KHOTBAH KRISTEN: KELUARGA YANG HIDUP TAKUT AKAN TUHAN (TANGGUNG JAWAB ORANGTUA KEPADA ANAK-ANAKNYA) 1 SAMUEL 2: 12-17
Hari ini kita akan bahas tanggung jawab orangtua terhadap
anak-anaknya, dan kita akan bercermin dari kisah satu keluarga yaitu
Imam Eli dengan kedua anaknya, Hofni dan Pinehas.
Imam Eli memerintah dan menjadi hakim bagi Israel selama -+ 40 tahun lamanya. 1Sam 4:18
John MacArthur dalam bukunya yang berjudul "Kiat Sukses Mendidik Anak dalam Tuhan" mengutarakan sebagai berikut:
Gereja
perlu kembali lagi pada tugas yang sesungguhnya: mencari dan
menyelamatkan yang terhilang. Hanya jika banyak orang dalam masyarakat
berpaling kepada Kristus maka hal tersebut akan membawa masyarakat itu
sendiri mengalami perubahan yang luar biasa. Sementara itu,
keluarga-keluarga Kristen mempunyai suatu kewajiban untuk menanam pohon
tempat bernaung bagi generasi anak-anak di masa depan.
Mudhi
Sabda H. Lesminingtyas menulis dalam buku "Menjadi Mitra Allah", yang
diterbitkan GKI Kwitang, ketika memeringati HUT ke 75 sebagai berikut:
Saat
orang tua membaptiskan anaknya, mereka berjanji untuk mengajarkan
kepada anak tentang arti janji keselamatan dan selalu mendidik mereka
menurut Firman Tuhan. Karena janji baptis merupakan janji orang tua
kepada Allah, maka sudah seharusnya orang tua memegang teguh dan
berusaha menepati janji tersebut. Sebagai pemenuhan atas janjinya, orang
tua harus mendidik anak-anak dalam terang dan kasih Kristus hingga
mereka tumbuh menjadi pribadi dewasa yang layak di hadapan Allah dan
mengaku percaya atau sidi. Namun pada kenyataannya ada begitu banyak
keluarga Kristen yang membaptiskan anaknya hanya untuk memenuhi tata
gereja. Banyak di antara orang tua yang merasa sudah lega setelah
menyerahkan anaknya kepada Tuhan melalui ritual sakramen baptisan.
Mereka menyangka bahwa baptisan identik dengan keselamatan. Mereka lupa
bahwa baptisan hanya merupakan meterai dan justru merupakan awal
perjanjian orang tua dengan Tuhan.
Apa yang dilakukan oleh anak-anak Imam Eli ?..
Alkitab mengatakan dan menjelaskan bahawa anak-anak dari Imam Eli ini yaitu Hofni dan Pinehas:
1. Mereka disebut orang-orang dursila yang tidak mengindahkan Tuhan (1Sam 2:12-17)
2. Mereka melakukan dosa perzinahan dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu perkemahan. (1Sam 2:22)
Kesimpulam, poin 1-2
Dari 2 poin di atas Alkitab jelsakan bahwa:
Mereka disebut orang-orang dursila:
Artinya:
Mereka
begitu buruk kelakuannya; mereka jahat dimata Tuhan, mereka seperti
orang yang tidak mengenal Allah, mereka tidak menghormati Allah, mereka
menyalah gunakan jabatan imam.
Mereka begitu tamak, mereka begitu rakus, mereka begitu serakah kepada umat Tuhan.
Mereka
tidak menghormati umat Tuhan (Israel), mereka tidak menghormati
persembahan umat Tuhan (Israel), mereka begitu jahat kelakuannya di
hadapan umat Israel, mereka menjadi bandit yang mengacaukan.
Inilah dosa yang dilakukan oleh Hofni dan Pinehas
anak Imam Eli.
Bagaimana peran orangtua (Imam Eli) dari sikap ke-2 anak Imam ini ?...
Ternyata peran orangtua dari ke-2 anak-anak imam ini adalah:
1. Imam Eli hanya mengajukan pertanyaan dan memberikan sebatas teguran saja kepada anak-anaknya. (1Sam 2:22-24)
2. Tidak memarahi dengan keras anak-anaknya ketika dilihatnya berbuat dosa di hadapan Tuhan. (1Sam 3:13)
Kesimpulan
Ini
adalah salah satu contoh yang tidak terpuji dan tidak perlu tiru atau
dicontoh oleh umat Tuhan, yaitu yang dilakukan oleh Imam El.
Saat
anak-anaknya melihat dan mendengar anak-anaknya berbuat dosa, dia hanya
memberikan teguran biasa saja, tanpa mengadili mereka, tanpa memarahi
mereka, tanpa memberika hukuman bagi mereka, tanpa memberikan teguran
yang paling keras.
Kaltan:
Apakah ketika orangtua memarahi, memberikan hukuman kepada anaknya saat berbuat dosa.
Orangtua sedang mengasih atau sedang membenci anaknya ?...
Apa yang terjadi akibat dari dosa yang dilakuakan oleh anak-anak Iman Eli ini ?...
1. Tuhan memberikan peringatan kepada Imam Eli untuk mengoreksi dirinya dengan sikap anak-anaknya. (1Sam 2:29-30)
2. Membawa kebinasaan dalam dirinya maupun dengan keluarganya (1Sam 4:17-18)
Maka dengan demikian, hari ini kita diingatkan, dinasehati, ditegur, diperingati melalui firman Tuhan ini.
•
Jangan biarkan saja dosa yang dilakukan oleh anak-anak, tegur mereka
dengan keras, marahi mereka, berikan keadilan bagi mereka.
• Jangan takut dengan anak untuk memarahi mereka jika salah dan berbuat dosa.
• Bawa anak-anak untuk hidup takut akan Tuhan.
• Jadi teladan yang baik bagi anak-anak.
Maka anak-anak kita akan menjadi anak-anak yang diberkati Tuhan.
KESIMPULAN
E.G. Hominghausen dan I.H. Enklaar dalam bukunya "Pendidikan Agama Kristen" mengutarakan sebagai berikut:
Jangan
hendaknya kita memberikan baptisan selama orang tua belum mengerti akan
hakikat dan tuntutannya. Betapa sering baptisan kanak-kanak merosot
menjadi suatu kebiasaan saja dan kosong belaka, atau berubah sifatnya
menjadi suatu upacara gaib untuk mengenyahkan setan-setan dan melindungi
jasmani dan rohani anak-anak dari segala pengaruh jahat iblis, atau
hanya diminta supaya anak itu jangan masuk neraka, seandainya ia nanti
sakit dan mati.
Amsal 22:6
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
Tuhan Yesus memberkati firman untuk kita semua.!!!
0 Response to "KHOTBAH KRISTEN: KELUARGA YANG HIDUP TAKUT AKAN TUHAN (TANGGUNG JAWAB ORANGTUA KEPADA ANAK-ANAKNYA) 1 SAMUEL 2: 12-17"
Post a Comment