PENGERTIAN SAKRAMEN GEREJA DAN TERBAGI MENJADI BEBERAPA BAGIAN SAKRAMEN

BAB I
PENDAHULUAN

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan AnugrahNya kepada penulis dalam menulis makalah yang berjudul,“Sakramen Dalam Gereja” sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.


Di dalam makalah ini penulis membahas dan menjelaskan tentang apa itu sakramen , sakramen sebagai tanda dan materai, dalam pembahasan sakramen ini penulis juga membahas tentang baptisan dan perjamuan kudus.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, mengingat terbatasnya kemampuan penulis dalam mencari dan mengembangkan bahan penulisan. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna menambah wawasan baik bagi penulis maupun pembaca.

BAB II
SAKRAMEN DALAM GEREJA

A. Definisi sakramen
Kata “Sakramen” tidak kita jumpai dalam Alkitab. Kata itu berasal dari kata latin Sacramentum yang aslinya menunjukkan arti sejumlah uang yang disimpan oleh dua pihak dalam suatu perjanjian hukum.

Dalam pemakaian kata itu didunia militer, kata itu menunjukkan sumpah dimana seorang prajurit dengan jujur mengakui ketaatan kepada komandannya, sebab dalam baptisan orang kristen berjanji taat kepada Tuhannya dan dalam pengertian religius yang khusus yang diperoleh kata itu ketika vulgate memakai kata itu untuk menerjemahkan kata bahasa Yunani musterion.  Mungkin saja  istilah Yunani ini ditujukan untuk sakramen, sebab keduanya memiliki kesamaan dalam misteri yang ada pada agama Yunani pada zaman gereja mula-mula kata “sakramen”  awalnya dipakai untuk menunjukkan segala jenis doktrin dan perundangan.

Sakramen adalah peraturan kudus yang ditetapkan oleh Kristus, dimana tanda-tanda yang bisa dilihat dan dirasa dari Anugrah Allah didalam Kristus, dan keuntungan dari perjalanan Anugrah di lambangkan, dimateraikan, dan ditetapkan untuk orang percaya, dan pada gilirannya menyatukan iman dan kesetiaan mereka kepada Tuhan.

Yang dimaksud dengan sakramen adalah tanda dan materai, yang ditetapkan oleh Allah guna menandai dan memateraikan janji Allah di dalam Injil, yaitu bahwa korban Kristus dikayu salib kita di karuniai pengampunan dosa dan hidup yang kekal.

Kata “sakramen” berasal dari kata Sacramentum. Didunia Romawi kata sacramentum mengandung di dalam arti : perbuatan/perkara yang bersifat rahasia, yang kudus, yang dihubungkan dengan para dewa.  Di dalam gereja semula yang disebut sakramen adalah segala rahasia yang bersangkutan dengan Allah serta pelayananNya, seperti umpamanya : upacara-upacara kebaktian dengan segala peralatannya, penyembuhan-penyembuhan dan lain sebagainya.  Lama-kelamaan pengertian sakramen mencakup segala hal yang bersangkutan dengan hidup kekristenan. Maka pada zaman pertengahan gereja mulai membatasi secara tegas pengertian sakramen tadi.

“sakramen” (Sacramentum) secara sederhana dapat disebut “ungkapan lahir dan nyata dari Anugrah batin dan tidak nyata” (katekismus Gereja Anglikan).  Jika istilah ini dibatasi pada yang diperintahkan oleh Kristus, hanya ada dua sakramen : Baptisan dan Perjamuan Kudus. ada yang menganggap bahwa hal ini ditegaskan dalam dua ketetapan Perjanjian Lama yaitu sunat dan paskah.

Pada konsili Trent (1545-63) gereja Roma Khatolik mengaku tujuh sakramen, karena mereka menambahkan hukuman dosa (Penitentia), pentahbisan iman, pernikahan, peneguhan sebagai anggota jemaat dan pemberian minyak kepada orang saat meninggal.  Mungkin saja acara-acara seperti itu ada gunanya dalam kehidupan gereja, namun tidak ada dukungan dalam Alkitab untuk menganggapnya sakramen. Sedangkan orang kristen menonit mengenal satu sakramen tambahan, yaitu “pembasuhan kaki” berdasarkan Yoh. 13:14-15.  Harus diakui bahwa pembasuhan kaki itu sering menghasilkan kerendahan hati dan keindahan watak dalam budi pekerti kelompok-kelompok tersebut, namun hampir semua penafsir setuju bahwa perintah Yesus ini hanya menuntut sikap saling melayani dengan rendah hati, bukan menetapkan sakramen.

B. Sakramen sebagai Tanda Dan Materai
Sakramen tidak dipandang sebagai mencurahkan karunia rohani sebab sakramen hanya dipandang sebagai tanda dan materai dari janji-janji Allah yang diberikan di dalam injil. Sakramen sendiri tidak ada kekuatan apa-apa. Allahlah yang menguatkan iman orang percaya. Ia melakukan hal itu melalui perantaraan sakramen. Oleh karena itu, sakramen tidak boleh dipisahkan daripada daya atau kuasa Allah serta karya Roh Kudus. sakramen hanya dapat menjadi alat penguatan atau pengokohan iman, jikalau Roh Kudus bekerja dengannya. Tanpa Roh Kudus sakramen tidak dapat berbuat apa-apa.

Yang dimaksud dengan tanda adalah suatu perkara atau suatu tindakan, yang tidak memiliki artinya pada dirinya sendiri, tetapi yang menunjuk artinya kepada suatu perkara atau tindakan yang lain.  Dalam Kej. 9:13 Tuhan Allah menjadikan pelangi (busur Allah yang di awan) menjadi tanda perjanjianNya dengan bumi, sedangkan dalam Kej. 17:11 Tuhan Allah menjadikan sunat menjadi tanda perjanjianNya dengan Abraham dan keturunannya.

Dalam Perjanjian Baru mujizat Tuhan Yesus disebut tanda (Yoh. 2:11, 2:23, 3:2, dan lain-lainnya). Suatu tanda adalah suatu perkara atau suatu tindakan, yang menunjuk kepada perkara atau tindakan yang lain.  Pelangi (busur Allah di awan) menunjuk kepada perjanjian Tuhan Allah dengan bumi, sunat menunjuk kepada perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya, mujizat Tuhan Yesus menunjuk kepada kemuliaanNya (Yoh. 2:11).  Suatu tanda tidak memiliki arti pada dirinya sendiri, tetapi menunjuk artinya sesuatu yang lain, yang bukan dirinya.

Jika sakramen disebut tanda hal ini berarti bahwa apa yang diwujudkan di dalam sakramen itu menunjuk kepada yang lain atau sakramen itu menggambarkan atau mengibaratkan perkara yang lain, dengan maksud supaya perkara lain itu lebih mudah dimengerti. Adapun yang digambarkan atau diibaratkan di dalam sakramen adalah janji-janji Tuhan Allah yang disebutkan di dalam injil yaitu bahwa karena korban Kristus di kayu salib, orang yang beriman, mendapat keampunan dosa dan hidup yang kekal.

Sakramen juga adalah suatu materai yaitu sesuatu yang dipakai untuk meneguhkan atau untuk menyatakan kemurniannya, sehingga dapat dipercaya. Jika sakramen disebut materai, hal itu berarti bahwa sakramen berfungsi untuk meneguhkan, mengokohkan, menunjukkan kemurnian, bukan palsu. Tanda dan materai ini tidak boleh di pisah-pisahkan.  Tanda dan materai memberikan praanggapan sesuatu yang dilambangkan dan dimateraikan yang biasa disebut sebaagai materia interna dari sakramen itu.

C. Baptisan Kudus
a. Arti Baptisan
Dalam bahasa Yunani kata baptisan memakai kata Baptizomai yang berarti ‘memandikan’ atau ‘membasuh’. Namun, dalam septuaginta ditemukan arti klasik:’menenggelamkan’ atau ‘menyelamkan’ (Yesaya 21:4).   baptisan merupakan perintah Tuhan Yesus sendiri (Yoh. 3:5, Mat. 28:19, Kis. 8:`13, 10:33).baptisan dalam jemaat-jemaat Perjanjian Baru semula memakai rumusan “dalam nama Yesus,” tetapi paling tidak sejak akhir abad pertama baptisan sudah memakai rumusan Trinitas, yaitu dibaptiskan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

Baptisan adalah pengakuan iman dalam Kristus (Roma 6:3-4, 1petr 3:21, Kis. 8:37), yang berhubungan dengan pengakuan di depan umum bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat (Kis. 2:38, 10:48, 8:16).

Baptisan adalah mengalami persekutuan dengan Kristus (Kol. 2:12). Baptisan adalah penyerahan diri untuk hidup bagi Kristus (Roma 6:4-22). Baptisan adalah janji penggenapan melalui Kristus (Roma 6: 22).  Seperti perjamuan Kudus, baptisan mengarahkan perhatian ke belakang kepada peristiwa-peristiwa besar tentang injil pada masa lampau, dan ke depan kepada penggenapan kerajaan, yang sudah mulai dialami oleh orang yang bersatu dengan Kristus melalui iman.

Baptisan ditetapkan oleh Yesus Kristus setelah Ia menyelesaikan karya perdamaian dan perdamaian ini diterima oleh bapa dalam kebangkitan. Perlu diperhatikan bahwa kristus mengawali amanat Agung dengan perkataan,”segala kuasa telah diberikan kepadaKu di sorga dan di bumi.”

b. Baptisan Yohanes dan Baptisan Tuhan Yesus
Baptisan Yohanes dan baptisan Tuhan Yesus tidak bertentangan, tetapi juga tidak dapat dikatakan identik atau sama persis. Kedua baptisan itu bukan saling bertentangan, sebab keduanya sama-sama diperintahkan oleh Tuhan Allah dan sama-sama menuntut pertobatan yang sejati.

c. Baptisan Roh
Gereja-gereja yang beraliran pentakosta menekankan sekali kepada yang disebut “Baptisan Roh”. Menurut mereka orang harus dilahirkan kembali dan dibaptis dengan baptisan Roh. Didalam kelahiran kembali orang menjadi objek Roh Kudus, artinya Roh Kudus menglahirkan orang itu kembali sehingga bertobat, dimana orang percaya dikuasai oleh Roh. Sebagai tandanya ialah bahwa orang menerima karunia bahasa Roh atau bahasa lidah dan penyembuhan ilahi.

d. Baptisan anak
Harus diakui bahwa di dalam perjanjian baru tidak ada satu ayat pun yang dengan jelas memerintahkan supaya anak orang kristen dibaptis. Kis. 2:38-39 memang tidak menagatakan bahwa anak-anak termasuk juga di dalam perjanjian Allah. Oleh karena di dalam perjanjian lama anak-anak dimasukkan ke dalam perjanjian Alla, maka anak-anak di dalam perjanjian baru dimasukkan ke dalam perjanjian itu.

Dan oleh karena anak-anak di dalam perjanjian lama menerima juga tanda perjanjian, maka anak- anak orang beriman di dalam perjanjian baru, yang juga termasuk perjanjian Allah, harus menerima tanda perjanjian Allah, yaitu baptisan, yang menurut Kol. 2:11-12 menjadi ganti sunat. Karena arti baptisan bagi anak-anak orang beriman sama dengan arti sunat bagi anak-anak Israel.

D. Perjamuan Kudus
Sama halnya dengan baptisan kudus, perjamuan kudus bukanlah hasil penemuan manusia, melainkan ditetapkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Perintah perjamuan kudus itu terdapat dalam Mat. 26:26-29, Mrk. 14:22-25, 1 Kor. 11:23-25.

Dari segala perintah itu dapat disimpulkan, bahwa perjamuan kudus bukanlah perjamuan biasa.sebab perjamuan kudus harus dilaksanakan sebagai suatu peringatan akan Tuhan Yesus (Luk. 22:19, 1 Kor. 11:23-25) dan harus dihubungkan dengan kedatangan Kristus yang kedua kalinya (Luk. 22:16, bdk. Luk. 22:18).

Sakramen ini berasal dari perjamuan yang diadakan Tuhan Yesus beserta murid-muridNya pada malam Ia ditangkap untuk disalibkan (1 Kor. 11:23, Mrk. 14:22, Mat. 26:26, Luk. 22:14). Perjamuan pada malam itu diadakan berhubung dengan upacara Yahudi yang dinamai dengan Pesakh. pesakh itu menunjuk kepada perjanjian yang diadakan Allah dengan bangsa Israel dalam melepaskan bangsa ini dari perbudakan tanah mesir.

Ketika Tuhan Yesus merayakan perjamuan paska untuk penghabisan kalinya, Ia mengambil roti, memecahkannya, serta memberikannya kepada murid-muridNya sambil berkata :”inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” (1 Kor. 11:24)pada akhir pertemuan, ketika diedarkanNya cawan berisi air anggur (sebagaimana kebiasaan pada upacara Yahudi), Ia berkata: “cawan ini adalah perjanjian baru yang dimateraikan oleh DarahKu, perbuatlah ini setiap kali kamu meminumnya menjadi peringatan akan Aku” (I Kor. 11:25).   berdasarkan perkataan Tuhan Yesus inilah maka beberapa kali dalam satu tahun jemaat Kristen diseluruh dunia mengadakan kebaktian khusus untuk merayakan perjamuan kudus.

Jikalau kita memperhatikan upacara yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, teranglah bahwa pada perjamuan yang pertama itu Tuhan Yesus tidak berfungsi sebagai imam besar yang sedang mempersembahkan korban, tetapi sebagai “kepala keluarga” yang membagi-bagikan “hasil korban” kepada para anggota keluarganya di dalam “perjamuan korban yang diadakan setelah korban dipersembahkan.

Perjamuan kudus adalah perjamuan yang tergolong kepada perjanjian yang diadakan Allah dengan umatNya di bukit Golgota (“perjanjian yang baru”), dimana anak domba paska telah dikorbankan satu kali untuk selamanya (1 Kor. 5:7).

Perjamuan kudus sebagai tanda menggambarkan dengan cara yang dapat diamati, bagaiman Kristus telah membagi-bagikan hasil korbanNya kepada para orang milikNya. Seperti halnya dengan pendeta memecah-mecahkan roti dan menuangkan anggur, serta memberikannya kepada jemaat untuk dimakan dan diminum, demikianlah Kristus telah membagi-bagikan hasil korbanNya di kayu salib, yaitu pengampunan dosa dan hidup yang kekal kepada para orang milikNya.

Perjamuan kudus bukan hanya sekedar tanda tetapi juga materai. Pada zaman sekarang banyak orang tidak memahaminya, sebab mereka hanya memiliki pengertian secara kulit luar saja mengenai sakramen ini, dan menganggapnya hanya sebagai peringatan akan Kristus dan lencana bagi pengakuan iman kristen.  Perjamuan kudus memateraikan kasih Kristus yang sangat besar, yang diungkapkan dalam hal ia merendahkan diriNya sendiri untuk mati dengan cara yang sangat hina bagi mereka.

Sakramen perjamuan kudus ditetapkan oleh Tuhan sendiri sebagai lambang dan materai dan dengan demikian juga ssebagai alat anugerah. Kristus menetapkannya bagi kebaikan para muridNya dan seluruh orang percaya. hal ini terjadi karena ia menetapkannya sebagai lambang dan materai dari perjanjian anugerah.  Dari hal makan dan minum roti dan anggur ini kita juga mendapat lambang mengenai makanan yang menghidupkan dan membangkitkan, juga dari ayat-ayat seperti Yoh. 6:48-58 ( tanpa memperhatikan apakah ayat- ayat ini berbicara tentang perjamuan kudus atau tidak) dan 1 Kor 11:17.

Karena perjamuan kudus merupakan sebuah sakramen dari dan bagi gereja, maka mereka yang ada diluar gereja tidak diperkenankan ambil bagian dalam meja perjamuan Tuhan. seperti:

a. Anak-anak
Meskipun diijinkan untuk makan perjamuan paskah pada zaman perjanjian lama, mereka tidak diijinkan untuk ambil bagian dalam meja Tuhan, sebab mereka tidak dapat memenuhi persyaratan agar mereka layak di dalamnya. Setelah mereka memasuki akil balik barulah mereka boleh ambil bagian dalam perjamuan kudus.

b. Orang yang tidak percaya

c. Orang-orang percaya yang benar tidak dapat ambil bagian dalam perjamuan kudus dalam segala kondisi dan dalam setiap keadaan pikiran.

Jadi, perjamuan kudus hanya bisa dilakukan oleh orang percaya yang mengakui pengakuan iman bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Tuhan dan Juruslamat yang hidup dan orang yang telah bertobat dan sungguh-sungguh hidup didalam Tuhan.

BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan tentang sakramen dalam gereja penulis dapat menyimpulkan bahwa Sakramen adalah peraturan kudus yang ditetapkan oleh Kristus, dimana tanda-tanda yang bisa dilihat dan dirasa dari Anugrah Allah didalam Kristus, dan keuntungan dari perjalanan Anugrah di lambangkan, dimateraikan, dan ditetapkan untuk orang percaya, dan pada gilirannya menyatukan iman dan kesetiaan mereka kepada Tuhan.

Didalam gereja protestan hanya ada dua sakramen yaitu sakramen baptisan dan sakramen perjamuan kudus dan sakramen ini sebagai tanda dan materai yang digunakan untuk meneguhkan, mengokohkan dan memateraikan umat pilihan Allah.

Baptisan ditetapkan oleh Yesus Kristus setelah Ia menyelesaikan karya perdamaian dan perdamaian ini diterima oleh bapa dalam kebangkitan. Perlu diperhatikan bahwa kristus mengawali amanat Agung dengan perkataan,”segala kuasa telah diberikan kepadaKu di sorga dan di bumi.

Sakramen perjamuan kudus ditetapkan oleh Tuhan sendiri sebagai lambang dan materai dan dengan demikian juga ssebagai alat anugerah. Kristus menetapkannya bagi kebaikan para muridNya dan seluruh orang percaya. hal ini terjadi karena ia menetapkannya sebagai lambang dan materai dari perjanjian anugerah yang diberikan Allah kepada semua orang percaya.

PENGERTIAN SAKRAMEN GEREJA DAN TERBAGI MENJADI BEBERAPA BAGIAN SAKRAMEN

Eman Hlw Seorang hamba Kristus lulusan dari Sekolah Tinggi Teologia Arastamar Bengkulu (STTAB), dan sekarang sedang bertempur diladang pelayanan.

0 Response to "PENGERTIAN SAKRAMEN GEREJA DAN TERBAGI MENJADI BEBERAPA BAGIAN SAKRAMEN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel