FAKTA PERSELINGKUHAN DAN BAHAYA PERSELINGKUHAN DALAM KALANGAN ORANG KRISTEN
BAB I
PENDAHULUAN
Disini panulis ingin berbagi pengalaman saya, tentang hamba Tuhan yang berselingkuh, tetapi penulis tidak menyebut namanya. Karena ini menyangkut nama baik organisai, Gereja, masyarakat, pemerintah danlainnya, diakhir-akhir ini banyak hamba Tuhan yang jatuh dalam perselingkuhan yang sedang tren di mana-mana. Menyangkut etika moral hamba Tuhan yang sedang hancur dan akhirnya tidak mempermuliakan nama Tuhan lagi.
Seorang hamba Tuhan yang bermoral semestinya tidak melakukan hal ini, karena merusak harga diri, martabat serta mempermalukan nama Tuhan. Seorang gembala yang baik seharusnya menjadi teladan yang baik dan benar bagi jemaatnya.
BAB II
KHASUS PERSELINGKUHAN DAN PERCERAIAN HAMBA TUHAN DALAM GEREJA, TELAH MELANGAR ETIKA MORAL, SUSILA, AKHLAK DAN JUGA HUKUM ALLAH.
Etika berasal dari bahasa Yunani ETHOS, artinya falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila dan agama. Etika memuat kriteria apa yang “baik” dan yang “tidak baik”, azas yang berkenaan dengan akhlak serta nilai apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak.
Etika mengandung norma yang menjadi
dasar pertimbangan yang benar dan yang salah, “apa yang baik” dan “apa
yang jahat.” Dalam etika Kristen, Alkitab adalah Firman Allah merupakan
landasan normatif bagi pertimbangan dan keputusan etis. Etika dalam kaitan ini
“menghubungkan kita dengan sesama kita dan hal-hal lain dalam kehidupan (agenda)
nyata.”
Baca Juga: Keselamtan Hanya Oleh Anugerah (Sola Garatia)
Etika menuntut tanggung jawab untuk
membuat pertimbangan dan keputusan. Di sini etika Kristen menuntut adanya
kesadaran akan tanggung jawab dalam beretika. Pada sisi lain, etika juga
menuntut adanya tanggung jawab pertimbangan dan keputusan yang dilakukan
berdasarkan Alkitab. Di sini ada penegasan bagaimana orang Kristen bertanggung jawab
memilih yang benar, adil, baik, jujur, atau salah, curang, buruk atau jahat.
Etika berhubungan dengan sikap batin serta tindakan dalam kehidupan nyata. Hubungan ini meliputi segala aspek dan semua segi hidup. Etika Kristen yang dibangun di atas Alkitab mengandung kebenaran yang normatif dan mutlak berlaku bagi segala segi kehidupan. Kebenaran normatif ini adalah landasan bagi sikap batin Kristen yang berkaitan dengan pertimbangan dan keputusan etis menjawab situasi serta kondisi kehidupan nyata.
Pendahuluan
Perselingkuhan secara garis besar ada 2 macam. Pertama, yang terjadi secara temporer, yaitu yang disebut orang Jakarta sebagai "jajan" atau "main-main perempuan". Perselingkuhan jenis ini tidak melibatkan unsur-unsur di atas. Kedua, yang lebih umum, yaitu perselingkuhan yang terjadi secara permanen, dalam pengertian sudah ada jalinan atau kontak batin, ada saling bagi emosi satu sama lain.
Perselingkuhan jenis ini tidak mudah diputuskan, karena pasangan selingkuh tersebut dicintai. Mereka benar-benar sudah menjalin hubungan yang intim dan akrab, sehingga untuk memutuskannya terasa sangat sulit sekali. Memahami perselingkuhan begitu dekat dengan kehidupan perkawinan, dan memahami akibat-akibat yang ditimbulkan baik bagi pribadi yang bersangkutan, kehidupan perkawinan, keluarga, anak-anak dan terlebih bagi kesaksian Gereja di tengah-tengah dunia ini.
Jadi, maka saya mengangkat topik ini sebagai upaya mengingatkan kita semua agar menjauhi yang namanya selingkuh sebab sangat tidak sebanding kenikmatan sesaat yang diperoleh dari perselingkuhan dengan dampak yang ditimbulkannya.
Baca Juga: Syarat-syarat Pemimpin Kristen Berdasarkan Titus 1:5-14
Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua tahun 1991, Selingkuh berarti tidak terus terang, tidak jujur, suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri, curang. Dengan demikian selingkuh dapat diartikan sebagai perbuatan seorang suami (istri) dalam bentuk menjalin hubungan dengan seseorang di luar ikatan perkawinan.Jika diketahui pasangan saya akan dinyatakan sebagai perbuatan menyakiti, mengkhianati, melanggar kesepakatan, di luar komitmen. Dengan kata lain selingkuh terkandung makna ketidakjujuran, ketidak percayaan, ketidak saling menghargai, dan kepengecutan dengan maksud menikmati hubungan dengan orang lain sehingga terpenuhi kebutuhan afeksi-seksualitas (meskipun tidak harus terjadi hubungan sebadan).
Fakta Perselingkuhan
Perselingkuhan memiliki banyak fakta-fakta yang mengejutkan, fakta-fakta tersebut adalah:
1. Perselingkuhan dapat dilakukan dan menimpa siapa saja, sekalipun anda seorang yang terkenal sebagai tokoh spiritual dan dikagumi oleh jutaan orang.
2. Perselingkuhan dapat terjadi dan dilakukan kapan saja, selama kesempatan untuk melakukannya terbuka dan dirasa aman.
3. Perselingkuhan juga dapat dilakukan dimana saja ada kesempatan untuk melakukannya.
Perselingkuhan tidak selalu berarti
hubungan yang melibatkan kontak seksual. Sekalipun tidak ada kontak seksual,
tetapi kalau sudah ada saling ketertarikan, saling ketergantungan, dan saling
memenuhi di luar pernikahan, hubungan semacam itu sudah bisa kita kategorikan
sebagai perselingkuhan.
Ada beberapa tahapan perselingkuhan yaitu :
1. Tahapan melalui onsiling pastoral ada ketertarikan, yang terdiri dari ketertarikan secara fisik atau pun emosional. Karena tertarik pada seseorang, mulailah kita bercakap-cakap dan menjalin hubungan dengannya.
2. Setelah itu kita mulai merasa tergantung dengannya. Kita merasa membutuhkan dia. Saat dia tidak hadir, kita merasa tidak nyaman, sehingga kita mulai menanti-nantikan dia.
3. Setelah rasa ketergantungan, mulailah proses saling memenuhi. Kita dengan dia merasa saling memenuhi kebutuhan emosional masing-masing. Misalnya yang satu punya problem dengan keluarganya, lalu diceritakan kepada rekan yang dapat memenuhi kebutuhan emosionalnya, dan terus berlanjut. Biasanya, kalau ada unsur-unsur ini, hanya tinggal masalah waktu untuk terjadinya hubungan seksual antara kedua orang tersebut.
Baca Juga: Mengenali Apa Arti Sejarah/Belajar Dari Sejarah (Masa Lalu)
Penyebab
Selingkuh
Ada banyak penyebab mengapa hamba Tuhan suami atau istri selingkuh, antara
lain:
1. Faktor Utama
Predisposisi
kepribadian, ada
beberapa individu yang cenderung memiliki gairah seks yang besar (seksmania)
ataupun yang mengalami kebosanan seksual, suami istri kurang puas dengan
kehidupan seksual sehingga dapat mencari orang lain untuk memuaskan dirinya. Terjadinya
desakralisasi lembaga perkawinan. Kecendrungan desakralisasi ini semakin kuat
akhir-akhir ini. Kita ambil contoh, Agama kristen yang pada awalnya sangat
tegas dalam menjalankan disiplin Gereja dalam hal menjaga kekudusan perkawinan,
tetapi kini telah semakin lunak dan cendrung longgar.
Terjadinya dekadensi (kemerosotan) etika moral di tengah-tengah masyarakat.
2. Faktor Pendukung
Faktor fasilitasi sosial, lemahnya institusi masyarakat dalam masalah moral sosial dan hukum menjadi lahan subur perselingkuhan. Ketersediaan grup secara sosial. Artinya tidak semua kaum selingkuh ini mendapatkan dampak masyarakat, tetapi juga memperoleh penerimaan dari komunitas tertentu-meskipun terbatas.
Media massa, tentu kita sudah maklum bahwa lagu-lagu telenovela, sinetron, film, dan juga kelakuan langsung para sineas film menunjukkan ide-ide perselingkuhan sebagai fenomena wajar.
Era
hedonisme, doktrin yang
mengatakan bahwa kebaikan yang pokok dalam kehidupan ini adalah kenikmatan.
3. Faktor Pemicu lain.
Media pornografi yang mudah diperoleh dan disaksikan. Kecanggihan teknologi anti hamil. Kecemasan akan kehamilan akibat seks bebas semakin kecil, karena hampir 95% mereka yang selingkuh telah memahami fungsi kontrasepsi atau bagaimana caranya seks tanpa kehamilan.
Alasan Selingkuh
Menurut penilitian Debbie Layton-Tholl, seorang psikolok pada tahun 1998, alasan perselingkuhan di antara pasangan setelah sekian lama menikah antara lain mengacu kepada:
(a) Sulit menolak godaan
(b) Merasa tidak puas dalam kehidupan perkawinan
(c) Marah terhadap pasangan
(d) Tidak lagi bisa mencintai pasangan
(e) Sering hidup berpisah lokasi
(f) Dorongan untuk membuat pasangan menjadi cemburu.
Karena memiliki segala sesuatu atau merasa sudah puas dengan kekayaan, atau sebaliknya mungkin suami dan istri selingkuh akibat kurangnya keterpenuhan dalam rumah tangga. Ada tiga hal yang menjadi faktor pemicu perselingkuhan:
1. Harta yang terpenuhi, dan gembala sudah memakai omzet Gereja sebagai milik pribadinya, Maka ia telah melanggar etika pelayanan, dan hamba Tuhan jangan manfaatkan jemaat yang ada.
2. Takhta- Kedudukan, Seorang gembala biasanya sudah ternama dimana atau mempunyai daerah pelayanan yang sudah cukup baik dan ia mempunyai banyak fens. Maka dari situlah mulai timbul kesombongan, keangkuhan, kesarakaan diri dan timbul pikiran hawa nafsu, dan manfaatkan orang-orang terdekat dia. Menurut etika seorang peminpin harus bersikap jujur, adil dan hidup dalam kekudusan Tuhan. Agar jangan menjadi batu sandungan dalam jemaat masyarakat, dan agama.
3.
Wanita,
Biasanya laki-laki sering memiliki banyak uang akhirnya selingkuh atau pergi
ketempat pelacuran. Dan wanita biasanya juga ingin menjadi pemimpin ada banyak
alasan yang ia pakai demi mendapatkan kedudukan maka dia akan menjual harga
dirinya kepada sang pemilik atau tuan, tetapi disini, Penulis menekankan bahwa
tidak semua laki-laki dan perempuan melakukan hal itu, demi sebuah kedudukan
dan sesuap nasi. Hamba Tuhan seperti ini ia tidak lagi memiliki integritas,
moral, etis dalam pelayanan dan ini tidak murni lagi, Tetapi hamba Tuhan yang
beretika selalu menjaga kemurnian hati dan hidup dalam kekudusan.
Tanda-tanda pasangan berselingkuh
Setelah mengetahui penyebab
perselingkuhan, barangkali pertanyaan yang penting sekarang adalah bagaimanakah
mengetahui pasangan tersebut
berselingkuh? Ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan untuk mendeteksi apakah
pasangan tersebut
berselingkuh.
Hal pertama adalah masalah kerahasiaan. Kerahasiaan merupakan salah satu pengungkapan rahasia terbesar bahwa seseorang selingkuh atau mengkhianati pasangannya. Tak ada yang salah bila seseorang punya privasi, tapi kerahasiaan yang berlebihan dalam pernikahan adalah hal lain, begitu kata Julia Hartley Moore, seorang detektif swasta yang sangat sukses, dalam bukunya “Selingkuh". Kerahasiaan itu misalnya, sangat menjaga telepon genggamnya atau selalu dekat dengan telepon genggamnya, kalau ada panggilan selalu menjauhkan diri ketika berbicara walaupun itu hanya berdua dengan pasangannya atau berbicara singkat saat pasangan ada didekatnya.
Hal kedua, lebih memperhatikan penampilan, tubuh, pakaian dari biasanya.
Hal ketiga adalah mengenai hubungan seks suami istri. Apakah lebih banyak atau semakin berkurang dari biasanya. Baik lebih banyak atau semakin sedikit menurut Julia sama-sama perlu mendapat perhatian dari pasangannya, perlu dicurigai, perlu segera melakukan antisipasi dari suami atau sitri.
Dampaknya
Ingat apa pun alasannya, kenikmatan selingkuh tidaklah sebanding dengan dampak yang ditimbulkannya. Bagi pribadi (suami atau istri) yang melakukan selingkuh. Bila masih dikategorikan manusia normal, perselingkuhan yang dilakukan apapun itu alasannya tetapi itu adalah tetap sebuah pengkhianatan terhadap orang yang mana kita sudah berjanji setia, akan terus dikejar rasa bersalah, dan ketakutan ketahuan. Dan hal ini sudah pasti membuatnya tertekan. Memang dapat saja seseorang seolah merasa tidak bersalah melakukan perselingkuhan itu.
Hal ini mungkin diakibatkan faktor
kejengkelan, marah atau dendam yang dalam terhadap pasangannya. Namun saya
berpendapat, dalam jangka pendek mungkin saja, tetapi tidak dalam jangka
panjang. Pada saat kesadaran semakin muncul, seiring surutnya kejengkelan,
kemarahan dan dendam rasa bersalah itu akan muncul. Ketika itu, ketakutan akan
akibat perselingkuhan semakin menguasainya. Seperti masadepan, karir, pandangan
orang yang akan mencapnya sebagai suami atau istri yang serong, tidak dapat
dipercayai dll. Ini semua mengakibatkan penderitaan secara psikis.
Bagi keluarga. Perselingkuhan
sungguh-sungguh mengancam kehidupan pernikahan. Resiko yang terberat adalah
apabila terjadi perceraian dapat menimbulkan berbagai masalah. Mulai masalah
finansial, beban emosi pada anak, masalah dengan anggota keluarga yang lain,
rasa malu, hingga rasa sedih. Walapun perkawinan masih dapat dipertahankan,
tidak terjadi perceraian, namun untuk kembali saling mencintai, saling
mempercaya, saling menghormati itu sudah pasti sangat sulit. Apa
jadinya sebuah rumah tangga bila hati sudah menjadi dingin dan hubungan menjadi
hambar! Apapun alasannya selingkuh membawa dampak menghancurkan sebuah
hubungan.
Bagi masyarakat. Akibat kroposnya pondasi sebuah keluarga dikarenakan
perselingkuhan, sudah pasti fungsi keluarga sebagai lembaga moral terbesar
tidak akan dapat lagi berjalan sebagaimana mestinya. Dan itu akan membawa
pengaruh bagi generasi masyarakat selanjutnya. Disamping itu, dapat menjadi
preseden buruk bagi anak-anak dan generasi muda yang mendorong ke dalam
kehidupan budaya selingkuh atau seks bebas. Akibatnya apa? Itulah yang kita
rasakan sekarang ini. Kesakralan sebuah perkawinan mejadi semakin luntur.
Budaya kawin cerai semakin marak Prilaku suami, yang menceraikan istrinya dan
menikah lagi disebut zina ( Matius
19:7-8). Agama yang melarang hal-hal tersebut
akan semakin dijauhi.
Bagi Gereja. Akibat Perselingkuhan, apakah itu masih sekedar isu atau beneran membawa dampak yang besar. Apa lagi bila orang tersebut selama ini menjadi panutan. Sebagaimana yang kita pahami bahwa salah satu bentuk kesaksian yang seharusnya dinampakkan oleh orang Kristen adalah kehidupan perkawinannya. Perkawinan yang kudus, Perkawinan yang harmonis. Perkawinan yang tidak memiliki WIL (Wanita idaman lainnya) dan PIL (Pria idaman lainnya).
Perkawinan yang tidak memiliki kamus bercerai, sebab Firman Tuhan kepada umatNya “apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia” (Mat 19: 6). Memahami ini perselingkuhan adalah sesuatu yang sangat memalukan, dan menjadi batu sandungan. Di dalam Alkitab, Yesus mengemukan bagaimana berdosanya seseorang bila menjadi batu sandungan (Lukas 17:2). Apalagi telah melanggar etika moral Tuhan, dan merusak nama baik Gereja dan setiap pelayan Hamba Tuhan. Hal ini sangat memalukan bagi kita sebagai umat Kristen.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan. Memahami akibat perselingkuhan membawa dampak ikutan yang sangat berat, untuk itu ada dua tidakan yang dapat dilakukan:
A. Preventif Mencegah Segala Sesuatu Sebelum Terjadi
1. Bagi pria atau wanita yang akan menikah disarankan agar dalam tahap berpacaran:
a. Perkenalan
b. Pendekatan
c. Penelusuran
Ini harus sungguh-sungguh dipergunakan sebagai tahapan mengenal secara baik sebelum sampai kepada tahap pemantapan pacaran (tunangan) dan perkawinan. Hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan kecendrungan perselingkuhan adalah mengenal predisposisi kepribadian, latar belakang keluarga, keseimbangan romantisme, kematangan berfikir, dan tentunya kehidupan spiritual.
2. Bagi pria dan wanita yang sudah menikah usahakanlah agar menjadi teman yang enak buat diajak ngobrol serta menjadi kekasih yang menggairahkan dalam hubungan seks bagi suami/istri.
Khusus bagi suami, tidak zamannya lagi mengabaikan kekurangannya mengenai seks dengan mengatakan sudah menyediakan istrinya rumah, mobil dan fasilitas lainnya. Masalah seks sekarang ini tidak hanya didominasi kaum laki-laki, bukan masalah tunggal tetapi masalah bersama. Jikalau selama abad-abad perempuan menikah tanpa memiliki syarat erotis mereka, tidak lagi pada zaman sekarang. Mereka juga menuntut perhatian dan kepuasan sexual mereka. Karena itu pemahaman sexual sangat diperlukan.
Disamping itu yang perlu juga diketahui dan disikapi adalah hal-hal yang menjadi penyebab suami istri selingkuh. Menurut dr. Sukiat umumnya suami istri selingkuh bukan saja disebabkan karena faktor seks, melainkan karena kesepian batiniah. Maksudnya, suami kurang peduli, kurang perhatian, kurang mengasihi yang ditunjukkan secara nyata, kurang mengayomi, dan tidak ada lagi hal-hal yang perlu dikagumi pada diri suami. Dan bagi Istri, disamping sebab-sebab selingkuh yang telah disebutkan di atas, ada lagi hal lain yang perlu dipahami seorang istri mengapa suami selingkuh. Suami-suami berselingkuh disebabkan: (1 Karena istri mulai “tidak nyambung” lagi ketika diajak berbicara, baik dalam topik pembicaraan maupun wawasannya. Dengan kata lain tidak dialogis lagi; (2 Karena istri kurang respek terhadap suami, sehingga cendrung menyalahkan, menuntut, bahkan merendahkan suami. Untuk itu saya menyarankan bila ada yang demikian segeralah mengubah sikap.
B. Kuratif Dapat Menolong Menyelesaikan Masalah
Bagaimana bila sebuah perkawinan sedang dihinggapi masalah perselingkuhan? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain: Setiap hubungan bisa diselesaikan bersama. Setiap orang pasti memiliki masalah. Ada pasangan yang bisa menyelesaikan masalah mereka secara baik-baik, namun ada juga malah jadi bertengkar hebat.
Membicarakan sebuah masalah secara
sehat memang bukanlah hal yang mudah, apalagi dalam keadaan emosional. Untuk
itu simaklah tips berikut ini bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan suami
atau istri tanpa harus bertengkar. ( 1 Korintus 7:10-16) Terdiri dari dua kesatuan
kecil: dari ayat 10 dan 11 Tentang larangan Tuhan agar jangan bercerai dan dari
12-16 tentang izin Paulus untuk tetap hidup bersama atau berpisah dalam
pernikahan.
Larangan Tuhan Supaya Jangan Bercerai:
Pendahuluan dengan penegasan bahwa perkataan ini berasal dari Tuhan
Perintah bagi istri agar jangan berpisah dari suami
Konsekuensinya jika ia bercerai
Perintah bagi suami agar jangan menceraiksn istri
Nasihat Paulus tentang saudara yang mempunyai istri yang tidak beriman dan
setuju tetap hidup bersama dengan dia agar jangan ia menceraikannya.
Fokus Pada Permasalahan.
Saudara dan pasangan harus fokus pada pokok permasalahan. Hindari membahas masalah-masalah terdahulu. Hal itulah yang memicu pertengkaran hebat.
Berhenti Berbicara Ketika Mulai Emosional
Ketika suasana mulai memanas, lebih baik berhentilah berbicara. Saudara bisa mengambil jeda beberapa jam, lakukan hal lain terlebih dahulu. Penelitian telah membuktikan, semakin banyak waktu untuk sendiri maka Saudara dan pasangan bisa sama-sama tenang. Setelah Saudara merasa lebih baik, lanjutkan obrolan dan masing-masing harus mendapatkan poin yang jelas. Dalam Etika komunikasih adalah: Jangan saling menyalakan satu sama lain, agar suami istri sebagai hamba Tuhan harus saling memaafkan.
Biarkan
Dia Tahu Saudara Mendengarkannya
Ketika menyelesaikan masalah, jangan memperlihatkan keegoisan saudara, meskipun
saudara merasa sangat benar. Biarkan dia tahu bahwa saudara mendengarkannya
dengan mengatakan bahwa saudara mengerti maksudnya, tapi saudara berpikiran berbeda.
Pertengkaran bisa terjadi karena satu pihak merasa dia tidak didengarkan.
Perhatikan Bahasa Tubuh.
Bahasa tubuh yang salah dapat memancing argumen. Meskipun saudara merasa kesal, tetaplah perhatikan bahasa tubuh saudara. Saat berbicara tataplah matanya serta bahu dan lutut yang menghadapnya. Sikap tubuh tersebut merupakan sinyal bahwa saudara ingin menyelesaikan masalah secara baik-baik.
a. Hal terpenting yang harus dilakukan adalah bertobat. Artinya menghentikan kebiasan buruk tersebut karena seseorang tidak bisa hidup dengan normal dalam hubungan jika kaki sebelah berada di luar pintu.
b. Orang yang melakukan affair sebaiknya mengkaji alasan pribadi yang mendorong penyimpangan ini dan memikirkan apa yang perlu dirubah untuk menghindari godaan di kemudian hari.
c. Ingat tidak mudah mengawali hubungan setelah terjadi perselingkuhan karena itu wajar apabila jalan menuju perbaikan akan mengalami pasang surut.
d. Siap menerima tanggung jawab atas ulah yang telah dilakukan meskipun mungkin terasa tidak adil.
e. Meminta maaf dengan tulus iklas atas pengkhianatan dan sakit hati yang dilakukan terhadap pasangan, dan berjanji tidak melakukannya lagi. Dalam hal ini (upaya ini) bila merasa ada kesulitan mintalah bantuan terapis, atau pendeta yang ahli atau yang mempunyai kemampuan mengatasi persoalan perkawinan.
f. Perlu pembicaraan terbuka mengenai apa yang terjadi sehingga diketahui akar masalah untuk perbaikan dikemudian hari (Disarankan mencari waktu yang tepat).
g. Sebagai langkah ke depan, keduanya perlu memiliki tanggung jawab membangun fondasi hubungan yang baru. Disini sangat perlu disamakan visi dan missi sebuah rumah tangga.
h. Bagi pasangan suami/istri yang disakiti, dikhianati ingatlah hal ini. Benar Yesus mengatakan bahwa perceraian hanya boleh terjadi karena perzinahan dan kematian. Namun sisi lain Yesus sangat menekankan tentang kasih yang mengampuni, kasih yang memaafkan. Ingatlah akibat perceraian, bukan hanya masalah pribadi, tetapi anak, keluarga besar, terlebih Gereja. Kalau sungguh-sungguh suami/istri yang berselingkuh mau bertobat, dan sungguh tidak melakukannya lagi pada hari-hari mendatang, saya pikir bagi orang Kristen pintu maaf sangatlah lebar.
Penulis deskripsikan masalah di atas dengan memakai pembagian etika sebagai ilmu tentang moralitas menurut (k.bertens).
Sejak awal seorang Hamba Tuhan yang melakukan perzinahan/ perselingkuhan dalam Gereja ia Telah melanggar prinsip etika pelayanan, sesuai dengan yang tertara dalam KBA bahwa etika merupakan benar atau salah, yang namaya salah tetap dosa sesuai dengan yang dianut suatu organisasi Gereja tertentu, masyrakat golongan sedangkan menurut pandangan yang dianut Gereja menolak atau mengolek apa yang pernah terjadi sama saja dengan bohong dan hal itu merupakan suatu pelanggaran terhadap suatu nilai etika. Hal ini disebabkan hamba Tuhan menolak untuk dikaitkan dengan kasus perselingkuhan.
Baca Juga: Kepemimpina Gideon Pada Masa Para Hakim-hakim
Dalam kasus ini hamba Tuhan yang telah mengatakan bahwa ia melakukan perselingkuhan tidak mengaku kesalahannya padahal dirinya telah diketahui bahwa ia telah melanggar prinsip-prinsip etika Kristen, dengan hal ini maka seorang hamba Tuhan telah melanggar aturan Gereja dan serta melanggar sepuluh hukum Taurat tentang perzinahan atau perselingkuhan yang sekarang sedang terjadi dalam Gereja diakhir-akhir ini. Ini sebenarnya seorang hamba Tuhan tidak pantas melakukannya karena merusak nama baik para hamba Tuhan yang lain dan moral hamba Tuhan tidak dihargai lagi karena akibat dari masalah sesorang akhirnya semuanya kena.
Yang malu adalah Gereja dan nama baik
hamba Tuhan menjadi hancur berantakan sampai harga diri martabat semua hilang.
Dengan demikian seorang hamba Tuhan sebagai pelopor atau dikatakan Bapa dan Ibu
Rohani harus tujukan teladan yang baik, tetapi dalam hal ini ia telah melanggak
etiket kesopanan dalam Gereja yang salah.
Berdasarkan filosofi etika Deontologis, Sinode Gereja menetapkan hamba Tuhan A
dan B sebagai tersangka.
Hal ini ditetapkan hukum Gereja yang berjalan di dunia dan khusus dalam Gereja-Gereja di Indonesia melalui suatu badan hukum Gereja yang berlaku sekarang, maka hamba Tuhan tersebut harus diberi pelanggaran tentang melanggar hukum dan etika yang telah belaku diGereja. Dengan demikian hamba Tuhan yang telah melanggar peraturan tersebut harus diberhentikan dari pelayanan tersebut karena ia telah melanggar kode etis Gereja dan sudah merusak moral Gereja. Maka dari pihak Gereja Gereja dan sinode harus menyetakan kebenaran yang sesungguhnya dan hamba Tuhan tersenbut harus dinyataka bersalah dalam kasus perselingkunah tersebut.
Berdasarkan filosofi etika teleologis, dimana ia tidak melihat hasil yang diterima oleh pihak yang bermasalah, tetapi hamba Tuhan yang melakukannya jelas tidak bersalah. Ia menolak untuk dikaitkan dengan khasus perselingkuhan tersebut, bagi hamba tuhan, Merupakan keuntungan basar ia dapat melakukan perselingkuhan karena hamba Tuhan tersebut menjalakan filosofi ini maka ia tidak merasa bersalah karena hasil perselingkuhan ini sah-sah saja jika ia melanggar peraturan. Berdasarkan filosofi inilah, hamba Tuhan justru merasa dikorbankan Gereja apalagi kesaksian jemaat melibatkan hamba Tuhan tersebut.
Berdasarkan prinsip metaetika, peraturan dilarang melakukan perselingkuhan
dalam kalangan Gereja dan sesama hamba Tuhan apalagi terhadap jemaat. Dalam
perundang-undangan dalam sinode Gereja tersebut untuk menghindari kejadian
seperti ini dan supuya setiap Pelayan Tuhan harus menjaga kekudusan hidupnya.
Melalui prisip etika normatif, hamba Tuhan tersebut dinyatakan bersalah karena tidakannya telah melanggar hukum Allah, melanggar etika sebagai jemaat yang baik dan benar. Ia juga melanggar kode etiknya sebagai hamba Tuhan. Oleh kerena itu, Hamba Tuhan dinyatakan telah melanggar prinsip-prinsip etika Firman Allah.
BAB III
KESIMPULAN
Kenikmatan seksual adalah pemberian Allah bagi manusia. Konsep menjadi satu daging adalah konsep yang direncanakan Tuhan agar kita menghargai, menguduskan dan sekaligus merayakan kesenangan seksual itu dengan penuh rasa syukur dan bertanggung jawab dalam kesetiaan. Menjadi satu daging berarti ada dua pribadi yang dipersatukan untuk saling setia, saling membagi suka dan duka. Dalam Injil Matius 19:6, Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan agar menghargai dan menghormati prakarsa Allah yang menyatu Saudara aki-laki dan perempuan dalam perkawinan “menjadi satu daging”.
Perbuatan Allah ini tidak boleh dibuat main-main. “ Apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia”. Maksud ungkapan ini tentunya bukan sekedar laki-laki dan perempuan yang telah dipersatukan itu tidak bercerai, tetapi juga menegaskan bahwa hanya kepada suami atau istri yang diberikan Allah kepadanya ia boleh menikmati keindahan dan kesenangan seksual yang tiada taranya itu. Berdasarkan hal ini maka apa pun alasannya seseorang berselingkuh berarti tidak menghormati dan mensyukuri apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Hubungan seksual diluar pasangan yang sah, pasangan yang sudah diberikan serta diberkati Allah melalui pemberktan perkawinan adalah perzinahan dan itu dosa.
Itulah sebabnya rasul Paulus dalam 1 Korintus 6:9b-10 menandaskan bahwa orang yang berzinah (dan tidak bertobat) tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Memahami akan hal ini, Paulus mengingatkan agar suami atau istri tidak lupa memenuhi kewajibannya sebagai suami dan sebagai istri atau dengan kata lain agar memperhatikan kebutuhan kehidupan seksual mereka. Kata Paulus: “… Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak” (1 Kor.7:3, 5).
Baca Juga: Cara Mengatasi Rasa Takut
0 Response to "FAKTA PERSELINGKUHAN DAN BAHAYA PERSELINGKUHAN DALAM KALANGAN ORANG KRISTEN "
Post a Comment