KETEKUNAN HIDUP DALAM PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN

Bertekun Dalam Persekutuan
1 Yoh 1:3, Kis 2:41-47

Ev. Siscak Elvitif Pebriani S.Th

Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. 1 Yoh 1:3
41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa ... Kis 2:41-47

Gereja mula-mula sungguh merupakan gereja yang sungguh luar biasa. Terkenal dengan semangatnya, kekuatan doanya, mujizatnya dan kebersamaannya. Pengaruh nya luar biasa. Apa yang mereka lakukan lahir dari pengertian akan prinsip-prinsip yang kekal mengenai hidup pribadi, gereja dan masyarakat.

Salah satu ciri dari jemaat  mula-mula adalah bertekun dalam persekutuan. Mereka tidak hanya bertekun dalam pengajaran para Rasul melainkan juga bertekun bersama-sama dalam persekutuan. Persoalan  iman  adalah sesuatu yang bersifat pribadi, itu sebabnya menuntut kita harus mengambil keputusan sendiri. Namun, iman kita itu justru bertumbuh di dalam persekutuan.

Bertekun memiliki arti rajin, giat, ada kesungguhan, disiplin, memprioritaskan waktu untuk mengikuti pengajaran firman Tuhan, persekutuan ibadah serta doa bersama. Itulah yang harus menjadi prioritas dari hidup seorang kristen, ketekunan jemaat mula-mula ada karena adanya kerinduan untuk selalu belajar dan diajar oleh para rasul. Inilah salah satu ciri jemaat mula-mula/perdana.

Baca Juga: MENGANDALKAN KEKUATAN TUHAN DI TENGAH PERGUMULAN

Sedangkan kata“persekutuan”dalam bahasa aslinya digambarkan melalui kata “Koinonia”. Koinonia terjadi apabila sejumlah orang berkumpul dan saling berbagi. Contoh ketika seorang laki-laki dan perempuan menikah, disanalah koinonia berlangsung. Lawan kata”Koinonia” adalah “Pleonexia”, yaitu sikap mau menang sendiri atau mengambil segala sesuatu bagi dirinya sendiri. 

Jadi ketika seorang laki-laki dan seorang perempuan menikah namun salah satu saja yang memetik keuntungan, maka pernikahan itu bukanlah koinonia atau persekutuan. Kalau kita mau melihat lebih dalam lagi, kata “Koinonia” berasal dari akar kata “Koine”yang berarti “suatu yang sama dan menyatukan”. Jadi persekutuan adalah “kumpulan orang yang memiliki suatu kesamaan yang menyatukan”.

Bertekun dalam persekutuan itu ibaratkan seperti sebuah magnet. Sebuah magnet memiliki medan magnet disekelilingnya.Semakin kuat sifat kemagnetannya, maka semakin kuat pula medan magnetnya. Medan magnet yang ditimbulkannya dapat mempengaruhi besi lain yang ada di dalam medan magnet tersebut. Apabila sebatang besi biasa diletakkan di dalam medan magnet, elektron-elektron yang semula tidak beraturan akan mulai berjajar rapi di dalam batang besi tersebut. Besi tersebut pun turut memiliki sifat magnet dan menjadi sebatang magnet juga.

Jika sebatang besi tersebut dijauhkan lagi dari magnet, ia lepas dari pengaruh medan magnet dan dalam waktu yang sangat singkat ia akan kembali menjadi besi biasa. Sifat magnetnya hilang, susunan elekronnya kembali tidak beraturan. Ia tidak mempunyai pengaruh apa-apa bila didekatkan dengan batang besi yang lain.

Baca Juga: MENGASIHI SESAMA TANPA PAMRIH SEPERTI KASIH TUHAN KEPADA KITA

Sebaliknya jika besi tadi tetap berada dalam medan magnet, ia akan tetap bersifat magnet, ia akan tetap bersifat magnet. Karena bersifat magnet, ia mempunyai magnetnya sendiri. Medan magnet dari magnet yang asli dan medan magnet dari besi yang menjadi magnet ini akan saling menguatkan, sehingga medan magnet yang terbentuk semakin luas jangkauannya. Jika besi lain lagi berada dalam medan magnet yang lebih luas tersebut, tentunya besi yang kedua ini pun terpengaruh dan menjadi magnet juga. demikian seterusnya.

Apabila medan magnet yang terbentuk cukup kuat, tentu akan semakin banyak besi yang dapat dipengaruhi (bahasa fisiknya: diinduksi) dan ikut bersifat magnet. Syaratnya hanya satu, besi-besi tersebut tetap berada pada medan magnet.

Bila kita reungkan lebih lanjut dan bila kita kaitkan dengan aplikasi iman kita, sebenarnya kita mirip dengan besi-besi tersebut. Kita hanya besi biasa, Tuhan Yesus adalah magnet yang asli. Hanya dengan tetap berada dalam “medan magnet” yaitu Kristus, maka kita dapat terinduksi dan menjadi magnet-magnet pula. Itu sebabnya persekutuan dengan dan di dalam Kristus merupakan hal yang tidak mungkin dipisahkan dalam kehidupan kekristenan.
Berbicara mengenai persekutuan, kita mengenal dua macam persekutuan. Apa saja itu?

1. Persekutuan dengan Bapa di dalam Kristus Yesus
Sama seperti sebatang besi, kita tidak dapat menjadi magnet dengan mengandalkan diri sendiri. Kita hanya dapat menjadi magnet selama kita tetap berada dalam medan magnet.

Bila persekutuan kita dengan Bapa erat, kita akan selalu diliputi kekuatan untuk menang dalam menghadapi segala pencobaan, kita diliputi damai sejahtera dan sukacita sorgawi yang tidak akan meninggalkan kita meskipun sedang berada dalam guncangan kehidupan seberat apapun. Bila persekutuan kita dengan Bapa erat, kita akan dibentukNya makin lama makin mirip dengan Dia, kita akan memiliki hatiNya, pikiranNya, belas kasihanNya. Dan kita dapat menjadi “magnet-magnet” yang dapat juga “menginduksi besi-besi” disekitar kita sehingga menjadi “magnet” juga.

Persekutuan yang erat dalam kehidupan kita sehari-hari dengan Allah Bapa sangat penting bagi kehidupan iman kita. Persekutuan yang erat bukan hanya sekedar berapa menit kita berdoa di pagi hari dan di malam hari. Persekutuan yang erat adalah persekutuan roh kita dengan Roh Tuhan, setiap saat Roh kita selalu berhubungan denganNya, memujiNya, memuliakanNya, memohon kekuatan baru saat kita merasa lemah.

Sebagaimana Tuhan Yesus melukiskan bahwa Dia adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya yang tak akan berbuah jika kita tidak melekat erat padaNya, hidup kita memang tidak mungkin lepas dari Tuhan sedetikpun juga. tidak ada wilayah netral dalam dunia iman. Jika kita tidak melekat pada Allah Bapa, maka kita akan menjadi mangsa empuk Iblis.

2. Persekutuan dengan saudara-saudara seiman
Jemaat mula-mula bukan hanya bertekun di dalam pengajaran rasul-rasul tetapi mereka juga bertekun di dalam persekutuan. Persekutuan yang sangat kuat dan tergalang di komunitas jemaat mula-mula membuat mereka tetap berada di dalam kebersamaan dan menjadi satu di dalam kelompok. Di dalam kebersamaan inilah mereka saling peduli terutama soal kebutuhan fisik. Hal tersebut diperjelas di ayat 45 dengan kehadiran nominative maskulin singular τις (tis) di depan kata benda Cherian) yang artinya sekalipun kepunyaan mereka adalah milik bersama tetapi hal itu hanya terjadi ketika ada di antara anggota kelompok sedang membutuhkan sesuatu. 

KJV menerjemahkan itu dengan kalimat every man had need. Maksudnya hanya jika ada diantara mereka yang memiliki kebutuhan, tindakan menjual harta dilakukan. Kehidupan yang sangat erat di dalam kelompok ini pada kenyataannya membangkitkan kepedulian hingga pada level kebutuhan jasmani (material) dan mengadakannya melalui apa yang mereka miliki dan dianggap sebagai harta milik. Jemaat mula-mula ini disukai orang banyak. 

Dengan kata lain, keberadaan komunitas ini mendapat respon positif dari penduduk Yerusalem lainnya yang mayoritas penganut agama Yahudi. Inilah yang disebut dengan hidup sebagai kesaksian dan menjadi berkat. Sehingga dengan sendirinya, komunitas ini secara kuantitas (jumlah) semakin bertambah dengan orang-orang percaya baru dan berkembang semakin pesat. 

Sama hal nya seperti magnet tadi, jika dua magnet diletakkan berdekatan, medan magnet yang terbentuk jauh lebih kuat dari pada medan magnet yang dibentuk oleh sebatang magnet saja. Jika sebatang magnet yang sangat kuat sifat magnetnya didekatkan dengan beberapa batang besi, besi-besi tersebut dapat terinduksi dan menjadi magnet (selama berada dalam medan magnet). Masing-masing magnet buatan ini memiliki medan magnet sendiri, dan karena letak mereka berdekatan, medan magnet yang terbentuk akan semakin  kuat. Satu sama lain bersama-sama mereka dapat menginduksi batangan besi baru yang diletakkan ke dalam medan magnet mereka.

Baca Juga: MELAWAN BADAI KEHIDUPAN DAN MENGATASI RASA TAKUT BERSAMA TUHAN

Prinsip yang sama juga berlaku bagi kehidupan iman kita. Jika kita senantiasa bersekutu dengan Allah Bapa, kita masing-masing akan menjadi “sepotong magnet” bagi Tuhan. Dan bila kita mempunyai persekutuan yang baik antara saudara seiman, kita akan saling menguatkan satu dengan yang lain, dan bersama-sama kita dapat menjadi saksi yang hidup dan bersinar dengan terang kemuliaan Bapa, membawa jiwa-jiwa baru ke dalam keluarga Kristus.

Kehidupan bersekutu dengan saudara-saudara seiman sangat penting, karena itu firman Tuhan mengingatkan kita agar kita tidak menjauhkan diri dari pertemuan ibadah, melainkan hendaklah kita seperti jemaat mula-mula yaitu bertekun dalam persekutuan dengan saling  menasehati, saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan dalam perbuatan baik.

Kita tidak dapat hidup tanpa Tuhan, hidup kita sepenuhnya tergantung pada kemurahan dan anugrah Tuhan. Karena itu kita tidak dapat tinggal diluar Dia. Kita perlu selalu bersekutu denganNya, kita hidup di dalam Dia dan Dia di dalam kita. Demikian juga kita tidak dapat hidup tanpa sesama kita. Karena kita adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama yang lainya, kita perlu bergaul, kita perlu saling menolong dan saling menguatkan. Amin.

Eman Hlw Seorang hamba Kristus lulusan dari Sekolah Tinggi Teologia Arastamar Bengkulu (STTAB), dan sekarang sedang bertempur diladang pelayanan.

0 Response to "KETEKUNAN HIDUP DALAM PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel