Filsafaf Pemikiran Immanuel Kant

BAB  I
PENDAHULUAN

Dalam bagian ini Penulis akan membahas tentang Teologi Liberal yang dikemukakan oleh Immanuel Kant. Adapun pemikiran dari Teologi Liberal ini segala sesuatu ada berdasarkan pengalaman. Itu berarti bahwa segala sesuatu akan nyata apa bila kita sudah mengalaminya. Immanuel Kant adalah seorang filusuf dari Jerman yang menekankan segala sesuatu berasal dari rasio dan moralitasnya.
Pembahasan tentang Kant dan pokok pikirannya akan lebih jauh lagi dibahas dalam BAB II, dimana Penulis akan menulis latar belakang kehidupan Kant atau biografinya, dan pandangan-pandangannya.

BAB II ISI
IMANUEL KANT


1. Biografi
Immanuel Kant lahir pada tanggal 22 Afril 1724 di Konigsberg, ibu kota Prussia Timur, Jerman. Orang tua Kant adalah penganut gerakan Pistisme. tahun 1737 ibunya meninggal. Ayahnya adalah seorang pembuat pelana dan meninggal tahun 1746. Ia mendapat pendidikan yang baik dan akhirnya pergi ke Universitas Konigsberg 1741 di mana ia menjadi dosen tanpa mendapat bayaran pada tahun 1755. Pada tahan 1770 ia dipilih menjadi profesor Logika dan metafisika.
Daerah kelahirannya ini tidak pernah ditinggalkannya sampai ia meninggal pada 12 Februari 1804. Meskipun ia tidak pernah meloncang keluar negri sebagaimana terjadi pada banyak filisuf, ia menguasai dengan baik pemikiran-pemikiran filusuf sebelumnya.
Latar  belakang kehidupan keluarganya memiliki peranan penting dalam pembentukan sikap dan pemikirannya. Orang tuanya penganut setia gerakan Pietisme, sebuah gerakan yang menekankan keimanan individual, kesalehan hidup sehari-hari, sikap yang baik dan moralitas yang keras. Pada saat usianya 8 tahun, ia memulai pendidikan moralnya di sebuah sekolah yang melandaskan semangat Pietisme, namun kemudian ia tidak betah dan menginginkan pengetahuan yang lain.
Pada tahun 1747, ia meninggalkan sekolah formalnya yang pertama tersebut. Ia kemudian belajar filsafat , ilmu pengetahuan alam, dan teologi di Universitas Konigsberg. Dengan disertasi berjudul Meditationum Guarundum de lgne Succinta Delineatio (uraian singkat atas sejumblah pemikiran tentang api). Pada tahun 1755, ia mendapat gelar doktor. Selama lima belas tahun ia berkerja menjadi dosen privat di fakultas filsafat Universitas Konigsberg. Tahun 1770, ia mendapat gelar profesor logika dan metafisika.
Ia seorang yang teratur, dengan ketetapan yang istimewah sehingga orang-orang setempat mencocokan waktu mereka dengan jalan harinya melewati kota. Ia mempunyai banyak teman dan dikagumi dan di hormati oleh semua orang yang mengenalnya. Ia juga adalah seorang yang memiliki kehebatan budi yang luar biasa karena ia adalah seorang pemikir.
Pada tahun 1784, Kant menulis sebuah artikel di dalam suatu majalah dengan mengajukan pertanyaan: Apa Pencerahan itu? Jawabannya adalah bahwa Pencerahan terdiri dari bangkitnya manusia dari ketidak dewasaan yang diakibatkannya sendiri”. Manusia secara kanak-kanak telah mengandalkan pada otoritas eksternal, lebih memilih mereka daripada pemahamannya sendiri. Maka, motto Pencerahan adalah “Berani mengetahui”. “Berani menggunakan akal anda sendiri”.

2.Pemikiran Immanuel Kant

Seorang pemikir seperti Immanuel Kant patut diberi jempol dalam berfilsafat, seorang yang pintar dalam berfilsafat dan memiliki moralitas yang baik di dalam kehidupannya. Bukti dari hasil pemikiran Kant adalah sintesisnya terhadap Rasionalisme dan Empirisisme yang bertentangan. Rasionalisme menekankan bahwa pengetahuan itu merupakan akal/rasio, sedangkan pengalaman menegaskan apa yang terdapat pada rasio itu sendiri. Empirisisme berpendapat bahwa pengalaman indrawi adalah sumber dari pengetahuan. Tanpa adanya pengalaman indrawi maka akal akan kosong, jadi pengalaman indrawi yang mengisi kekosongan akal.
Dari kedua pandangan ini maka muncul sintesis baru dari Kant, di mana ia tidak menyalahkan keduanya, dalam artian kedua pandangan baik Rasionalisme maupun Empirisisme adalah benar. Rahman mengatakan dalam bukunya menurut Kant rasionalisme benar separuh dan empirisisme juga benar separuh. Sebab Kant meyakini bahwa dalam proses memperoleh pengetahuan, kedua hal tersebut sama-sama berperan. Jika tidak ada pengalaman indrawi, pengetahuan tidak akan di peroleh. Begitupun jika tidak ada rasio, pengetahuan juga tidak akan didapat. Jadi keduanya memiliki peran dalam proses memperoleh pengetahuan yang benar.
Menurut Kant prinsip pemberi perintah yang tertinggi ialah rasio manusia universal. Agama yang benar bukan terdiri dari mengetahui atau memperhatikan apa yang sedang di kerjakan oleh Allah atau yang telah di kerjakan untuk keselamatan kita, melainkan apa yang harus kita lakukan supaya menjadi layak untuk menerimanya.

A. Pemikiran Kant
Tema pokok yang sangat menonjol dalam pemikiran Immanuel Kant adalah rasio murni. Menurut Kant, untuk mengetahui dasar kepastian, orang perlu mengenal lebih dahulu hakikat inti pengetahuan itu sendiri yaitu noumenon atau objek pada dirinya sendiri sebagai hal yang tidak dapat diketahui. menurutnya sesuatu itu dapat di fahami sesuai dengan syarat-syarat akal budi yang subyektif, inilah yang disebut oleh Kant sebagai kategori-kategori apriori, kategori  yang menuntun pengetahuan manusia akan sesuatu.
Kant memiliki sebuah kesadaran kultural yang kuat dalam dirinya. Hal inilah yang secara khusus ia kembangkan dalam penatan epistemologinya. Immanuel Kant sudah melihat bahwa objek utama semuanya itu adalah manusia. immanuel Kant memisahkan secara total antara hakikat pengetahuan intelektual dari pengalaman.
Menurut Kant pengetahuan memiliki tiga tingkatan. Pertama  adalah pengalaman indrawi, kedua adalah rasio, dan ketiga adalah intelek.

- Tingkat pengalaman indrawi

Menurut Kant ada dua unsur sebelum pengalaman yaitu ruang dan waktu yang dipahami oleh Kant sebagi struktur-struktur intuitif yang ada dalam diri subjek (kita). Jadi ruang dan waktu tidak di luar subjek. Dengan kata lain ruang dan waktu melekat pada rasio manusia.
Kant mengatakan bahwa pengetahuan kita merupakan sintesis atas unsur-unsur yang ada sebelum pengalaman dan unsur-unsur yang didapat setelah pengalaman. Pada tingkat pemahaman indrawi  sudah ada dua  unsur apriori, yaitu ruang dan waktu yaitu struktur-struktur dalam diri subyek, yang digunakan untuk menangani data-data realitas yang masuk melalui pancaindra. Bagi Kant ruang dan waktu bukanlah bagian dari empiris, melainkan merupakan bagian dari perlengkapan mental atau instrumen rohaniah yang menggarap data-data indrawi. Pada tingkat ini yang terjadi adalah pengalaman manusia belum pengetahuan.
Kant mengatakan bahwa ada benda pada dirinya sendiri, namun realitas atau benda ini merupakan sesuatu yang tidak bisa kita amati, kita pahami, dan kita selidiki. Apa yang kita amati adalah gejala (fenomena). Pengalaman adalah data-data indrawi digabungkan dengan ruang dan waktu.

- Tingkat rasio/akal budi

Menurut Kant, bahwa rasio itu terbatas, rasio hanya mampu mengolah data pengalaman indrawi. Lebih jauh, rasio tanpa pengalaman indrawi hanyalah khayalan belaka. Bersama dengan indrawi, akal budi mulai berkerja secara spontan mengolah data input yang diberikan dari pengalaman pada tingkat sebelumnya. Hal ini terjadi melalui konsep-konsep fundamental atau pengertian pokok yang mambantu manusia dalam menyusun ilmu pengetahuan. Kategori-kategori ini  ada pada subjek sebagai struktur yang  tidak berasal dari pengalaman, sehingga sifatnya apriori. Menurut Kant, pada tingkat akal budi inilah kita bisa mendapatkan pengetahuan yang tepat dan mutlak, seperti ilmu pengetahuan alam.
 
- Tingkat intelek

Pada tingkatan ini, manusia mencoba merangkum pengetahuan yang diperoleh pada tingkat sebelumnya. Misalnya pengalaman indrawi dirangkum dalam satu konsep yang disebut “alam semesta” (dunia). Pengetahuan rasional yang tak lain adalah kesadaran dirangkum dalam konsep ‘‘jiwa”.

B. Allah
Bagi Kant Allah adalah objek dan manusia subjek. Allah dapat diteliti oleh pikiran manusia, sehingga manusia mampu mengenal Allah. Aburaera dalan bukunya mengatakan Allah merupakan sebagai kebaikan tertinggi, Allah adalah yang sempurna (kudus dan baik) sehingga setiap individu wajib untuk menyelaraskan diri sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Menurt Kant kita dapat mengenal Allah dengan rasio murni. Alasannya kita tidak pernah dapat menyimpulkan mutlak dari barang-barang duniawi.

C. Moralitas
Moralitas menyangkut hal baik dan buruk, tetapi bukan sembarangan baik dan buruk, melainkan dalam bahasa Kant, apa yang baik pada dirinya sendiri, yang baik tanpa pembatasan sama sekali. Kebaikan moral adalah yang baik dari segala segi, tanpa batasan. Jadi, yang baik bukan hanya dari beberapa segi, melainkan baik secara mutlak.
Bagi Kant yang baik tanpa batasan itu adalah kehendak baik. Jauh seseorang berkehendak baik, ia baik, tanpa pembatasan. Kehendak baik itu selalu baik dan dalam kebaikannya tidak tergantung pada sesuatu diluarnya.
Menurut Kant syarat kebaikan pelbagai sifat manusia adalah kehendaknya yang baik. Karena itu, tidak ada yang baik pada dirinya sendiri selain kehendak baik. Kehendak baik adalah kehendak yang mau melakukan kewajiban. Orang berkehendak baik apabila ia mengkehendaki melakukan kewajibannya.

Ada tiga alasan kewajiban yang dilakukan oleh seseorang
1. Menguntungkan, misalnya ia mendapat nama baik pada langganannya.
2. Langsung terdorong dalam hatinya, misalnya ia membantu orang yang menderita karena tergerak oleh belas kasihan.
3. Demi memenuhi kewajibannya itu sendiri.
Dari ketiga alasan di atas menurut Kant hanya kehendak terakhirlah kehendak yang betul-betul moral. Pertama masalah kebijaksanaan, kedua masalah konstitusi emosional. Melakukan kewajiban karena mau memenuhi kewajiban itulah kehendak tanpa pembatasan. Itulah yang disebut oleh Kant MORALITAS.
Baik buruknya suatu tindakan dinilai dari sudut tindakan itu sendiri, bukan dari akibatnya. Satu tindakan itu baik apabila tindakan itu sesuai dengan aturan yang berlaku. Menurut Kant bahwa ada suatu “kebaikan mutlak”. Karena manusia harus melakukan yang baik, maka mesti ada kebaikan mutlak yang menariknya. Dasar pikiran Kant adalah keterarahan kepada yang baik.

D. Dampak dari pemikiran Kant

Pemikiran-pemikiran Kant secara langsung telah berimplikasi luas terhadap pergolakan-pergolakan kultural sampai saat ini. Revolusi pemikiran ini kemudian dilanjutkan oleh para filusuf romantik dari Jerman lainnya. Para filusuf itu adalah Fichte, Schelling, dan Hegel, yakni pikirannya lebih dikenal idealisme. Bagi Fichate pengetahuan adalah suatu gerak atau suatu aksi yang didorong oleh kesadaran, menurutnya kesadaran adalah inti dari daya intelektual. Menurut Schelling segala sesuatu itu pada hakekatnya adalah satu.
Manusia ingin melepaskan segala ikatan-ikatan lama yang dirasa telah mengungkungnya dan ingin membangun suasana baru, hukum baru, dan masyarakat baru.

Immanuel Kant lahir pada tanggal 22 Afril 1724 di Konigsberg, ibu kota Prussia Timur, Jerman. Orang tua Kant adalah penganut gerakan Pistisme. tahun 1737 ibunya meninggal. Ayahnya adalah seorang pembuat pelana dan meninggal tahun 1746. Ia mendapat pendidikan yang baik dan akhirnya pergi ke Universitas Konigsberg 1741 di mana ia menjadi dosen tanpa mendapat bayaran pada tahun 1755. Pada tahan 1770 ia dipilih menjadi profesor Logika dan metafisika
BAB III
KESIMPULAN
Jadi Penulis menyimpulkan Immanuel  Kant adalah seorang Filiusf yang menekakan rasio dengan pengalaman, dimana dengan rasio berdasarkan pengalaman manusia dapat mengetahui apa saja yang sudah dialaminya. Begitu juga dengan Allah, menurut Kant Allah adalah objek yang dapat diteliti oleh pikiran manusia. Adapun moralitas yang dianut oleh Kant Penulis berpendapat bahwa, moralitasnya ini didapat akibat dari pietisme  yang dianut  orang tuannya sehingga ajaran itu melekat dan mempengaruhi pemikirannya.
Eman Hlw Seorang hamba Kristus lulusan dari Sekolah Tinggi Teologia Arastamar Bengkulu (STTAB), dan sekarang sedang bertempur diladang pelayanan.

0 Response to "Filsafaf Pemikiran Immanuel Kant"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel