FAKTA - FAKTA SEJARAH LAHIRNYA ROFORMASI GEREJA DI INDONESIA DAN DUNIA
BABI
PENDAHULUAN
Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional. Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan. Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktor yang mendorong lahirnya gerakan reformasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar belakang Sejarah Awal Lahirnya Reformasi
Awal terjadinya reformasi gereja ini muncul atau terjadi di Jerman. Banyak factor yang menyebabkan terjadinya Reformasi gereja di Jerman yaitu, sekitar abad ke-15-16 Jerman masih merupakan Negara agraris yang terbelakang dibandingkan Negara Eropa lainnya, kuatnya pengaruh Katolisme yang bersifat konservatif di Jerman, banyaknya penjualan-penjualan surat pengampunan dosa di Jerman melebihi Negara-negara Eropa lainnya, sebagian besar rakyat Jerman berprofersi sebagian petani yang merupakan kelompok sosial yang paling menderita akibat kekuasaan Katolisme salah satunya dengan adanya pajak-pajak yang sangat memberatkan rakyat.
Pada suatu kali ketika Luther sedang berjalan di bawah siraman hujan, maka tiba-tiba halilintar menyambar didepan dia. Dan ia begitu takut dan merasa seolah-olah murka Allah telah ditumpahkan kepadanya. Dan saat itu, ia memperoleh gerakan yang besar dalam hatinya, untuk hidup dalam kesucian agar murka Allah dan memutuskan untuk masuk biara. Jadi, selama di dalam biara Martin Luther tidak terpengaruh oleh pengajaran Aristoteles melainkan Agustinus, salah satu bapa gereja yang memiliki kecenderungan tradisi Plato. Pada waktu itu Martin Luther memperoleh kesempatan diutus pergi ke Roma.
Suatu tempat ziarah untuk menyucikan diri. Roma dianggap tempat yang suci oleh karena di sana terdapat kuburan Petrus yang merupakan Paus pertama sebagai utusan Kristus. Selama kunjungannya ke Roma, Martin Luther akhirnya makin menyadari suatu kesedihan di dalam jiwanya yang tidak dapat ditahannya lagi.
Oleh karena ia menyaksikan kerusakan moral dan korupsi serta hidup munafik dan bertentangan dengan Kitab Suci
Sehingga Reformasi Gereja berkembang dan memunculkan tokoh-tokoh reformer yaitu Martin Luther (1483-1546), Johannes calvin (1509-1564), dan Bodin (1530-1596). Pada tahun 1517 Martin Luther mengemukakan pokok-pokok pikiran sebagai kritikan terhadap Gereja meliputi 95 dalil. Faktor lain dari munculnya Reformasi Gereja adalah keinginan untuk membebaskan diri dari kepemimpinan Paus terhadap kehidupan beragama di negara-negara Eropa. Reformasi lahir dan berkembang di dalam lingkungan gereja dan masyarakat Eropa Barat. Lingkungan ini sempat mempengaruhi Reformasi dalam banyak hal. Akan tetapi Reformasi dicetuskan oleh hasil pergumulan yang berlangsung dari kehidupan seorang rahib di Jerman, yaitu: Martin Luther.
B. Latar belakang Gereja Katolik
Mulai menggunakan istilah "Reformasi Katolik" pada paruh kedua dari abad ke-20 untuk memberi penekanan pada upaya-upaya pembaharuan, teologis dan disipliner, dalam Gereja Katolik Roma yang dimulai sebelum tanggal tradisional dimulainya Reformasi Protestan oleh Martin Luther atau pun sebelum Konsili Trente (peristiwa-peristiwa seperti Konsili Lateran V, khotbah-khotbah tentang pembaharuan yang disampaikan oleh John Colet di Inggris, diterbitkannya Consilium de Emendanda Ecclesia oleh Gasparo Contarini, didirikannya Oratorium Cinta Kasih Illahi, dan seterusnya), dan untuk menunjukkan bahwa banyak di antara pembaharuan-pembaharuan Trente serta karya para tokoh Reformasi Katolik seperti St. Filipus Neri, St. Ignatius Loyola, dan St. Teresa dari Avila, meskipun dipengaruhi oleh tanggapan terhadap kaum Protestan, jauh lebih luas dan lebih komprehensif daripada sekadar suatu tanggapan belaka terhadap merebaknya Protestantisme.
Mereka berpendapat bahwa banyak dari upaya-upaya tersebut berkenaan dengan pengurangan pelanggaran dan korupsi dalam Gereja Katolik Roma demi kepentingan Gereja Katolik Roma itu sendiri, dan bahwa perubahan-perubahan tersebut lebih luas cakupannya daripada sekadar memberi cap "bidaah" kepada kaum Protestan.
Sejarah Gereja Katolik dimulai dengan ajaran-ajaran Yesus Kristus pada abad ke-1 M di provinsi Yudea Kekaisaran Romawi. Gereja Katolik kontemporer mengatakan bahwa dirinya adalah kelanjutan dari komunitas Kristen awal yang didirikan oleh Yesus. Para uskupnya adalah para penerus Rasul-Rasul Yesus, dan Uskup Roma juga dikenal sebagai Paus dipandang sebagai penerus tunggal Santo Petrus.
Melalui penetapan oleh Yesus Kristus untuk menjadi kepala Gereja di Perjanjian Baru yang melakukan pelayanan di Roma. Pada akhir abad ke-2, para uskup mulai berhimpun dalam sinode-sinode regional untuk menyelesaikan berbagai isu kebijakan dan doktrin. Pada akhir abad ke-3, Uskup Roma mulai bertindak sebagai suatu pengadilan banding untuk masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan uskup lainnya. Kekristenan menyebar ke seluruh Kekaisaran Romawi awal, meskipun terjadi penganiayaan karena konflik dengan pagan yang menjadi agama resmi Negara. Pada tahun 313, pergulatan Gereja perdana menjadi berkurang dengan disahkannya. Kekristenan oleh Kaisar Konstantinus I. Pada tahun 380, di bawah Kaisar.
Theodosius I. Kekristenan menjadi agama negara Kekaisaran Romawi melalui Edik Tesalonika, yang mana bertahan hingga jatuhnya Kekaisaran Barat, dan kemudian dengan Kekaisaran Romawi Timur hingga Kejatuhan Konstantinopel. Menurut Eusebius, selama waktu ini (periode tujuh. Konsili ekomenis dianggap terdapat lima takhta utama (yurisdiksi dalam Gereja
Katolik) atau Pentarki: Roma, Konstantinopel, Antiokhia, Yerusalem, dan Aleksandria.
Setelah kehancuran Kekaisaran Romawi Barat, Gereja di Barat merupakan salah satu faktor utama dalam pelestarian peradaban klasik, pendirian biara-biara, dan pengiriman para misionaris untuk mengkonversi orang-orang Eropa Utara, sampai sejauh Irlandia di utara. Di Timur, Kekaisaran Bizantium tetap melestarikan Ortodoksi setelah invasi besar Islam pada pertengahan abad ke-7. Invasi tersebut menghancurkan tiga dari kelima Patriarkat, awalnya merebut Yerusalem, kemudian Aleksandria, dan selanjutnya Antiokhia pada pertengahan abad ke-8.
Keseluruhan periode pada lima abad berikutnya didominasi oleh pergulatan antara Kekristenan dan Islam di seluruh Cekungan Mediterania. Pertempuran di Poitiers dan Toulouse melestarikan barat Katolik, walaupun Roma dirusak pada tahun 850 dan Konstantinopel mengalami pengepungan. Pada abad ke-11, ketegangan hubungan antara gereja di Timur yang utamanya berbahasa Yunani, dan gereja berbahasa Latin di Barat, berkembang menjadi Skisma Timur-Barat, sebagian karena konflik terkait Otoritas Kepausan. Perang Salib Keempat, dan penjarahan Konstantinopel oleh para tentara salib yang membangkang memperlihatkan perpecahan akhir tersebut. Pada abad ke-16, sebagai tanggapan terhadap Reformasi Protestan, Gereja terlibat dalam suatu proses pembaharuan dan reformasi yang substansial yang dikenal sebagai Kontra Reformasi.
Pada abad-abad berikutnya, Katolisisme menyebar luas di seluruh dunia kendati mengalami penurunan di Eropa karena bertumbuhnya Protestanisme dan juga karena skeptisisme agama selama dan setelah Abad Pencerahan. Konsili Vatikan II pada tahun 1970-an memperkenalkan perubahan yang paling signifikan atas praktik-praktik Katolik sejak Konsili Trente tiga abad sebelumnya.
C. Kontra Reformasi
Kontra reformasi adalah segala bentuk usaha Gereja Katolik untuk membendung, menandingi, dan melawan gerakan keagamaan yang dipelopori oleh Martin Luther. Ciri-corak kontra reformasi, antara lain: pendekatannya bersifat institusional, doktrinal, “dari atas”, otoritatif, dan bekerja sama dengan lembaga negara. Institusi Gereja Katolik merasa cemas dengan semakin meluasnya pengaruh Luther dan ajarannya. Teologi Protestan yang berkembang dinilai tidak seimbang, “pesimis”, menyesatkan dan perlu disehatkan.
Kontra reformasi ditandai dengan diadakannya Konsili Trento (1545-1563). Di dalam konsili ini dibicarakan dan diputuskanlah hal-hal yang berkaitan dengan ajaran iman dan disiplin Gereja yang secara inheren merupakan doktrin-doktrin Katolik yang persis berseberangan dengan doktrin protestantisme. Di dalam konsili ini, Gereja menyatakan menerima pembangunan wilayah berdasarkan agama (cuius regio, eius religio). Gereja pun menegaskan kembali doktrin mengenai keselamatan yang menyatakan bahwa “extra ecclesiam nulla salus”. Doktrin ini menegaskan bahwa di luar Gereja Katolik yang dipimpin oleh Paus, tidak ada keselamatan. Perang fisik antara Katolik dan Protestan pun dimulailah.
Ada dua istilah yang berbeda namun keduanya saling berhubungan, yakni Reformasi Katolik dan Kontra Reformasi. Keduanya selain merupakan gerakan dalam tubuh Gereja juga merupakan reaksi terhadap Reformasi Lutheran cs.
Pada pokoknya, masalah Reformasi Katolik dan Kontra Reformasi mengantar kita untuk memahami masalah hubungan antara momentum karismatis dan momentumyuridis yang relatif sering berbenturan. Reformasi Katolik berhubungan denganmomentum karismatis dan yang pada umumnya memperlihatkan spontanitas dan kebugaran, tetapi halnya lebih terbatas. Sebaliknya, Kontra Reformasi berkenan dengan momentum yuridis, dan tampaknya memperlambat hasrat atau dorongan inisial, dan halnya menjamin stabilitas. Kontra Reformasi sendiri memiliki karakter institusional, doktrinal, “dari atas”, autoritatif, dan dalam kerja sama dengan lembaga negara. Sedangkan, Reformasi Katolik lebih berciri personal, kharismatis, kepedulian terhadap karya sosial karitatif, perutusan (misioner), dan populis.
Istilah Kontra Reformasi merunjuk pada periode kebangkitan kembali Katolik dari masa pontificat Paus Pius VI pada tahun 1560 sampai Perang Tigapuluh Tahun, 1648. Istilah ini, digunakan di antara sejarahwan Protestan. Istilah Kontra Reformasi pertama-tama mengisyaratkan pergerakan Katolik menyusul pergerakan Protestan, padahal dalam kenyataannya reformasibersumber dalam Gereja Katolik, dan Luther sendiri adalah seorang Reformator Katolik sebelum akhirnya ia menjadi seorang Protestan.
Istilah Kontra Reformasi ini digunakan oleh sejarahwan Protestan untuk menamai resistensi Gereja Katolik terhadap gerakan pembaharuan Martin Luther. Akan tetapi para sejarahwan Katolik meyakini bahwa Gereja dalam abad ke-16 dan 17 lebih banyak didorong untuk menjawab protestantisme. Para sejarahwan Katolik ini kemudian lebih suka memakai istilah Reformasi Katolik.
Vitalitas keagamaan Kontra Reformasi terbukti dengan bertambahnya jumlah orang suci, lembaga hidup bakti yang baru, pembaruan teologi skolastik, penciptaan kebudayaan Katolik yang otentik, bangkitnya kembali semangat misioner yang sulit dicari tandingannya dalam sejarah Gereja Katolik, karya-karya artistik-religius serta susastra tingkat tinggi, seperti puisi-puisi buah pena Tasso, Lope de Vea, dan Freerikus Spee. Seperti telah dipaparkan sebelumnya, Reformasi Katolik sudah ada jauh sebelum tahun 1517. Reformasi katolik pun berjalan beriringan bersama Reformasi Protestan, namun ia tetap independen. Secara umum hal ini dapat dicirikan dengan berbagai macam bentuk pembaharuan.
Dalam pembahasan ini, penulis menyimpulkan bahwa, Reformasi merupakan suatu perubahan-perubahan yang terjadi. Oleh karena banyaknya penyimpangan yang terjadi di Gereja Katolik Roma, sehingga Reformasi gereja mengupayakan perbaikan tatanan kehidupan didominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang seperti Katolik Roma tentang penyogokkan mengenai surat pengampunan dosa. Reformasi gereja sebuah upaya perbaikan dan kembali kepada ajaran gereja yang lurus, gerakan Reformasi ini berupa sikap kritis terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katolik Roma, pada waktu itu terutama adanya penjualan surat pengampunan dosa.
Sehingga Luther membawa perubahan besar di Jerman pada masa itu. Pada persembunyian dia menerjemahkan Kitab Suci Perjanjian Baru kedalam bahasa Jerman. Ini sangat penting sebagai sebuah pintu bagi perubahan dan kemerdekaan berpikir. Selama 1500an tahun, yang berhak membaca Kitab Suci hanya segelintir orang saja da yang berhak menafsirkannya hanya para petingi gereja seperti Paus di Roma. Penerjemahan Kitab Suci dalam bahasa Jerman juga membawa pembaharun tidak hanya kehidupan beragama tetapi juga dalam bidang non-agamis.
Yang pertama adalah terbentuknya persekutuan kaum awam yang bertujuan ganda, yakni melakukan amal kasih kepada fakir miskin dan kebaktian kepada sakramen ekaristi. Kedua, munculnya pembaharuan tarekat hidup bakti. Hal ini paling nyata dengan bertambahnya komunitas biarawan observantes, yang pada gilirannya mengatur kehidupannya sendiri tanpa banyak tekanan pada sentralisasi. Ketiga, munculnya tarekat-tarekat hidup bakti yang baru. Gerakan itu muncul setelah peristiwa 1517, yang sebagian besar bercorak Kontra Reformasi.
Misalnya saja Serikat Jesus dan Fransiskan Kapusin. Keempat, karya-karya pembenahan yang dilakukan oleh para uskup di diosis mereka, misalnya melalui katekese umat, mendirikan seminari-seminari, dan memanggil sinode di keuskupan mereka masing-masing. Kelima, munculnya kelompok humanisme Kristen yang menyibukkan diri dengan mempelajari Kitab Suci dan Karya-karya Bapak Gereja. Keenam, prakarsa-prakarsa reformatif dari Kuria Roma dan para paus.
Dari istilah ini mempunyai arti rangkap dua: Kontra Reformasi adalah gerakan yang melawan pembaharuan gerja seperti yang dipelopori Martin Luther. Tetapi, serentak juga gerakan itu merupakan pembaharuan Gereja Katolik Roma sendiri tentu saja atas tologi abad Pertengahan. Kontra Reformasi itu mulai dijalankan tahun 1540.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam pembahasan ini, penulis menyimpulkan bahwa, Reformasi merupakan suatu perubahan-perubahan yang terjadi. Oleh karena banyaknya penyimpangan yang terjadi di Gereja Katolik Roma, sehingga Reformasi gereja mengupayakan perbaikan tatanan kehidupan didominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang seperti Katolik Roma tentang penyogokkan mengenai surat pengampunan dosa. Reformasi gereja sebuah upaya perbaikan dan kembali kepada ajaran gereja yang lurus, gerakan Reformasi ini berupa sikap kritis terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katolik Roma, pada waktu itu terutama adanya penjualan surat pengampunan dosa.
Sehingga Luther membawa perubahan besar di Jerman pada masa itu. Pada persembunyian dia menerjemahkan Kitab Suci Perjanjian Baru kedalam bahasa Jerman. Ini sangat penting sebagai sebuah pintu bagi perubahan dan kemerdekaan berpikir. Selama 1500an tahun, yang berhak membaca Kitab Suci hanya segelintir orang saja da yang berhak menafsirkannya hanya para petingi gereja seperti Paus di Roma. Penerjemahan Kitab Suci dalam bahasa Jerman juga membawa pembaharun tidak hanya kehidupan beragama tetapi juga dalam bidang non-agamis.
0 Response to "FAKTA - FAKTA SEJARAH LAHIRNYA ROFORMASI GEREJA DI INDONESIA DAN DUNIA"
Post a Comment