kita—bagaiman seharunnya kita orang Kristen---memandang Taurat yang tercatat dalam Alkitab.  Pandangan ketika ia sudah bertobat yang beranjak dari pandangan lamannya dan dibaharui dengan pandangan barunnya.  Beberapa pandangan Paulus mengenai hukum Taurat:
a. Taurat Adalah hukum Allah(Rom 7:22)
b. Taurat adalah kudus (Rom 7:22)
c. Hukum Taurat baik (ay 6)
d. Hukum Taurat Berkuasa atas hidup seseorang ketika seseorang belum menerima Kristus/ belum mati dengan Kristus (7:1-6).
e. Hukum Taurat sebagai sarana untuk mengenal dosa (Rom 3:20).  Dosa tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat (Rom 5:13)
f. Hukum Taurat membangkitkan dosa (Rom 7:8,19)
g. Hukum Taurat membawa kepada kematian (Roma 7:10-11)
h. Hukum Taurat memperlihatkan jahatnnya dosa (Roma 7:12-13)
i. Hukum Taurat tidak menyelamatkan, tetapi keselamatan merupakan Anugerah Allah dan diterima melalui iman (Rom 3:21).
Paulus tidak menentang hukum Taurat Yahudi itu sendiri, tetapi menolak pandangan bahwa memegang Taurat adalah jalan keselamatan bagi orang Kristen (TB Gal 5:4).
j. Namun Taurat bukan penghalang untuk menerima keselamatan namun penghalang bangsa Yahudi menerima keselamatan ialah penolakan dan kekerasan hati mereka serta sikap” mereka membuat Taurat sebagai sarana keselamatan dan bersandar kepadannya untuk memperoleh keselamatan… Karena mengejar keselamatan bukan karena iman namun perbuatan (Rom 9:31)
k. Hukum Taurat menunjuk kepada Mesias (Rom 10:4-13).  “Taurat adalah pendisiplin yang menunjuk kepada Kristus”  Schatter mengungkapkan “sampai Ia (kristus) datang seorang penjaga telah diberikan kepada kita dalam bentuk Taurat, yang mengurung kita dalam pemenjaraan”. Hukum Taurat adalah dasar persekutuan Yahudi dan Paulus bermaksud memisahkan jemaat-jemaatnya dari Yudaisme. Paulus menyadari bahwa jemaat-jemaat bukan Yahudi tidak mempunyai masa depan apabila orang-orang bukan Yahudi yang bertobat diharuskan untuk “disunat dan diwajibkan mengikuti aturan-aturan keagamaan Yudaisme, sebelum dapat” dibaptiskan.

6. Surat Ibrani
Dalam surat Ibrani kata nomos umumnya menunjuk pada hukum PL.  Ibrani memberikan dua poin mengenai hukum Taurat: 

1. Hukum Taurat menetapkan suatu imamat dan seorang Imam Besar
Sistem ibadah Yahudi dirancang untuk memampukan manusia menghampiri Allah.  Imam-imam itu ditetapkan (Ibr 5:1), yang bararti bahwa sistem itu dalam keseluruhannya merupakan suatu ketetapan Allah.  Namun surat Ibrani ini memeperlihatkan keterbatasan sistem itu terutama karena kematian yang menimpa para imam besar yang terpilih itu, kurban-kurban mereka terbatas kemanjurannya bahkan tidak pernah dapat menghapus dosa bahkan dosa mereka sendiri (Ibr 7:27) 

2. Hukum Taurat kini tampak using
Ibrani 8 memuat kutipan yang panjang dari Yeremia 31 untuk menekankan sifat batiniah dari perjanjian yang baru, lalu menyimpulkan bahwa yang lama sudah using (Ibr 8:13).  Dalam hal ini keunggulan hukum yang tertulis dalam loh batu-lah yang menjadi topik dan menyatakan ketidak memadaian hukum Taurata bahwa:
- Hukum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan (Ibr 7:19; 9:9, 10:1).
- Hukm Taurat tidak dapat meyucikan hati (Ibr 9:14).
- Hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan (Ibr 7:25;9:28)
- Hukum tautat tidak mempunyai kekuatan dan tidak berguna (Ibr 7:18)

Dalam kehidupannya, Yesus menghargai hukum Taurat, ia mengikuti kewajibannya menjalankan hukum Taurat, ia pergi kebait Allah mulai dari kecilnnya, ia belajar Taurat, ia membayar bea untuk bait Allah (Mat 17:24-27).
7. Surat Yakobus
Yakobus tidak pernah berbicara tentang perbuatan melaksanakan hukum seperti yang dilakukan Paulus, bagi Yakobus itu tidak penting apakah hukum dapat menjadi sarana keselamatan.  Yang terpenting ialah soal kesejatian iman.  Tetapi sekali-kali ia mengacu kepada hukum Taurat, ia menyebut hukum yang sempurna yakni hukum yang memerdekakan orang (Yak 1:25) dan kukum utama (Yak 2:8).  Ini dilakukannya untuk membedakan hukum Taurat dengan hukum yang umum.  
Yakobus merangkum hukum Taurat dalam hukum kasih (terhadap sesama) persis seperti Yesus dan Paulus yang merangkumnnya (Yak 2:8).  Penekanan pada hukum dalam Yakobus ialah pada hukum kasih (Yak 1:25-27).

Eman Hlw Seorang hamba Kristus lulusan dari Sekolah Tinggi Teologia Arastamar Bengkulu (STTAB), dan sekarang sedang bertempur diladang pelayanan.

0 Response to "PANDANGAN IMAN KRISTEN TENTANG HUKUM TAURAT"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel