SIKAP - GAYA HIDUP HAMBA TUHAN DALAM PELAYANAN GEREJAWI

 BAB I
PENDAHULUAN

Berbicara tentang etika bukanlah hal asing bagi kita karena etika merupakan suatu ilmu teologi yang menyelidiki segala segi kelakuan manusia dari pandangan baik atau buruk.  Sebagi ilmu maka etika perlu untuk dipelajari agar setiap orang dapat menilai segala macam perbuatannya selama ini khususnya di dalam kehidupan sehari-hari. Etika juga mereflesikan tentang apa saja yang kita lakukan dan yang dikerjakan dalam hidup ini baik perbuatan yang benar maupun perbuatan yang jahat.  

Baca Juga:  MELAWAN BADAI KEHIDUPAN DAN MENGATASI RASA TAKUT BERSAMA TUHAN

Dalam makalah ini kelompok akan memamparkan secara rinci tentang ETIKA HAMABA TUHAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI. Seorang hamba Tuhan harus memliki Etika karena yang paling menonjol bagi diri hamab Tuhan adalah etika dalam kehidupan sehari-hari.  Yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini yaitu gaya hidup hamba Tuhan, sikap hamba Tuhan terhadap jemaat dan model kepemimpinan hamba Tuhan

BAB II
SIKAP HAMBA TUHAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

A. GAYA HIDUP HAMBA TUHAN
Gaya hidup hamba Tuhan dalam kehidupan sehari-hari merupakan unsur penting dari pelayanannya karena gaya hidup hamba Tuhan mengukuhkan bukan untuk menggoyahkan injil yang diberitakan dan juga gaya hidup hamba Tuhan harus sesuai dengan apa yang disampaikan kepada jemaat atau kepada orang lain. 

Gaya hidup seorang pelayan atau hamba Tuhan dapat kita lihat berdasarkan nasihat Paulus kepada Timotius bahwa seorang pemimpin dipanggil untuk menjadi teladan kepada orang lain. Teladan yang harus dimiliki hamba Tuhan atau seorang pelayan yaitu pertama teladan kasih. Kasih merupakan kebaikan yang mulai merekah dari hati, perasaan dan keinginan jadi wujud kasih yang perlu diteladankan kepada orang lain kasih itu sabar, kasih itu murah hati, kasih itu tidak cemburu, kasih itu tidak melakukan yang tidak sopan, kasih itu tidak mencari keuntungan sendiri, kasih itu tidak pemarah, kasih itu tidak menyimpan kesalahan orang lain, kasih itu tidak bersukacita karena ketidakadilan, kasih itu menutupi segala dosa, kasih itu percya kepada segala sesuatu dan kasih itu tidak berkesudahan (1 Kor. 13:4-8). Sebelas hal tentang kasih ini diupayakan untuk dapat dilihat, didengar, dan dialamimorang lain ketika berinteraksi kepada seorang pemimpin dan juga seorang pemimpin teladan dalam kasih itu. 

Kedua teladan kata-kata. Seorang pemimpin merupakan teladan dalam berkata-kata oleh karena pemimpin banyak melaksanakan kepemimpinannya melalui perkataan dan ucapannya setiap hari. Oleh sebab itu diharapkan perkaan seorang pelayan harus menjadi panutan bagi orang banyak dan harus berupaya menjadi bijak, hati-hati, dan mengendalikan lidah dalam berkata-kata. Jadi apa yang diucapkan akn berpengaruh pada tinggi rendahnya penghargaan orang kepada pemimpin. 

Ketiga teladan tingkah laku. Seorang pemimpin harus menjadi teladan dalam tingkah laku artinya tingkah laku pemimpin harus menjadi panutan bagi orang lain. Ketika pemimpin ingin mengajar, membina, mendidik dan melatih orang lain maka perikunya dapat dijadikan model dan metode mendidik sesamanya sebab orang lain lebih mudah mengikuti sebuah contoh dari pada sebuah teori. Contoh atau teladan yang paling mudah dan efektif untuk mempengaruhi sesama yaitu orang lain orang lain lebih mudah berbuat sesuatu melalui contoh dari pada melului ajaran penjelasan oleh karena itu metode teladan adalah metode yang paling paling baik untuk mengajar sesuatu untuk dilakukan oleh orang lain. 

Baca Juga: KESUKSESAN DATANG DARI APA YANG BISA TETAPI KEGAGALAN DATANG DARI APA YANG TIDAK BISA

Keempat teladan iman dan kesetiaan artinya pemimpin perlu mendasari hidupnya pada iman dan kesetiaan kepada Tuhan. Iman yang dimiliki oleh pemimpin adalah iman yang berisi dan bukan iman yang kosong dan yang mati arinya iman seorang pemimpin iman yang sungguh-sungguh dan juga nampak dari mata dan kedengaran oleh telinga sesamanya yakni mewujudkan dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan.  

Kelima teladan kesucian dan kemurnian artinya seorang pemimpin harus hidup dalam kesucian dan kemurnian sehingga ia boleh menjadi panutan dan model yang baik yang patut diikuti dan diteladani oleh orang-orang yang dipimpinya.

B. SIKAP HAMBA TUHAN TERHADAP JEMAAT
Relasi atau hubungan hamba Tuhan adalah hal yang menjadi dasar apakah seorang pelayan memandang jemaat sebagai teman atau sebagai musuh dan apakah juga jemaat menggap seorang pelayan sebagai teman yang memperhatikan berbagai suka duka dan hidup bersama atau sebagai musuh yang harus dilawan. Jadi cara pandang pelayan kepada jemaat bergantung pada relasi atau hubungan yang baik dan relasi tersebut sangat bergantung pada keterampilan-keterampilan pelayananyang dilihat jemaat dari seorang pelayan. 

Relasi tersebut lebih penting dalam pelayanan dari pada profesi hamba Tuhan oleh karena itu, harus terjalin relasi yang baik antara pelayan dengan jemaat dengan cara relasi itu dijalin dalam kegiatan pelayanan biasa contohnya ketika pelayan menguburkan warga jemaat yang meninggal, mengunjungi orang yang sakit, menghibur keluarga-keluarga yang mengalami kesusahan, menikahkan pasangan yang ingin berkeluarga, dan berbagi hidup secara umum dengan warga jemaat, itu merupakan seorang pelayan sedang membangun relasi yang kuat.  Selain itu seorang pelayan juga harus mengenal satu sama lain secara pribadi dan berbagi pengalaman hidup turut membangun relasi pelayanan Gereja yang baik antara pelayan dengan warga jemaat dan juga perhatian yang berbagi rasa dan kepedulian yang sungguh-sungguh dan juga seorang pelayan memperhatikan bahwa warga jemaat adalah orang yang berarti dan penting, semuanya ini tergantung pada integritas pribadi pelayan.

C. MODEL KEPEMIMPINAN HAMBA TUHAN
Pelayan Gereja harus memiliki otoritas tetapi otoritas yang dimiliki seorang pelayan yaitu otoritas Kristen artinya memimpin bukanlah kekuasaan melainkan kasih, bukanlah paksaan, melainkan persuasi pemimpin-pemimpin memiliki kekuasaan atau otoritas, tetapi merendahkan dirinya untuk melayani.

Tugas para pemimpin kristen adalah melayani dan yang dilayani adalah bukan kepentingan diri sendiri, melainkan kepentingan orang lain (Flp 2:4). Dengan demikian prinsip sederhana ini mengeluarkan pemimpin-pemimpin dari individualisme yang berlebih-lebihan, dari isolasi yang ekstrim dan dari pembentukan kerajaan sendiri sebab sistem yang terbaik untuk melayani orang lain adalah sistem pelayanan secara tim atau kelompok karena kepemimpinan secara kelompok atau tim lebih baik dari pada kepemimpinan yang tunggal.

Menurut Robert Greenleat dan Larry C. Speas model pemimpin pelayan Gereja sebagai berikut:

Pertama, pemimpin atau pelayan mengembangkan dan memiliki kemampuan untuk mendengarkan karena kemampuan mendengar ini sangat penting bagi seorang pelayan dengan tujuan agar pelayan dapat memahami dan menangkap harapan dan keinginan orang-orang yang dilayani dalam organisasi atau pihak lain yang dianggap perlu. Mendengarkan merupakan bagian terdalam dan penting untuk komunikasi dan pemahaman dalam komunikasi itu dengan komunikasi yang mendengarkan seorang pemimpin atau pelayan meneguhkan sesamanya, menolong mereka memahami diri mereka dan membantu mereka untuk bertumbuh dalam iman. Seorang pelayan juga harus memiliki perhatian atau hubungan yang baik kepada Tuhan dan juga ia harus mendengarkan suara Tuhan supaya apa yang didengarkannya dapat dikembangkan dalam pelayanan. 

Kedua, pemimpin atau pelayan perlu mengembangkan kemampuan konseptual artinya ia melihat dan memahami masalah organisasinya lebih dari hanya sebuah realitas kegiatan sehari-hari dalam organisasi. Jadi konseptual ini merupakan segala pemikirannya tentang masalah dalam organisasi dapat dibuat, dipaparkan secara konseptual yang mendasar dan yang luas, baik jangka pendek, maupun jangka panjang. 

Ketiga, pemimpin atau pelayan harus memiliki komitmen dalam melayani artinya pelyan merupakan pemimpin yang menjadi pelayan untuk mengelola organisasi dan orang-orang yang di pimpinnya. Dengan demikian seorang pemimpin atau pelayan membutuhkan sebuah komitmen yang tinggi untuk melayani kebutuhan dan kepentingan orang lain yang dilayaninya itu. Cara yang digunakan seorang pemimpin atau pelayan dalam mengelola dan memimpin organisasinya adalah dengan cara adanya keterbukaan  

Keempat, pemimpin atau pelayan harus membangun masyarakat artinya pemimpin mengerti bahwa perasaan serta nilai-nilai hidup bermasyarakat telah banyak yang hilang dari dalam diri pekerjanya. Kesadaran tersebut memaksa pemimpin mengidentifikasi beberapa arti dan makna dari membangun masyarakat diantara mereka yang bekerja dengannya. Dengan demikian pemimpin atau pelayan berkeyakinan bahwa masyarakat yang benar dapat diciptakan diantara mereka yang bekerja di dalam organisasi yang dipimpinnya.

BAB III
KESIMPULAN

Dalam makalah ini kelompok menyimpulkan bahwa seorang hamba Tuhan harus memiliki etika dalam kehidupan sehari-hari, selain itu  seorang hamba Tuhan harus menjadi teladan bagi jemaat yang dipimpinnya serta menjadi berkat bagi orang-orang yang ada disekitarnya.  Seorang pelayan harus memiliki integritas atau kuasa yang sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus dan juga memiliki komitmen dalam pelayanan bukan untuk mencari kepentingan diri sendiri melainkan untuk kepentingan orang lain.

Eman Hlw Seorang hamba Kristus lulusan dari Sekolah Tinggi Teologia Arastamar Bengkulu (STTAB), dan sekarang sedang bertempur diladang pelayanan.

0 Response to "SIKAP - GAYA HIDUP HAMBA TUHAN DALAM PELAYANAN GEREJAWI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel