SEJARAH GEREJA DI ASIA

SEJARAH GEREJA ASIA

1. Sistim padroado dan Fransiskus Xaverius
Padroado mempunyai dampak positif dan negatif, baik raja Spanyol maupun raja Portugal pada masa itu adalah orang Khatolik  yang saleh. Ketika Portugal merebut Malak, hal ini disambut sebagai kemenangan  Kristen melawan umat Islam. Lagi pula negara Portugal semakin  tidak mempu mengurus jajahan yang begitu luas, namun mereka ingin tetap memegang hak kekuasaan Gereja.

Bangsa Portugis menduduki daerah-daerah yang dibentengi disepanjang pantai Asia. Sakramen Babtisan dilihat, baik oleh penduduk asli maupun penjajah, sebagai lambang politis menandai  sikap tuduk  kepada pemerintahan Portugis. Pada tahun 1536 penduduk Parava. Sebuah desa nelayan disebelah selatan Goa, yang merupakan kasta  hindu yang rendah, meminta perlindungan  tentara Portugis melawan suku-suku tetangga yang beragama islam. Ordo Dominikan dan Ordo Fransiskan menjadi perintis penginjilan diwilayah kerajaan-kerajaan yang luas sekali. Kemudian tahun 1540 “ Regimini melitantes “ meresmikan pendirian serikat Yesus ( Yesuit ) Fransiskus Xaverius lahir pada tahn 1506 di daerah  pegunungan Baskis, Spanyol utara. Xaverius diutus pada tahun 1541 sebagai tanggapan terhadap permohonan raja Portuggal. Xaverius berjalan jauh, dan jarang berdiam lama disuatu  tempat, tetapi hanya melayani sebagai perintis penabur yang pekerjaannya kan diteruskan  oleh orang  lain. Ia selalu membela penduduk setempaat kalau ditindas oleh orang  Portugis. Xaverius tiba di Goa pada bulan mei tahun 1542 dan tinggal disana beberapa bulan.  

Namun dengan bantuan juru bahasa ia menerjemahkn  empat pernyataan pokok iman Khatolik, yaitu doa Bapa kami, Pengakuan Rasuli, Kesepuluh hukum serta Ave Maria. Kemudian mengajar mereka menghafalkannya dengan keempat pokok tersebut hingga mereka menghafalkannya dengan sempurna. Kebaktian hari minggu terdiri dari deklamasi ajaran yang sama. Diperkirakan selama sepuluh  tahun pelayanan, Xaverius membabtis 700.000 orang. Uskup Goa mendukung strategi Xverius yang mengajarkan anak-anak terlebih dahalu, baik anak kecil maupun anak remaja, karena mereka lebih terbuka dan cepat menangkap ajaran baru. Pendidikan kaum muda mendapat perhatian; hal ini terbukti dengan pembangunan sekolah di Goa.

Pada tahun 1542 perguruan tinggi Yesuit didirikan di Portugal dengan tujuan utama mempersiapkan tenaga misionaris. Pada abad ke 16 seluruh  kasta nelayan di Parava telah dikumpulkan orang Yesuit mendiami daerah enam belas kampung, Yang masing-masing mempunyai Gereja, sekolah, doatur menurut hukum Gereja disiplin keras. Agama hindu dialarang oleh hukum kerajaan disemua wilayah jajahan portugis. Pada akhir abad ke 16 seluruh penduduk disekitar Goa sudah masuk Kristen, termasuk banyak orang campuran bangsa Portugis-India. Pada tahun 1546 Xaverius pergi kemalaka, dan dimalaka bertemu dengan seorang jepang,  Yajira, yang menguasai jepang karena membunuh orang.

Pada tahun 1549, Xaverius pergii ke Jepang, tepat pada kurun waktu yang strategis oleh karena negeri jepang baru terbuka terhadap orang asing. Orang Portugis yang pertama tiba di Jepang adalah pedagang yang menarik perhatian bangsa Jepang, oleh karena membawa senjata api.  Ketika Fransiskus Xaverius bersma Yajira tiba di Kagoshima, ibu kota provinsi Satsuma, pada bulan agustus 1549, mereka disambut baik oleh Daimyo setempat, Shimazu Takahisa, sebagai wakil pemerintah Porugis.

2. Perkembangan Gereja Khatolik di Jepang
Agama asli Jepang, agama Syinto, memuja objek-objek alam termasuk manusia yang dianggap memiliki kuasa supra-alami atau rohani yang disebut kuasa “kami“.  Pada abad ke-16 muncul orang yang mau mendirikan pemerintah pusat yang kuat dan melawan kekuasaan tokoh-tokoh Buddha. Perkembangan Gereja Khatolik di Jepang luar biasa cepatnya, baik dari segi jumlah maupun pengaruhnya. Para utusan khatolik datang ke  Jepang dari India, sumber agama Buddha, karenanya mereka dianggap memiliki kuasa ilmu sihir. Surat imam Balthazar Gago yan ditulis pada tahun 1552, melaporkan bahwa roh-roh jahat telah  diusir dalam nama Yesus dengan memakai air suci.

Ordo Yesuit mengikuti metode Xaverius dengan mendekati pemimpin-pemimpin terkemuka. Ordo Yesuit terlibat dalam perdagangan tersebut sebagai cara untuk membiayai kebutuhan misi. Motivasi politis juga membuat beberapa  daimyo terbuka. Pada tahun 1580 dilaporkan ada 150.000 orang  Kristen  (khatolik) di Jepang, dengan 200 Gereja, 85 imam Yesuit (berkebangsaan Portugis), berbangsa Jepang dan 100 guru katekisasi. Pengaruh daimyo sangat menentukan, misalnya Arima Yoshisada di babtis tahun 1573, akibatnya dalam waktu singkat jumlah Kristen di wilayahnya bertumbuh dari 3.000 menjadi 15.000. 

Para utusan Yesuit mengajarkan iman khatolik tiga kali sehari selama tiga minggu, lalu orang yang baru percaya itu dibabtis.  Bagian Apologetika menyatakan bahwa Allah adalah pencipta dunia, jiwa manusia bersifat kekal dan agama Buddha adalah saalah. Jemaat yang baru berdiri diserahkan keguru katekisasi, lalu sipengkabar Injil pindah ketempat lain untuk membuka pos PI yang baru . Gereja-Gereja di desa menjadi pusat pelayanan medis serta pelayanan kasih dengan cara membantu orang miskin. Perkembangan Gereja di Jepang yang luar biasa cepaatnya itu disusul kemudian oleh panghambatan yang dasyat. Akan tetapi melihat Gereja bertumbuh pesat dan berpengaruh diantara golongan tinggi, maka para doimyo semakin curiga terhadap orang Kristen. 

Dengan bersekutu dengan orang berpengaruh serta berperang melawan tentara Buddha, ia  berhasil membangun kekuasaan sampai pada tahun 1585 ia menjadi wali kaisar. Beberapa orang pembesar menjadi Kristen, antar lain pemimpin angkatan laut, beberapa jendral, serta dokter pribadi Kaisar.  Tokoh-tokoh beragama Buddha membisikkan bahwa para pekabar Injil merupakan kaki tangan negara Portugal.  Penginjilan agresif Ordo Fransiskan kepada orang miskin yang dimulai tahun 1593 dengan cara yang menonjol, semakin menimbulkan kecirigaan Hideyoshi terhadap orang Kristen.

3. Cina
Sudah dua kali agama Kristen masuk Cina dan berhasil berkembang untuk sementara waktu, namun tidak sampai berakar. Sejak jatuhnya dinasti Monggol pada tahun 1370 negeri Cina tertutup terhadap segala pengaruh asing. Beberapa tahun kemudian bangsa portugis menguasai pelabuhan Macao, dan Spanyol menguasai Filipina. Pada tahun 1585 dua orang Yesuit, Michael Ruggerius dan Matteo Ricci, diberi izin menetap didaerah Kanton. Ditambah lagi filsafat Kong Hu Cu yang bersifat sangat konservatif, menghargai adat-istiadat yang diwarisi sejak nenek-moyang. Sejauh mungkin Ricci menyesuaikan diri dengan kebudayaan Cina, termasuk berpakaian gaya Cina. Ricci mempelajari Kong Hu Cu dan kesastraan Cina. Cita-citanya ialah membangun gedung-gedung Gereja dalam bentuk arsitektur kuil Cina dan beribadah dalam bahasa Cina.
Setelahh dipelajari dengan masak-masak, Ricci memutuskan bahwa orang Kristen boleh tetap mengadakan upacara menghormati penghormatan, bukan sembahyang. Baru pada tahun 1601, sesudah menunggu 18 tahun, Ricci diberi izin masuk ibu kota Beijing dan diterima di istana. Ketika jam-jam tersebut habis putarannya, keahlian Ricci menghidupkannya kembali, bersama dengan kepandaiannya membuat peta dan menilik bintang, membangkitkan rasa kagum Kaisar.

Para pengganti Ricci di Cina meneruskan kebijakannya, memakai ilmu pengetahuan sebagai jalan masuk ke istana. Pada waktu itu orang Yesuit dituduh bekerja sebagai mata-mata negara asing, dengan pusat di Macao, yang merencanakan penggulingan dinasti Ming. Pada tahun 1644 diperkirakan ada 255.000 orang Kristen di Cina termasuk beberapa anggota istana. Para Yesuit berhasil bertahan di istana, karena Schall menyakinkan bangsa penahluk mambawa kehadirannya mutlak diperlukan. Schall juga mengurus pembuatan senjata meriam. Kaisar Sun Cin membalas dengan membangun Gereja di ibu kota Beijing. Akan tetapi pada tahun 1669 anak Sun Cin, Kaisar K’ang hsi, mengatakan dirinya sudah dewasa  dan sanggup memerintah sendiri. Dan menghentikan semua ganguan dan penghambatan, dan ia sendiri belajar matematika dengan seorang guru Yesuit, Verbiest.

Pada abad ke-17 banyak baiarawan datang ke Cina, baik orang Yesuit berbangsa Portugis maupun biarawan Dominikan, Fransiskan dan lain lagi. Pendidikan dan persiapan kaum Klerus asli dianggap penting.  Ordo serikat Yesus berusaha mewujudkan Kekristenan dalam konteks Cina. Uskup Lo mu Lai memakai leturgi Cina, tetapi lambat laun imam-imam Cina memakai bahasa Latin, seperti imam-imam Eropa, karena bahasa Latin dianggap lebih berbobot. Ordo Dominikan dan Ordo Fransiskan mengatakan bahwa upacara-upacara pada waktu pemakaman, penghormatan kepada nenek-moyang kepada Kong Hu Cu, serta istilah-istilah yang dipakai untuk Allah, semuanya merupakan aspek-aspek sinkretisme.  K’hang –Hsi mengatakan bahwaa penghormatan diberikan kepada Kong Hu Cu sebagai pembuat undang-undang negara saja, dan kepada nenek-moyang atas perbuatan-perbuatan baik mereka. Pada ahli di Roma tidak setuju dengan tanggapan Kaisar. Wakil Paus, De Tournon, yang tiba di Cina pada tahun 1705, melarang setiap kebiasaan  yang tampaknya menyimpang sedikit pun dari kebiasaan Gereja Khatoloik Roma. Pemerintah Cina bersifat semakin keras terhadap Gereja. Gedung-gedung Gereja diambil alih, dan orang Kristen berkebangsaan Cina disuruh menyangkal imannya.

Padroado mempunyai dampak positif dan negatif, baik raja Spanyol maupun raja Portugal pada masa itu adalah orang Khatolik  yang saleh. Ketika Portugal merebut Malak, hal ini disambut sebagai kemenangan  Kristen melawan umat Islam. Lagi pula negara Portugal semakin  tidak mempu mengurus jajahan yang begitu luas, namun mereka ingin tetap memegang hak kekuasaan Gereja

Pada tahun 1784 dua orang uskup dan enam belas orang imam Eropa ditangkap, enam diantarnya meninggal di dalam penjara. Banyak imam berkembang di Cina mati syaid. Pada akhir abad ke 18 umat Khatolik di Cina diperkirakan sekitar 200.000-300.000, yaitu jumlah yang hampir sama dengan jumlahnya pada masa K’ang hsi, yang dianggap puncak sejarah Gereja Khatolik Roma di Cina. Namun musuh mereka cukup banyak baik di dalam Gereja maupun digolongan politik di eropa.

4. India
Pada akhir abad ke 16 Gereja Khatolik Roma sudah kuat di Goa, dan berkembang didaerah pantai India, diwilayah jajahan Portugis. Pada pertemua sinode Diampar. Tahun 1599, Gereja Ortodoks Siria di India mengakui kuasa paus sebagai kepala. Namun tidak semua orang menerima wibawa Roma, sehingga sesudah beberapa tahun sebagian orang keluar dari Gereja tersebut dan mendirikan Gereja ortodoks Siria sendiri.

Eman Hlw Seorang hamba Kristus lulusan dari Sekolah Tinggi Teologia Arastamar Bengkulu (STTAB), dan sekarang sedang bertempur diladang pelayanan.

0 Response to "SEJARAH GEREJA DI ASIA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel