PERAN ROH KUDUS DALAM PENYELAMATAN DAN PENGUDUSAN ORANG PERCAYA

BAB I
PENDAHULUAN

Roh Kudus adalah pribadi yang hidup, yang memiliki sifat-sifat penuh dari suatu kepribadian. Dan Roh Kudus adalah salah satu dari ketiga oknum dalah ketritunggalan yang kudus.

Di dalam makalah ini penulis membahas tentang siapakah Roh kudus, karya Roh Kudus dalam pertobatan dan kelahiran baru, karya Roh Kudus dalam kehidupan dan pertumbuhan orang percaya melalui pengudusan, pengangkatan dan pertumbuhan dalam kehidupan orang percaya atau orang   yang hidup di dalam Tuhan Yesus.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, mengingat terbatasnya kemampuan penulis dalam mencari dan mengembangkan bahan penulisan. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna menambah wawasan baik bagi penulis maupun pembaca.

BAB II
PERAN ROH KUDUS DALAM PENYELAMATAN DAN PENGUDUSAN

A. Siapakah Roh Kudus
Roh Kudus kata ibrani ruah dan kata Yunani Pneuma yang berarti “nafas” atau “angin” dan diterjemahkan dengan “roh” yang menunjukkan kuasa pemberi kehidupan yang tak terlihat.  Jika digabungkan dengan “kudus” maka kuasa itu dikatakan sebagai yang ilahi, meskipun kombinasi dua kata tersebut hanya tampak tiga kali dalam Perjanjian Lama (Yes. 63:10-11, Maz. 51:11).

Pada mulanya Roh Allah sebagai kuasa Allah, yang bergerak seperti angin besar di atas samudra raya, dan ikut serta dalam pekerjaan penciptaan langit dan bumi (Kej. 1:2).  Roh itu juga dilukiskan sebagai nafas Allah yang memberi hidup kepada apa yang diciptakanNya, dan kalau Roh ditarik kembali oleh Allah,  maka ciptaan itu kembali menjadi debu tanah (Maz. 104:29-30, bnd. Kej. 2:7).  Dengan demikian kejatuhan hidup manusia tergantung pada kehadiran Roh Allah di dalam diri manusia itu sendiri (Kej. 6:3). Dapat dikatakan bahwa manusia diciptakan da terus hidup oleh karena Roh Allah (Ay. 33:4).

Dalam pesan perpisahan kepada murid-murid Yesus menyebut Roh Kudus sebagai “penghibur” (Yoh. 14:16,15:26, 16:7). Kata asal yunani (parakletos) berarti pengacara yang menangani kuasa seseorang atau sekutu yang memihak, menguatkan dan memberi semangat.

Roh Kudus bukan “sesuatu”, suatu daya atau kuasa tak berpribadi. Walaupun kata benda Yunani untuk “Roh” mengacu pada Roh Kudus dengan sebutan “Ia” yang berarti kepribadian (Yoh. 16:13).

Istilah parakletos atau pengibur pada dasarnya mengacu pada seorang wakil pribadi (Yoh. 14:16, dll, bnd. 1 Yoh. 2:1).  Dalam Yohanes 14:15, Yesus berbicara tentang Roh Kudus sebagai “penghibur lain”, persamaan antara Yesus dan Roh Kudus hanya bermakna kalau Roh Kudus ini dianggap memiliki sifat-sifat penuh dari suatu kepribadian.

Paulus berbicara tentang “mendukakan” Roh Kudus (Ef. 4:30), orang dapat menentang suatu kuasa tetapi hanya dapat mendukakan suatu pribadi.

Alkitab secara jelas menyaksikan keilahian Roh Kudus. Ia adalah Allah yang disembah, dikasihi, dan dipuji, yang bersama-sama dengan Bapa dan Anak mempunyai kodrat  ilahi (Mat. 28:18, 2 Kor. 13:14, Ef. 4:4-6).
Alkitab mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah satu pribadi. Yesus tidak pernah menyebut Roh Kudus sebagai “sesuatu” dalam Yoh. 14, 15 dan 16, misalnya Ia membicarakan Roh Kudus sebagai “Dia” kata ganti orang, sebab Ia bukanlah suatu kekuatan atau barang, melainkan satu pribadi.

Di dalam seluruh Alkitab jelaslah bahwa Roh Kudus itu adalah Allah sendiri. Ini terlihat misalnya dari kata sifat yang digandengkan dengan kata Roh, tanpa kekecualian sifat-sifat itu adalah sifat-sifat dari Allah sendiri.
Ia kekal ini berarti bahwa tidak pernah ada suatu saat dimana Dia tidak ada (Ibrani 9:14), Ia maha kuasa (Luk. 1:35), Ia maha ada (Maz. 139:7), Ia maha tahu (! Kor. 2:10-11), Roh Kudus tersebut Allah (Kis. 5:3-4, 2 Kor. 3:18), Ia adalah pencipta (Kej. 1:2, Kol. 1:16-17). Jadi, Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus bersama-sama menciptakan bumi.

Alkitab mengajarkan kita bahwa Roh Kudus adalah peribadi yang hidup. Ia adalah salah satu dari ketiga oknum dalam Tritunggal yang kudus.

B. Karya Roh Kudus dalam Pertobatan dan Kelahiran Baru
Istilah pertobatan atau repentance yang digunakan dalam Perjanjian Lama ialah niham atau nacham yang dipakai lebih kurang sebanyak 35 kali. Kata ini diterjemahkan dengan repent dalam bahasa inggris yang dapat diartikan sebagai “suatu perubahan dari hakikat dan kondisi keberdosaan yang terjadi tatkala Allah menjamah kehidupan seorang manusia berdosa.

Istilah Nacham ini mengandung arti adanya “perasaan menderita” karena dosa (bentuk Niphal) atau “perasaan terlepas” dari dosa (bentuhk piel). Dalam bentuk niphla, kata nacham ini berarti “menyesal yang disertai adanya bencana dan tindakan.” Dalam bentuk piel, kata nacham berarti “menghibur” atau “menghibur diri sendiri”.

Dalam Perjanjian Baru, pertobatan dijelaskan dengan menggunakan kata yunani metanoia (kata benda) sebanyak 23 kali dan metaneo (kata kerja) sebanyak 34 kali dan metamelomai, yang berarti “penyesalan yang dalam, atau pertobatan.”  Istilah metanoia berasal dari akar kata meta dan nous yang digabungkan dengan kata kerja ginosko, yang dalam bahasa latinnya ialah noscere yang berarti to know, yang menunjuk kepada “kesadaran di dalam batin manusia”.

Dalam upaya mendefinisikan pertobatan, H. M. Freligh menyatakan bahwa, “pertobatan merupakan langkah dimana seseorang menyadari dan berpaling dari dosa-dosanya serta mengakuinya kepada Allah.”  Dapat dijelaskan selanjutnya bahwa pertobatan terjadi dengan adanya kesadaran intelektual (memahami keadaan keberdosaan yang sebenarnya) yang ditunjukkan oleh Roh Kudus, ada kesadaran emosional (yaitu menyadari keadaan terpuruk karena dosa dan akibatnya), dan ada kesadaran kehendak atau volisional (yang mendorong untuk mengambil tindakan nyata menyesali jalan berdosa yang telah dan sedang dijalani, serta berbalik kepada Allah mengakui dosa dimaksud).

Pertobatan manusia berdosa adalah anugerah dan tindakan Allah di dalam orang berdosa, yang oleh Roh Kudus menciptanya kembali (regenerasi) dengan mengubah hakikat dan kondisi keberdosaannya menjadi manusia baru, mengalami hidup baru (2 Kor. 5:17).

Setelah mengalami pertobatan maka manusia mengalami kelahiran kembali. Perjanjian lama mengacu pada pekerjaan Roh Kudus pada Musa yang akan datang ketika Ia akan tinggal “di dalam” umat Allah dan membawa kehidupan baru, sehingga mereka dapat memenuhi kehendak Allah (Yeh. 36:25-26, bnd. Yer. 31:33).

Dalam perjanjian baru, Yesus berbicara kepada Nicodemus tentang kelahiran kembali oleh Roh Kudus sebagai satu-satunya jalan masuk kerajaan Allah. Kelahiran kembali menandakan saat dan cara kita memasuki persatuan dengan Kristus, suatu perubahan serentak dari kematian spiritual menuju kehidupan spiritual, suatu kebangkitan spiritual (Ef. 2:1-5), peristiwa yang terjadi sekali untuk selama-lamanya pada permulaan kehidupan kristen, sejajar dengan kelahiran fisik.  Bukti bahwa kelahiran kembali oleh Roh Kudus tela terjadi ialah keinsafan orang itu sendiri bahwa Kristus sesungguhnya adalah Tuhan dan Juruselamatnya serta bukti-bukti kehidupan Roh Kudus di dalam dan melalui Dia.

Kelahiran kembali atau “born again” dapat dijelaskan sebagai “perubahan total yang transformatif dan revolusioner yang dikerjakan Roh Kudus dalampribadi orang yang berdosa yang ditetapkan, dipanggil, dan diselamatkan Allah (Yoh. 3:3-8).”

C. Karya Roh Kudus Dalam Kehidupan dan Pertumbuhan Orang Percaya
Inti pengalaman kristen tentang Roh Kudus adalah bahwa Ia membawa orang percaya ke dalam hubungan yang hidup dengan Yesus Kristus, sehingga mereka ikut menikmati penebusan dan berkat-berkat yang mengalir dari penebusan itu.  Seluruh pengalaman kristen difokuskan pada pemberian satu-satunya dari Allah ini melalui Roh Kudus, yaitu persatuan dengan Kristus.

a. Pengudusan
Seusai orang dilahirkan kembali ia di persatukan dengan Kristus, Roh Kudus bekerja terus dalam diri orang Kristen untuk membuatnya semakin sesuai dengan citra Kristus. Proses pembaruan moral dan perubahan itu biasanya disebut “pengudusan”.

Pengudusan pada hakikatnya ialah pekerjaan Roh Kudus yang membuat persatuan dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitanNya menjadi semakin nyata dalam hidup orang Kristen.  Ada dua dampak yang jauh jangkauannya yaitu:

Pertama, kehidupan kristen tidak lain dari proses menjadikan nyata apa yang sudah terjadi dalam Kristus.
Kedua, kehidupan kristen adalah kehidupan dalam persekutuan.
Dasar-dasar dari pengudusan yaitu:
1. Pengudusan orang percaya adalah bagian tidak terpisahkan dari penebusan Allah bagi mereka, yang didasarkan pada hakekat, dan sifat khas Allah Yang Maha Kudus adaNya (Im. 11:44-45, 19:2, 1 Ptr. 2:16).  Dalam kaitan ini, pengudusan berhubungan dengan tindakan Allah oleh Roh Kudus yang menyucikan seluruh hakekat hidup orang berdosa yang telah berbalik dari dosa dan bertobat serta berpaling kepada Allah.

2. Pengudusan adalah tindakan Oknum Allah Yang Esa, Yang Maha Kudus, yang oleh kebaikanNya, Ia memisahkan orang percaya bagi diriNya, meneguhkan serta menandai mereka sebagai milikNya yang kekal (1 Tes. 5:23, Ibr. 13:20-21).

3. Pengudusan adalah Karya Roh Kudus yang meneguhkan persekutuan orang percaya kepada Allah di dalam Yesus Kristus. Pengudusan ini dilakukan oleh Roh Kudus dengan mengaruniakan jaminanNya bagi kehidupan kekudusan untuk orang percaya.  Kebenaran ini memastikan bahwa Roh Kudus adalah dinamika bagi orang percaya untuk hidup kudus yang mencerminkan kepersekutuan dengan Allah dan perangaiNya yang kudus (Yoh. 15:4, Gal. 2:20, 4:19-22, Ef. 3:16, Kol. 1:11).

Pengudusan meneguhkan keselamatan orang percaya dengan memberikan identitas baru “manusia kudus milik Allah.” Pengudusan dalam hal ini adalah karya Roh Kudus yang menempatkan orang percaya pada posisi baru, dengan memberikan kekuatan untuk hidup dalam pebaharuan pemberian anugerah Allah.  Berkaitan dengan hal ini Roh Kudus akan membantu orang percaya mematikan manusia lama dalam diri manusianya dengan natur lama yang telah dihancurkan oleh dosa, dan memberikan pembaharuan dinamis yang teguh atas natur manusianya dengan penyucian oleh darah Yesus (Roma 6:6, Gal. 5:24, Kol. 3:5-11, 1 Petr. 1:19-24, Ibr. 10:10, 14).
Jhon Wesley Brill mengatakan bahwa ada 3 sarana pengudusan orang percaya yaitu:

a. Orang percaya dikuduskan oleh Firman Allah (Yohanes 17:17 dan 15:3). Penting sekali perkataan Allah dalam pengudusan, sebab firman itu menyatakan betapa perlunya kita disucikan. Firman Tuhan adalah seperti cermin yang menyatakan noda-noda yang Tuhan lihat di dalam kita.

b. Orang percaya dikuduskan oleh darah Kristus (Yohanes 1:7).
Firman Tuhan menyatakan dosa dosa kita dan darah Kristus menyucikan kita dari segala dosa. Darah Kristus adalah pancaran di mana kita senantiasa mendapatkan kesucian.

Segala ganjaran dan pengajaran Tuhan kepada kita juga dipakai untuk pengudusan kita (Ibrani 12:10). Disamping itu, tiap-tiap carang di dalam Tuhan yang berbuah dibersihkan supaya makin lebat lagi ia berbuah (Yoh. 15:2). “Dibersihkan” dalam ayat itu berarti cabang yang tidak baik dipotong.

c. Orang percaya dikuduskan oleh Iman (Kisah 26:18 dan 15:9). Dan patut dan tetap kita memandang diri kita mati bagi bagi dosa (Roma 6:11). Penggenapan pengudusan, itu bergantung pada ketetapan dan keteguhan kita di dalam iman (Kol. 1:22-23).

Dari penjelasan di atas perlu diketahui bahwa pengudusan yang merupakan bagian dari karya penebusan Allah yang dikerjakan oleh Roh Kudus yang berisi jaminan dari padaNya bahwa orang percaya memiliki hak istimewa masuk dalam persekutuan dengan Dia.

b. Pengangkatan
Pengangkatan atau adopsi berarti orang percaya diterima sebagai anak Allah melalui Kristus dan dalam persatuan dengan Dia.  Pengangkatan merupakan bagian utuh dari pekerjaan penebusan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus bagi semua orang yang telah diselamatkanNya.

Dalam Roma 8:14-17 ini Paulus melandaskan bahwa semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak-anak Allah.”oleh Roh itu kita berseru :’Ya Abba, ya Bapa!”’. Pada saat itu “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”. Disini secara chas dikatakan bahwa kesadaran orang percaya sebagai anak dibangkitkan langsung oleh Roh Kudus. Dengan kata lain, tak seorang pun yang akan berani menghampiri Allah sebagai Bapa dengan cara yang akrab, sebagaimana ditandai oleh istilah “Abba,” kecuali dipimpin oleh Roh. Secara terus menerus Roh mengingatkan kita tentang keluarga baru yang ke dalamnya kita telah diangkat.

Dalam Galatia 4:6 Paulus berkata bahwa “Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang berseru “Ya Abba, Ya Bapa”. Dipertahankanya ungkapan ini dalam bentuk Aram di samping bentuk Yunani dalam kedua ayat ini memperlihatkan arti penting yang diberikan kepada kata-kata itu, terlebih-lebih bila diingat bahwa Yesus menggunakan taman Getsemani (Mrk. 14:36).  

Roh yang memampukan Yesus untuk menyerukan “Abba” memampukan semua anak-anak Allah yang diangkatNya untuk menghampiri Bapa dengan cara yang sama.  Mengetahui bahwa kita diangkat menjadi anak-anak Allah adalah satu hal, sedangkan bertindak sebagai anak-anak Allah dengan kesadaran penuh tentang ketergantungan sepenuhnya kepada Allah dan mengasihi Allah sebagai Bapa adalah yang lain lagi. Ini takkan bisa terjadi tanpa pertolongan Roh.

Pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah juga merupakan pertolongan Roh Kudus yang mengingatkan dan menyadarkan kita selalu untuk melakukan perbuatan yang Tuhan kehendaki bagi kita sebagai anak-anak Allah yang telah Dia angkat.

BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan tentang peran Roh Kudus dalam penyelamatan dan pengudusan penulis dapat menyimpulkan bahwa Roh Kudus memiliki peran yang penting dalam penyelamatan dan pengudusan manusia berdosa, Roh Kudus yang menyadarkan manusia dari dosa sehingga manusia berpaling dari dosa-dosanya dan mengakui kepada Allah dan menerima anugerah keselamatan dari Allah.

Setelah menerima anugerah keselamatan manusia dilahirkan kembali, yang oleh Roh Kudus manusia mengalami hidup baru dan mendapatkan identitas baru sebagai anak-anak Allah, dan sebagai orang percaya yang telah menerima anugerah keselamatan manusia mengalami yang namanya pengudusan yang pada hakikatnya ialah pekerjaan Roh Kudus yang membuat persatuan dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitanNya menjadi semakin nyata dalam hidup orang Kristen.

Bukan hanya menerima pengudusan tetapi manusia yang telah menerima anugerah keselamatan dari Allah juga menerima anugerah sebagai anak-anak Allah. Dan Pengangkatan merupakan bagian utuh dari pekerjaan penebusan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus bagi semua orang yang telah diselamatkanNya  dan pengangkatan manusia yang telah diselamatkan tidak lepas juga dari pekerjaan Roh Kudus yang selalu menyadarkan dan mengingatkan kita sebagai anak-anak Allah untuk melakukan kehendak Allah dalam kehidupan kita.

Eman Hlw Seorang hamba Kristus lulusan dari Sekolah Tinggi Teologia Arastamar Bengkulu (STTAB), dan sekarang sedang bertempur diladang pelayanan.

0 Response to "PERAN ROH KUDUS DALAM PENYELAMATAN DAN PENGUDUSAN ORANG PERCAYA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel