Pemikiran Baruch Spinoza Allah Dan Alam Satu Substansi Sebagai Allah Yang Esa

BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang Spinoza; Biografi dan Pemikiran
Baruch de Spinoza  adalah filsuf keturunan Yahudi-Portugis yang lahir di Amsterdam dari orangtua Yahudi.  Pikiran Spinoza berakar dalam tradisi Yudaisme. Pemikiran Spinoza yang terkenal adalah ajaran mengenai Substansi tunggal Allah atau alam. Hal ini ia katakan karena baginya Tuhan dan alam semesta adalah satu dan Tuhan juga mempunyai bentuk yaitu seluruh alam jasmaniah.

Baca Juga: Pemikiran Immanuel Kant

Baruch de Spinoza adalah satu dari sekian filsuf yang paling penting dari radikal pada awal periode pemikiran modern. Pandangannya sangat naturalistik mengenai Allah, dunia, manusia dan pengetahuan yang berfungsi untuk menjadi dasar sebuah filsafat moral dan berpusat pada pengendalian hawa nafsu yang mengarah pada kebajikan dan kebahagiaan. Ia juga meletakkan dasar bagi sebuah pemikiran politik yang sangat demokratis dan kritik mendalam dari pretensi Kitab Suci dan agama. Ia juga mengkritisi kitab suci dari bangsa Yahudi yaitu Bible (Kitab Suci Perjanjian Lama). Walaupun ia seoarang Yahudi, tapi tak menyurutkan niatnya untuk mengkritisi kitab tersebut karena kebenaranya sangat meragukan. Dari semua filsuf abad ketujuh belas, mungkin tidak ada yang memiliki keunggulan lebih dibanding Spinoza.

Biografi  Spinoza
Baruch de Spinoza (1632–1677) adalah orang Yahudi yang melarikan diri dari spanyol ke Amsterdam akibat terjadinya konflik keagamaan di sana semula ia di harapkan keluarganya menjadi Rabbi. Namun ia membuat marah komunitas Yahudi dan keluarganya karena pada usia 18 tahun Spinoza meragukan Kitab suci sebagai wahyu Allah, mengecam posisi para imam Yahudi, serta mempertanyaakan kedudukan bangsa Yahudi sebagai “ umat pilihan Yahweh “ dan keterlibatan Allah secara pribadi dalam sejarah manusia. Akibatnya pada tahun 1656 ia diusir oleh keluarganya dan di kucilkan oleh komunitasnya dengan berbagai cacian dan kutukan yang antara lain berbunyi

“terkutuklah dia (Spinoza) pada siang dan malam hari, terkutuklah saat ia berbaring dan bangun, terkutuklah kedatangan dan kepergianya; semoga Allah tidak akan pernah sudi mengampuninya dan semoga murka-Nya turun atas orang ini”

Tidak lama setelah itu, Spinoza menderita penyakit TBC. Karena mengalami percobaan pembunuhan oleh seorang Yahudi fanatic, Spinoza meninggalkan Amsterdam dan pergi ke Den Haag (1670). Di kota tersebut ia hidup sederhana (tidak merokok, jarang minum anggur, makan bubur encer, dan minum sedikit susu). Dan undangan untuk mengajar di Universitas Heidelberg. Perguruan tinggi paling terkenal di Jerman saat itu, ditolaknya, agar ia terhindar dari publikasi dan tidak merasa terikat (1673). Spinoza mencari nafkah dengan bekerja sebagai pengasah lensa kacamata dan menjadi guru pribadi pada keluarga kaya. Kemudian ia, berkenalan dengan tokoh-tokoh partai

Baca Juga: SEPULUH PEMIKIRAN BESAR DALAM SEJARAH GEREJA

Spinoza mengajarkan bahwa kalau Allah adalah satu-satunya substansi, maka yang ada harus di katakana berasal dari Allah. Bahwa ini semua bentuk pluralitas alam, yang sifat jasmaniah (baik manusia, hewan, dan tumbuhan) ataupun yang bersifat rohaniah (pemikiran, perasaan, atau bukan kehendak) bukan hal yang berdiri sendiri, melainkan keberadaanya mutlak bergantung pada Allah. Untuk menyebut gejala ini Spinoza memakai istilah modi yang berarti berbagai bentuk atau cara keberadaan dari substansi.

Dengan demikian realitas yang kita temukan di alam hanyalah modi dari Allah sebagai substansi tunggal. Alam dengan segala isinya identik dengan Allah. Dengan kata kunci ajaran Spinoza adalah Deus Sive Natur (Allah atau Alam)

Sebagai Allah, alam adalah natura-naturans ( alam yang di lahirkan ), sebagai dirinya sendiri natura naturata ( alam yang di lahirkan ) namun substansinya adalah satu dan nama, yaitu Allah atau (juga) alam.

Spinoza juga menolak ajaran Descartes, bahwa realitas terdiri dari tiga substansi (Allah, Jiwa, dan materi). Bagi Spinoza hanya ada satu substansi, Yakni Allah atau Alam. Selain itu juga persoalaan dualisme dalam filsafat Descartes juga berhasil di atasi. Menurut Spinoza; Descartes dalam memandang pemikiran (res cogitans, hakikat jiwa) dan keluasan (res extensa, hakikat tubuh) sebagai substansi yang berbeda pada manusia. Menurut Spinoza, jiwa pemikiran dan tubuh atau keluasan bukanlah dua substansi, melainkan dua atribut illahi, yakni dari sekian banyak sifat Allah atau alam yang bisa di tangkap manusia.

Baca Juga: PEMIKIRAN PELAGIUS TENTANG KONSEP AJARAN KRISTEN

Allah, yang oleh Spinoza dikatakan memiliki sifat tunggal Yang Esa merupakan kebijaksanaan menggunakan akal-pemikiran dalam menyelidiki Ada dan Esa-nya Tuhan. Ketuhanan bukan hanya suatu kepercayaan yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar (yang sesuai dengan objeknya) yang diuji melalui logika akademi. Tegasnya, Ketuhanan adalah suatu kebenaran logis yang dapat dibutikan melalui kaidah-kaidah logika.

Pandangan Spinoza mengenai pandangannya bahwa Allah merupakan substansi Yang Esa, Yang Tunggal, kekuasaannya mutlak tidak terbagi, dan tidak perlu bergantung pada segala sesuatu.  Allah sebagai Yang Tak Berhingga tidak bisa dibentuk menjadi banyak “Yang Tak Berhingga” lainnya, sebab Yang Tak Berhingga hanyalah satu, dan itupun harus mencakup semuanya.

Sebagai pegangan umat Kristiani, pun menuturkan hal yang sama. Hal ini dapat dilihat dalam Injil Yohanes 17 : 3

“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”

 

BAB II
FILSAFAT DAN BISNIS, PENERAPAN FILSAFAT DALAM PRAKTIK BISNIS

Inti filsafat yang disampaikan oleh Spinoza adalah hakikat alam semesta ini adalah Satu, yang dapat dipahami sebagai Tuhan
 
Konsekuensi filsafat seperti ini adalah filsafat etis yang menyadarkan semua fenomena di alam semesta, termasuk dunia bisnis di dalamnya, kepada tindakan yang dilakukan atau dikehendaki Tuhan. Dia juga menyatakan determinisme pada kejadian alam semesta. Artinya, semua fenomena alam adalah atas kehendak Tuhan dan hal itu menghilangkan kehendak bebas.

Filsafat Spinoza memang tidak mudah untuk diterapkanpada dunia bisnis, misalnya ketika determinisme digunakanuntuk memberikan penjelasan tentang kegagalan atau keberhasilan bisnis. Keberhasilan suatu bisnis yang dikembalikan pada kehendak Tuhan akan menghilangkan rasa sombong pada pelaku bisnis yang berhasil, sedangkan kegagalan suatu bisnis yang dikembalikan pada kehendak Tuhan akan mengurangi beban tanggung jawab, walaupun kemudian muncul pertanyaan Mengapa Tuhan menghendaki kegagalan? Pertanyaan seperti itu tentu jarang muncul saat seseorang berhasil.

Jika seseorang berhasil, ia mungkin akan bertanya, Mengapa Tuhan menghendaki saya berhasil?. Pertanyaan itu tentu harus dijawab dengan jawaban yang deterministic, yaitu jawaban yang dikembalikan pada kehendak Tuhan yang terlepas dari kekuatan manusia. Jawaban karena Tuhan sayang kepada kita tentu sangat deterministic. Namun jawaban tersebut akan menimbulkan pertanyaan lanjutan Mengapa? Dari penjelasan ini, terlihat bahwa rahasia Tuhan yang selalu ada dibalik fenomena, baik kegagalan atau keberhasilan, menutut adanya perenungan.

BAB III
KESIMPULAN

 
Berdasarkan uraian di atas tidak dapat di pungkiri bahwa Spinoza adalah seorang pemikir yang logis, konsisten, dan konsekwen. Dari satu prinsip utama Tuhan atau alam. Ia secara deduktif mendasarkan semua hal lain.

Spinoza mengajarkan bahwa manusia merupakan satu kesatuan utuh; satu substansi yang mempunyai dua aspek yakni jiwa dan tubuh. Dalam hal ini, Spinoza termasuk pemikir yang memberikan sumbangan pengertian yang tepat tentang manusia sebagai (suatu) mahluk yang berdimensi jamak.

Masalah utamanya justru teletak dalam dasar seluruh bangunan filsafatnya, yaitu menyamakan Tuhan dengan alam. Tuhan atau alam adalah satu-satunya substansi, sedangkan yang lain adalah perwujudan atau cara keberadaan (modi) dari Tuhan atau alam dari substansi yang satu dan sama. 
 
Dalam hal ini tidak heran bila Spinoza menolak individualitas, kebebasan, dan tanggung jawab manusia. Filsafat Spinoza pada umumnya dan ajaran tentang etika pada khususnya mengandung banyak kontradiksi. Kecermatan metodenya bukan merupakan etika yang serius dan menghukumi; sebaliknya ia menghasilkan dikta dari common sense yang adil dan halus.

Eman Hlw Seorang hamba Kristus lulusan dari Sekolah Tinggi Teologia Arastamar Bengkulu (STTAB), dan sekarang sedang bertempur diladang pelayanan.

0 Response to "Pemikiran Baruch Spinoza Allah Dan Alam Satu Substansi Sebagai Allah Yang Esa"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel