SOTERIOLOGY DAN ORDO SALUTIS

 BAB 1
ORIENTASI

Melalui ketaatannya yang mutlak kepada Bapa dan penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus menghasilkan bagi kita keselamatan dari dosa manusia. Tetapi karya kesematan Kristus ini tidak akan memberi manfaat apa pun kepada kita sampai karya ini diterapkan ke dalam hati dan kehidupan oleh Roh Kudus. Soteriologi tidak selalu dipahami dengan cara yang sama. Misalnya dalam pembahasan soteriologinya, Charles Hodge memberikan rencana keselamatan (prestinasi dan kovenan anugerah), pribadi dan karya Kristus, dan penerapan karya Kristus oleh Roh Kudus bagi keselamatan orang-orang percaya.  

Harus dipahami bahwa penerpan ini merupakan karya Roh Kudus, walaupun harus didapatkan dengan iman. Posisi teologis yang ditunjukkan didalam buku ini ada kektistenan Injil menurut perspektif Reformed atau Calvinistis. Soteriologi Reformed memiliki banyak kesamaan dengan soteriologi Injil lainnya, tetapi memiliki sejumlah penekanan tertentu yang berbeda.  

Baca Juga: PEMIKIRAN PELAGIUS TENTANG KONSEP AJARAN KRISTEN

Penekanan-penekanan itu antara lain:
1. Faktor utama yang menentukan siapa yang akan diselamatkan dari dosa bukanlah keputusan orang yang bersangkutan, melainkan kedaulatan anugerah Allah waluapun keputusan manusia itu mmaikan peranan yang signifikan dalam proses tersebut.

2. Penerapan keselamatan kepada umat Allah berakar di dalam ketetapan kekal (eternal decree) Allah, dimana berdasarkan itu Ia telah memilih umat-Nya untuk beroleh hidup yang kekal, bukan berdasarkan kebaikan manusia itu tetapi semata-mata berdasarkan kerelaan kehendak-Nya.

3. Walaupun semua orang mendengarkan berita Injil diundang untuk menerima Kristus dan keselamatan-Nya, dan dengan sungguh-sungguh dipanggil untuk menerimanya, tetapai anugerah Allah yang menyelamatkan dalam arti yang sebenarnya, tidak bersifat universal, tetapi partikuler (tertentu), yaitu dikaruniakan hanya kepada kaum pilihan Allah (mereka yang telah dipilih-Nya didalam Kistus untuk beroleh keselamatan).

4. Karena itu, anugerah keselamatan Allah bersifat efektif dan akan hilang.  Akan tetapi hal ini bukan berarti orang-orang percaya, jika dibiarkan bersandar pada kemampuan mereka sendiri, tidak akan pernah menjauh dari Allah, tetapi apa yang dimaksudkan adalah bahwa Allah tidak akan membiarakan kaum pilihan-Nya kehilangan keselamatan mereka. Karena itu, jaminan rohani orang-orang percaya tergantung teutama pada pegangan Allah terhadap mereka, bukannya atas pegangan mereka pada Allah.

5. Walaupun penerapan keselamatan dalam diri umat Allah meliputi berbagai aspek kehendak dan karya manusia selain regenerasi dalam pengertian sempit akan tetapi penerapan ini terutama adalah karya Roh Kudus.

KOSEP PARADOKS

Jika kita ingin membahas Alkitab, kita harus menerima konsep parados ini, mempercayai bahwa apa yang tidak dapat kita selaraskan dalam otak kita yang terbatas ini mendapatkan keselarasnya didalam pikiran Allah. James Packer, seorang teolog Reformed Angkikan memberikan uraian yang sangat membantu mengenai hal ini: Alkitab mengajarkan kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia secara berdampingan; terkadang bahkan dalam bagian Alkitab yang sama. Kedua benar karena dijamin oleh otoritas yang sama, sehingga keduanya harus diterima dan tidak saling mempertentangkan. 

Manusia adalah makhluk moral yang bertanggung jawab meski ia juga adalah makhluk moral yang bertanggung jawab baik. Baik kedaulatan Allah maupun tanggung jawab manusia merupakan fakta.

BAB 2
PERTANYAAN MENGENAI “ORDO KESELAMATAN”

Jika Soteriologi dipahami sebagai “doktrin keselamatan” maka pertanyaan pertama yang harus kita ajukan ialah apak ada suatu ordo tertentu didalam penerapan berkat-berkat keselamatan ini ke dalam diri umat Allah. Louis Berkhof mendeskripsikan ordo salutis sebagai proses yang dengannya karya keselamatan, yang telah dikerjakan didalam Kristus, direalisasikan secara subjektif di dalam hati dan kehidupan orang-orang berdosa. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan urutan logis dan juga interrelasi dari berbagai gerakan Roh Kudus dalam menerapkan karya penebusan itu.

Baca Juga: PERBEDAAN CALVINISME DAN ARMINIANISME SOLA GRATIA

Kita akan memperhatikan tiga pendekatan yang digunakan akhir-akhir ini terhadap masalah “ordo keselamatan”. Ekstrem yang pertama adalah posisi John Murrary, yang percaya bahwa kita dapat menyimpulkan ordo keselamatan yang pasti dari Alkitab. Di dalam bukunya Redempiton-Accomplished and Applied dia menyatakan “terdapat alasan yang baik dan koklusif bagi pemikiran bahwa berbagai tindakan penerapan penebusan terjadi dalam ordo yang pasti, bahwa ordo itu telah ditetapkan berdasarkan ketetapan hikmat, dan anugerah ilahi. 

Pemikiran logis yang didasarkan pada ajaran Alkitab membawa dia untuk menambahkan adopsi, pengudusan, dan ketelanan, setelah pembenaran. Maka Murrary mendapatkan ordo keselamatan Alkitabiah sebagai berikut: panggilan, regenerasi, iman, dan pertobatan, pembenaran, adopsi, penguduasan, ketekunan, dan pemuliaan.

Kesulitan-kesulitan apakah yang kita hadapi ketika mencoba untuk membentuk suatu ordo kesematan?
1. Istilah-istilah yang dipakai untuk membangun suatu ordo salutis tidak dipakai oleh para penulis Alkitab dalam pengetian yang persis sama dengan pemakaiannya didalam teologi sistematika.

2. Urutan mengenai berbagai langkah dalam proses keselamatan yang dikatakan merujuk kepada ordo salutis tidak selalu sama didalam Alkitab.

3. Bahkan Roma 8:30 yang sering dipakai sebagai dasar untuk membentuk sebagian dari ordo salutis, tujuan utama bukan untuklah untuk memberikan langkah-langkah didalam ordo keselamatan.

4. Iman janganlah dipikirkan hanya sebagai salah satu langkah dalam ordo keselamatan; iaman harus terus menerus di praktikan di sepanjang kehidupan orang percaya.  Iman sama pentingnya di dalam pengudusan dan ketekunan, sebagaiman iman juga penting didalam pembenaran.

5. Pembenaran dan pengudusan bukanlah tahap-tahap yang berurutan selangkah demi selangkah didalam kehidupan oaring Kristen, tetapi terjadi secara semultan.

6. Urutan-urutan yang dikemukakan oleh Murrary dan Berkhof kasih tidak dapat disebutkan didalam pendapat mereka demikian juga pengharapan.  Tentu saja kasih dan pengharapan, seperti hanya iman merupakan bagian yang esnsial proses kesamatan kita.

BAB 3
PERAN ROH KUDUS

Menurut pengakuan iman Westminter Roh Kudus adalah “satu-satunya efesien dalam penerapan penebusan. Paulus mengajarkan bahwa Allah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatn baik yang telah kita lakukan, melainkan melalui pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Tit. 3:5). Peran utama Roh Kudus dalam proses keselamatan kita adalah menyatukan kita dengan Kristus. Paulus mengungkapkan pemikiran ini dengan cara yang paling jelas dalam 12:13 “sebab dalam dengan satu Roh kita semua telah dibaptiskan menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh” jelas pada konteks sebelumnya bahwa tubuh yang satu ini adalah Kristus, Roh Kudus disebut Roh Allah (2 Kor. 3:17) Roh Kristus (Rom. 8:9; 1 Pet. 1:11) Roh Yesus Kristus (Flp. 1:17) atau Roh Anak-Nya (Gal. 4:6).  

Baca Juga: PLURALISME MENURUT PANDANGAN IMAN KRISTEN

Iman juga merupakan karya Roh, dalam 1 Korintus 2, Paulus menunjukkan bahwa hanya melalui Roh-Nya, Allah menyatakan hikmat-Nya kepada kita, sehingga kita dapat memahami apa yang telah dikaruniakan Allah kepada kita secara limpah yaitu kebenaran mengenai Kriistus yang tidak dipahami oleh penguasa dunia ini ketika mereka menyalibkan Tuhan yang mulia Roh juga memberi kepad kita jaminan keselamatan, yang merupakan salah satu tanda paling penting dari iman yang sehat. Dalam Roma 8:16 Paulus memberitahuan kepada kita, Roh itu bersaksi bersama-sama dengan Roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.  Roh Kudus juga secara tidak terpisah terlibat dalam pemeliharaan atas kita, atau ketekunan kita didalam iman.

a. Karunia-karunia Roh
Pertama-tama, mari kita lihat apa yang diajarkan Perjanjia Baru mengenai karunia-karunia Roh. Cara membagi karunia-karunia Roh yang umumnya dipakai adalah membaginya kedalam kelopok karunia yang bersifat mujizat dan yang mujizat. Karunia-karunia mujizat antara lain adalah karunia mengajar, memerintahkan, memberi, dan menunjukkan kemurahan. Karunia-karunia mujizat antara lain “karunia menyembuhkan” (1 Kor. 12:10) “berbicara dalam berbagai bahasa lidah” (1 Kor.12:10). Apakah fungsi dari karunia-karunia Roh ini? Karunia-karunia Roh ini memampukn orang-orang percaya untuk melakukan berbagai bentuk pelayanan didalam jemaat, atau terlibat didalam bentuk pelayanan tertentu dalam kerajaan Allah. Tujuan karunia-karunia Roh ini adalah untuk menbangun orang-orang percaya, membangun jemaat dan untuk melayani keseluruhan komunitas Kristen.  

Karunia-karunia Roh ini juga memiliki tujuan missioner membawa mereka yang tidak percaya kedalam pengetahuan akan Kristus yang menyelamatkan untuk menguatkan orang-orang Kristen baru didalam iman mereka dan untuk melengkapi mereka didalam kesaksian selanjutnya. Tujuan dari karunia-karunia bersifat mujizat dinyatakan dengan jelas di dalam Ibrani 2:3-4 “bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberikan oleh Roh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat diprcayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai
penyataan kekuasaan dan dan karena Roh Kudus yang dibagi-bagikan -Nya menurut khendak-Nya.

Baca Juga: PANDANGAN IMAN KRISTEN TENTANG HUKUM TAURAT

b. Buah Roh
Hal yang pertama yang menarik perhatian kita ketika melihat deskripsi ini adalah buah Roh adalah satu. Fakta bahwa buah Roh adalah satu mempunyai implikasi lain. Fakta bukanlah masalah mempraktikan satu kewajiban sekarang dan kebijakan lainnya kemudian seperti suatu jamuan makan dimana hidangan dikeluarkan satu persatu. Hal ini akan membawa kita kepada pengamatan yang kedua mengenai buah Roh fakta yang digunakannya sebuatan buah menunjukkan ide mengenai pertumbuhan. Pengamatan yang ketika mengenai buah Roh adalah bahwa buah Roh itu bersifat mejemuk. Jumlahnya ada Sembilan segi Sembilan kebajikan Kristen, yang dapat kita bagi kedalam tiga kelompok kebajikan yang mencakup sikap (disposisi) dasar, kebajiakan yang berkaitan dengan sesama, dan kebijakan yang berkaitan dengan diri kita sendiri.

Tiga kebijakan yang pertama disebutkan mencakup sikap (disposisi) dasarterhadap Allah dan manusia: kasih, suka cita, dan damai sejahtera. Kasih kebajikan yang paling penting ialah diman dibagian lain disebut sebagai pemenuhan hukum Taurat (Rm.13:10), merupaka yang pertama disebutkan.  Ketika Paulus menyebutkan sukacita, yang dimaksud disini pertama-tama adalah sukacita karena berada didalam Kristus, suka cita yang mulia dan yang tidak terkatakan (1 Ptr, 1:8) dan kebajikan yang ketiga adalah damai sejahtera. Kelas yang dimaksudkan adalah damai sejahtera dengan Allah damai sejahtera yang bersumber pengetahuan bahwa kita telah diperdamaikan dengan Allah didalam Kristus, dan bahwa kita sekarang merupakan ahli waris dari kehidupan kekal. ini adalah damai sejahtera yang kekal, damai sejahtera yang melampau segala akal (Flp 4:7). Damai sejahtera ini pasti akan mempengeruhi seluruh gaya hidup kita.

BAB 4
KESATUAN DENGAN KRITUS

John Murrary pernah menulis bahwa “kesatuan dengan Kristus sungguh-sungguh merupakan kebenaran sentral dari seluruh doktrin keselamatan. John Calvin mengatakan “kita harus memahami bahwa selama Kristus tetap berada diluar kita dan kita masih terpisah dari-Nya, maka semua penderitaan yang dialami-Nya dan dilakukan-Nya untuk keselamatan umat manusia tidak akan berguna bagi kita. Semua yang dimiliki Kristus tidak akan berarti bagi kita sampai kita bertumbuh dalam kesatuan tubuh dengan-Nya. Kesatuan dengan Kristus memiliki akar-akarnya didalam pilihan ilahi (Efesus 1:3-4). 

Allah telah memilih kita untuk menjadi kudus dan tidak bercela dihadapan-Nya. Dia memilih kita didalam-Nya selanjutnya mengimplikasikan bahwa pemilihan atas kita (yaitu pemilihan kita oleh Allah untuk diselamatkan ) tidak pernah boleh dipikirkan terpisah dari Kristus. Fakta bahwa kita telah dipilih dalam Kristus sejak kekekalan merupakan dari kesluruhan soteriologi.

Baca Juga: KESELAMATAN ADALAH ANUGERAH ALLAH DI DALAM YESUS KRISTUS

1. Dasar bagi kesatuan dengan Kristus
Kesatuan dengan Kristus memiliki dasarnya didalam karya penebusan Kristus.  Karena Allah Bapa kita telah memberi kepada Anak-Nya suatu umat yang harus ditebus dari dosa, Kristus datang ke dunia untuk menyelesaikan karya penebusan ini untuk umat-Nya.  Didalam Yohanes 10, Yesus sendiri memberitahukan kepada kita bahwa Dia datang ke dunia untuk menebus suatu umat tertentu.  Dari awal hingga akhir, kita diselamatkan hanya didalam Kristus.

1. Kita pertama-tama disatukan dengan Kristus di dalam regenerasi. Yang dimaksud dengan regenerasi, atau juga disebut kelahiran baru, adalah tindakan Roh Kudus yang mana dengan Roh Kudus membawa seseoarang ke dalamkesatuan yang hidup dengan Kristus, sehingga pribadi yang dulunya mati secara rohani sekarang menjadi hidup secara rohani.
2. Kita mendapatkan manfaat (kesatuan ini) dan terus menerus didalam kesatuan ini melalui iman.
3. Kita dibenarkan didalam kesatuan Kristus.
4. Kita dikuduskan melalui kesatuan dengan Kristus.
5. Kita bertekun dalam kehidupan beriman didalam kesatuan dengan Kristus.
6. Kita bahkan mati didalam Kristus.
7. Kita akan dibangkitkan dengan Kristus.
8. Kita akan dimuliakan dengan Kristus secara kekal.

BAB V
PANGGILAN INJIL

Panggilan Injil dapat didefenisikan sebagai barikut: penawaran keselamtan dalam Kristus kepada orang-orang disertai dengan undangan untuk menerima Kristus dalam pertobatan iman, agar mereka boleh menerima pengampunan atas dosa-dosa dan kehidupan kekal, Karen itu kita dapat membedakan tiga unsur berikut:
1. Suatu penyampaian fakta-fakta Injil dan jalan keselamatan.
2. Suatu undangan untuk datang kepad Kristus didalam pertobatan dan iman.
3. Suatu janji pengampunan dan keselamatan.

Apakah karakteristik dari pnggilan Injil? Pertama, panggilan Injil bersifat umum atau universal, mencakup undangan bagi setiap orag mendenganr Injil tersebut.  Menurut Hoeksem, panggilan Injil tidak pernah merupakan suatu tawaran Karena jika panggilan Injil merupakan tawaran, maka implikasikan semua orang yang mendengar Injil ini mampu menerima Injil menurut kekuatan mereka sendiri.  Hoeksema juga melihat suatu inkonsistesi antara ajaran mengenai tawaran Injil disampaikan dengan maksud baik didalamnya dan doktrin penebus terbatas.

BAB 6
PANGGILAN EFEKTIF

Setelah membahas pangian Injil, sekarang kita akan melanjutkan dengan permasalahan dengan respon terhadapa panggilan. Tidak semua orang yang mendengarkan Injil akan menerima dan menyambut keselamatan ini sejumlah orang orang menerimanya tetapai lainnya tidak. Menurut pandangan ini semua oaring yang mendengar Injil memiliki kemampuan untuk menerimanya baik dengan kemampuan untuk menanggapinya dari kehendaka natural yang dimilikinya (demikian pandangan semi pelagian)atau anaugerah yang diberikan kepada semua orang untuk mengatasi kerusakan yang mereka warisi sehingga mereka memiliki kekmampuan yang memadai untuk panggilan Injil (pandangan Armenia). 

Baca Juga: JANJI ALLAH KEPADA ABRAHAM DAN KEPADA KITA SAAT INI

Akan tetapi Augustinus (354-430) dan para pengikut tradisi teologinya menyatakan bahwa alasan orang dapat menerima panggilan Injil harus bukan didalam kehendak manusia (walaupun mereka juga mengakui kehendak manusiabersiskap aktif dalam memberi respon), melainkan didalam anugerah Allah yang berdaulat. 

Menurut teologi Reformed manusia menurut naturnya tidak memiliki kemampuan untuk menanggapi panggilan Injil dengan pertobatan dan iman alasannya mereka semua dilahirkan didalam keberdaan berdosa dan keberdaan yang dikenal sebagai “asal dosa” yang terdiri dari kerusakan menyeluruh dan ktidak mampuan rohani.

Dasar Alkitab bagi panggilan efektif
Alkkitab secara jelas mengajarkan bahwa dalam kondisinya yang telah jatuh manusia tidak dapat melakukannya. Ketidakmampuan kita untuk menerima Injil kita sesuai dengan natur kita juga diajarkan oleh Tuhan Yesus secara jelas ketika Ia berbicara dengan Nikodebus, “Aku berkata kepadamu sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali ia tidak melihat kerajaan Allah. Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali dari air Roh, ia tidak dapat masuk dalam kerajaan (Yoh. 3:3,5). Dengan demikian, jelas bahwa “panggilan” (klesin) disisni tidak mungkin hanya merupakan panggilan Injil semata alasannya panggilan ini dikaitkan dengan pemilihan oleh Allah atas pasti adalah panggilan efektif. (2) tidak ada gunanya menyryh seseorang untuk berusaha meneguhkan atau menegaskan panggilan Injil dalam dirinya, jika ia telah mendengar Injil atau membaca berita Injil yang telah dipanggil dalam pengertian demikian defenisi yang lebih lengkap bagi panggilan efektif adalah tindakan Allah yang berdaulat melalui Roh kudus-Nya, dimana Dia memampukan pendengar panggilan Injil untuk menanggapi panggilan-Nya dengan pertobatan, iman, dan ketaatan.

Tujuan-tujuan panggilan efektif
Perjanjian Baru mengindikasikan sejumlah tujuan dari panggilan efektif Allah kepada kita.  Kita dipanggil kedalam persekutuan dengan Yesus Kristus (1 Kor. 1:9) kitadipanggil kepada idup yang kekal (1 Tim. 16:12), kepada kerajaan dan kemuliaan Allah (1 Tes. 2:12), dan kepada hidup yang kudus (1 Tes. 4:7; 2 Tim. 1:9), kita dipanggil untuk mengikuti Kristus dalam teladan-Nya menanggungkan penderitaan karena hidup kudus (1 Pet. 2:21), kita dipanggil kepada kebebasan Ktisten (Gal.5:13), kita dipanggil untuk memenangkan hadiah berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus (Fil. 3:14).

BAB VII
REGENERASI

Alkitab membicarakan regenerasi dalam tiga pengertian yang berbeda tetapi berkaitan yaitu:
1. Sebagai permulaan kehidupan rohani yang baru yang ditanamkan di dalam diri kita oleh Roh Kudus memampukan kita untuk bertobat dan percaya (Yoh. 3:3-5).  

2. sebagai manifestasi pertama dari hidup baru yang telah ditanamkan (Yoh. 1:18; 1Pet. 1:23), 

3. sebagai pemulihan keseluruhan ciptaan dalam kesempurnaannya yang final (Mat. 19:28).  Dalam pengertian ini, regenerasi dapat didefenisikan sebagai karya Roh Kudus yang dengannya Roh Kudus mula-mula membawa orang-orang kedalam kesatuan yang hidup dengan Kristus, mengubah hati sehingga mereka yang dulunya mati secara rohani menjadi hidup secara rohani dan sekarang berkemampuan dan berkehendak untuk bertobat dari dosa mempercayai Injil dan melayani Tuhan.

Baca Juga: SOLA GRATIA KESELAMATAN HANYA OLEH ANUGERAH

Ajaran Alkitabiah mengenai kerasukan manusia
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa manusia memang telah mengalami kerusakan secara total atau keseluruhan. Perjanjian Baru mengajarkan mengenai kerusakan yang menyeluruh dalam natur manusia yang telah jatuh dalam dosa dengan istilah-istilah yang sangat pasti karena kerusakan menyeluruh merupakan kondisi natur kita maka jelas bahwa kita tidak dapat memberikan kehidupan rohani bagi diri kita sendiri atau membantu didalam memberikan kehidupan kehidupan rohani bagi diri kita sendiri.  

Didalam terang deskripsi Alkitab mengenai natur manusia yang telah kedalam dosa, regenerasi harus dipahami bukan sebagai karya dimana Allah dan manusia berkarya bersama-sama melainkan sebagai karya Allah sendiri.

Ajaran Alkitabiah mengenai regenerasi
Didalam Perjanjian Lama kita sudah mendapatkan pengajaran bahwa Allah yang  menyebabkan perubahan radikal yang diperlukan untuk memampukan manusia yang telah jatu kedalam dosa untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan-Nya.  Perjanjian Baru memberikn pengajaran yang lebih lengkap dan lebih kaya mengenai regenerasi dari pada Perjanjian Lama berdasarkan studi eksegetis ini kita harus secara teguh menegaskan secara teguh menegaskan ini (sebagai suatu penanaman kehidupan rohani yang baru) bukanlah suatu karya dimana hanya Allah sebagai pelaku tunggalnya.

Natur ensesial dari regenerasi
1. Regenerasi merupakan perubahan yang terjadi secara seketika regenerasi bukan suatu proses bertahap seperti pengudusan yang progesif.
2. Regenerasi merupakan perubahan yang supernatural.
3. Regenerasi merupakan perubahan yang radikal artiny:
a. Regenerasi berarti pemberiana atau penanaman kehidupan rohani yang baru.
b. Regenerasi merupakan suatu perubahan yang mempengaruhi keseluruh pribadi
c. Regenerasi merupakan suatu perubahan yang terjadi dibawah kesadaran.

Regenerasi dan hubungannya dengan doktrin-doktrin lain.
a. Hubungan antara regenerasi dan panggilan efektif.
b. Hubungan antara regenerasi dan konversi.
c. Hubungan antara regenerasi dan penguduasan.
d. Hubungan antara regenerasi dan baptisan.

BAB VIII
KONVESI

Secara singkat konversi dapat didefenisikan sebagai tindakan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang telah mengalami regenerasi dimana ia berpaling kepada Allah di dalam pertobatan dan iman.  Didalam pengertiannya yang paling penuh, konvesi seharusnya mencakup unsur-unsur berikut:
1. Iluminasi pada pikiran, dimana dosa dikenali dalam pengertian yang sesungguhnya, sebagai perilaku yang tidak diperkenankan oleh Allah.

2. Penyesalan yang sungguh atas dosa, bukan sekedar kesedihan karena akibat dosa yang pahit.

3. Pengakuan yang rendah hati akan dosa baik kepada Allah maupun kepada sesama yang dilukai kerena dosa kita.

4. Membenci dosa yang mencakup keputusan yang tegas untuk meninggalkannya.

5. Kembali kepada Allah adalah Bapa yang penuh rahmat didalam Kristus, dalam iman bahwa dia dapat adan akan mengampuni dosa kita.

6. Sukacita yang penuh didalam Allah melalui Kristus.

7. Kasih yang murni kepada Allah dan sesama beserta kesukaan didalam melayani Allah.

Konversi: Karya Allah dan manusia.
Konversi terutama merupakan karya Allah meskipun konvesi merupakan bukti yang kelihatan dari regenerasi hidup baru yang ditanamkan pada saat regenerasi hanya dapat terus bereksistensi didalam ketergantunangan pada Allah kita tidak dapat mempertahankan hidup baru itu dengan kekuatan kita sendiri, kita terus menerus dengan kuasa melalui Roh Allah didalam keberadaan rohani kita (Ef. 3:16), akan tetapi berbeda dari regenerasi dalam pengertia yang lebih sempit konversi juga merupakan suatu karya manusia,

BAB IX
PERTOBATAN

Pertobatan dapat didefenisikan sebagai tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seorang yang telah diregenerasikan untuk berbalik dari dosa kepada Allah didalam suatu perubahan kehiduapan sepenuhnya, yang dinyatakan dalam bentuk suatu cara berpiki, merasa dan berkehendak baru. Pertobatan merupakan pengalaman yang bersifat satu kesatuan tidak dapat dipisah-pisahakan menjadi bagian-bagian walaupun asapek-aspek pertobatan berikut ini dapat dibedakan dan aspek-aspek ini tidak boleh dipisahkan yaitu suatu aspaek intelektual, suatu aspek emosional, suatu aspek volisional.  

Allah berbicara mengenai pertobatan sebagai karya Allah dan juga sebagai karya manusia.  Tetapi dalam Kisah para Rasul 11:18 pertobatan secara jelas digambarkan sebagai karya Allah atau lebih baik dikatakan suatu karya yang dimampukan oleh Allah untuk dikerjakan manusia kita harus selalu menempatkan kedua aspek kebenaran ini didalam pikiran kita yaitu: merupakan tugas pokok pengkhotbah untuk mendesak orang-orang kepada pertobatan, hanya Allah yang secara berdaulat mengaruniakan kepada orang tersebut karunia pertobatan, dan yang memampukan mereka untuk berbalik kepada-Nya.

BAB X
IMAN

Iman adalah sarana yang denganya diselamatkan (Rom. 10:9), dan jalan menuju pengharapan yang pasti (Ibr. 11:1). Sampai saat kebangkitan kita, kita dijaga oleh kuasa Allah melalui iman (1Pet. 1:5), dan iman juga merupakan inti dari kehidupan uman Allah baik didalam perjanjian Lama maupan dalam Perjanjian Baru.  

Jika iman dalam Perjanjian Lama mengucapkan amin kepada Allah, maka iman dalam Perjanjian Baru adalam mengucapkan amin kepada Injil.  Hala yang paling mendekati defenisi dari iman didalam Perjanjian Baru yaitu iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1).  Panadnagn tentang iman ynag dikemukakan diadalam kanon-kanon ini dapat diungkapkan dalam pernyataan-pernyataan berikut.

1. Iman selalu merupakan suuatu tindakan pikiran (intelek).

2. Dengan persetujuan yang demikian kepada kebenaran Allah maka umat manusia dengan bekerja sama dengan anugerah Allah melakukan perbuatan baik yang melayakan dia menerima pahala, dan dengan demikian menyiapkan diri untuk dibenarkan.

3. Akan tetapi iman ini sendiri sebagai fides informis bukan iman yang mendapatkan pengetahuan (informed faith), tetapi iman yang belum berbentuk (unformed faith) belumlah cukup untuk pembenaran. Jadi iman yang menyelamatkan dapat didefenisikan sebagai suatu respon terhadap panggilan Allah melalui penerimaan akan Kristus dengan keseluruh pribadi yaitu dengan keyakinan yang pasti mengenai pembenaran Injil dan penyerahan yang penuh keyakinan pada Allah didalam Kristus bagi keselamatan kita disertai dengan komitmen sejati kepad Kristus dan untuk melayani-Nya.

BAB XI
PEMEBENABRAN
 

Pembenaran dapat didefenisikan sebagai tindakan anugerah dan Yudisial Allah yang dengannya Dia menyatakan orang-orang  yang percaya sebagai benar berdasarkan kebenaran Kristus yang diperhintungkan kepada mereka, mengampuni semua dosa mereka sebagai anak-anak-Nya dan memberikan kehidupan kekal kepada mereka.  

Sekarang bagaimana seharusnya kita memahami doktrin pembenaran ini? kita akan melihat sejumlah pengamatan berikut ini:
a. Doktrin pembenaran mempresuposisikan adanya pengakuan atas realitas dari murka Allah.
b. Pembenaran merupakn suatu tindakan deklautif atau yudisial dari Allah dan bukan merupak suatu proses.
c. Pembenaran hanya diterima oleh iman dan tidak pernah merupakan pahala bagi perbuatan kita (Rom. 3:28).
d. Pemebenaran berakar dalam kesatuan dengan Kristus.
e. Pembenaran didasarkan kepada kerya subtitusi (pengganti) Kristus bagi kita.
f. Pembenaran meliputi pengimputasian kebenaran Kristus kepada kita.
g. Didalam pembenaran kasih karunia dan keadilan Allah dinyatakan bersama-sama.
h. Pembenaran memiliki sisi negatif dan positif.
i. Pembenaran memiliki implikasi eskatologis.
j. Waupun pembenaran tidak pernah dipisahkan dari pengudusan, tetapi kedua berkat ini berbeda.  

Perbedaan-perbedaan antara pembenaran dan pengudusan yaitu:
1. Pembenaran menghapus kesalahan dosa, sedangkan pengudusan menghapus pencemaran dosa dan memampukan orang percya untuk bertumbuh didalam keserupaan dengan Kristus.

2. Pembenaran terjadi diluar diri orang percaya dan merupakan suatu deklarasi yang dilakukan Allah Bapa mengenai satu yudisial atau legal dari orang percaya itu.  Namun pengudusan terjadi didalam diri orang percaya dan secara progesif mempengaruhi natur orang percaya itu.

3. Pembenaran terjadi satu kali untuk selamanya dan bukan suatu proses atau kejadian yang berulang.  Akan tetapi pengudusan sebagaimana umumnya dipahami, merupakan suatu proses yang terus berlangsung sepanjang hidup dan tidak ada selesai sampai kehidupan ini berakhir.

BAB XII
PENGUDUSAN

Kita dapat mendefenisikan pengudusan sebagai karya yang penuh anugerah dari Roh Kudus yang melibtkan tanggung jawab kita untuk berpatisipasi yang dengan Roh Kudus melepaskan kita dari percemaran dosa mempengaruhi natur kita gambar Allah dan memampukan kita untuk menjalankan kehidupan yang diperkenan oleh Allah. Pengudusan juga berarti dimampukan untuk menghidupi kehidupan yang berkenan kepada Allah. Alakitab juga mengajarkan bahwa kita dikuduskan oleh iman, menurut Herman Bvincki iman adalah sarana utama didalam pengudusan, bagaimana iman menjadi sarana pengudusan? Pertama, oleh iman kita terus berpegang kepada kesatuan kita dengan Kristus yang merupakan inti dari pengudusan.  

Baca Juga: MENGAKU DENGAN MULUT DAN PERCAYA DALAM HATI ROMA 10:9-13

Kedua, oleh iman kita menerima fakta bahwa didalam Kristus dosa tidak lagi berkuasa atas diri kita.  Ketiga, oleh iman kita berpegang pada kuasa Roh Kudus yang memampukan kita untuk mengalahkan dosa dan hidup untuk Allah dan yang terakhir iman bukan saja merupakan alat untuk menerima tetapi juga kuasa untuk bertindak.

Allah dan umat-Nya di dalam pengudusan
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Allah adalah pencipta pengudusan karya pengudusan diperhintungkan kepada ketiga pribadi Allah Trinitas.  Akan tetapi pengudusan juga diperhintungkan kepada Allah Anak,seperti yang kita lihat dalam Efesus 5:25.  Pengudusan umunya juga diperhintungkan kepada Roh Kudus, namun demikian karya Allah Trinitas tidak  bisa dipisah-pisakan.  

Teologi Reformed pada umumnya menegaskan bahwa pengudusan berlanjut sepanjang hidup orang percaya yang berbeda dari pembenaran yang merupakan suatu tindakan definitive Allah dan terjadi hanya sekali untuk selamanya.

Pengudusan dan hukum Taurat
Banyak orang Kristen  mengklaim ketika seseorang menjadi percaya, tidak lagi memiliki kerkaitan apapun dengan hukum taurat.  Dalam satu pengertian, memang benar bahwa orang percaya bebas dari hukum taurat akan tetapi dalam pengertian lain orang-orang percaya tidak bebas dari hukum taurat mereka harus secara mendalam memperhatikan ketaatan terhadap hukum taurat sebagai pewujudan rasa syukur mereka kepada Allah karena karunia keselamatan yang telah diberikannya.  

Hukum taurat harus ditaati berdasarkan rasa syukur kepada Allah yang menjelaskan kesukaan orang-orang kudus perjanjian lama atas hukum taurat.

BAB III
KETEKUNAN ORANG-ORANG PERCAYA SEJATI

Arti dari doktrin ini harus dipahami denga benar doktrin ini tidak berarti bahwa setip berkunjung Gereja atau bahkan setiap anggota Gereja pasti akan Bertekun dalam iman hingga akhir hidupnya bahwa setiap orang meninggalkan imanya. Yang sebenarnya dimaksud oleh doktrin ketekunan orang-orang percaya sejati adalah mereka yang memiliki iman sejati tidak akan kehilangan iman itu secara total atau pada akhirnya. 

Akan tetapi hal yang tidak dinyatakn dalam defenisi ini adalah bahwa orang-orang percaya hanya dapat Bertekun melalui kekuatan Allah. Doktrin yang kita bahas sakarang adalah doktrin bahwa orang-orang percaya bertekun; sudah pasti bahwa hanya melalui kekuatan Allah saja mereka mampu bertekun; tetapi mereka benar-benar bertekun.

Eman Hlw Seorang hamba Kristus lulusan dari Sekolah Tinggi Teologia Arastamar Bengkulu (STTAB), dan sekarang sedang bertempur diladang pelayanan.

0 Response to "SOTERIOLOGY DAN ORDO SALUTIS"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel